Wednesday, July 24, 2013

Wisdom in Book "The Five People You Meet In Heaven"



Judul Buku                   : The Five People You Meet In Heaven
Penulis                         : Mitch Albom
Penerbit                      : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit               : 2011
Dibeli di                       : Book Fair Gramedia di Tunjungan Plasa Surabaya

RESENSI
Eddie bekerja di taman hiburan hampir sepanjang hidupnya, memperbaiki berbagai wahana. Dia merasa pekerjaannya gak berarti dan dia terperangkap di dalamnya. Hari-harinya penuh dengan rutinitas, kesepian dan penyesalan. Pada ulang tahunnya yang ke-83, ia tewas dalam kecelakaan ketika mencoba menyelamatkan seorang anak kecil. Sewaktu terbangun, dia dapati dirinya di alam baka. Dan surga ternyata bukanlah seperti yang dibayangkan selama ini olehnya, di sana kehidupannya dijelaskan 5 orang yang telah menunggunya. Lima orang yang gak pernah diduga, mungkin orang yang kita kasih, atau bahkan orang-orang yang tidak kita kenal, namun telah mengubah jalan hidup kita selamanya tanpa kita sadari.


HIKMAT
Orang pertama yang ditemui Eddie mengatakan hal-hal ini pada Eddie:
“Kau ada di sini agar aku bisa mengajarimu sesuatu. Semua orang yang kau temui di sini punya sesuatu untuk diajarkan padamu...Bahwa tidak ada kejadian yang terjadi secara acak. Bahwa kita semua saling berhubungan. Bahwa kau tidak bisa memisahkan satu kehidupan dari kehidupan lain...”
“Tidak ada kehidupan yang sia-sia, satu-satunya waktu yang kita sia-siakan adalah waktu yang kita habiskan dengan mengira kita hanya sendirian.”

Orang kedua yang ditemui Eddie, mengajarkan hal ini:
“PENGORBANAN.Kau membuat pengorbanan.Aku membuat pengorabanan. Kita semua membuat pengorbanan. Tapi kau merasa marah atas pengorbanan yang kau berikan. Kau selalu memikirkan apa yang telah kau korbankan. Kau belum mengerti. Pengorbanan adalah bagian dari kehidupan. Harusnya begitu. Bukan sesuatu untuk disesali. Tapi sesuatu untuk didambakan. Pengorbanan kecil. Pengorbanan besar.”
‘Kadang-kadang kalau kau mengorbankan sesuatu yang berharga, kau tidak sungguh-sungguh kehilangan itu.Kau hanya meneruskannya pada orang lain.

Orang ketiga mengajarkan hal ini:
“Menyimpan marah adalah racun. Menggerogotimu dari dalam. Kita mengira kebencian adalah senjata untuk menyaerang orang yang menyakiti kita. Tapi kebencian adalah pedang bermata dua. Dan luka yang kita  buat dengan pedang itu, kita lakukan terhadap diri kita sendiri.”
Apalagi yang diajarkan kedua orang lainnya?
Nampaknya lebih asyik baca sendiri ya :p Karena novel ini buagus buanget ^^

APLIKASI
-          Kehidupan kita mempengaruhi orang lain, bahkan orang yang gak kita duga. Orang yang kita temusi sehar-hari mungkin, ato bahkan orang yang kita gak jumpai, aneh juga memandang kehidupan dari berbagai sisi. Tapi itu terjadi. Siapa yang tahu kalo apa yang kita lakukan saat ini akan mempengaruhi kehidupan orang lain yang gak kita kenal berpuluh-puluh tahun kemudian, but it can be happen. Jadi aku mulai berjaga-jaga dengan hidupku, karena aku gak tahu pengaruh apa yang akan dihasilkannya kemudian.
-          Seringkali aku juga seperti Eddie yang protes akan pengorbanan yang aku lakukan, padahal orang lain melakukan pengorbanan yang jauh lebih besar. Hal simple, aku sering mengomel waktu mamahku memintaku melakukan sesuatu saat aku sedang mengerjakan hal lain, yah...tetap dilakukan tapi pake NGOMEL (paling gak dalam hati), padahal apalah artinya yang aku lakukan dibanding pengorbanan yang mamah lakukan. Tobaaatttt...aku gak mau ngomel lagi kalau disuruh.
-          Orang ketiga yang ditemui Eddie mengingatkanku juga untuk gak menyimpan amarah, aku diingatkan lagi mengatakan pada orang yang membuatku kecewa ato marah, supaya langsung disampaikan, gak dipendam doang. Tentunya disampaikan kalo pas tenang, gak lagi emosi-emosinya :p

Kasongan, 24 Juli 2013
-Mega Menulis-

No comments: