Thursday, July 25, 2013

Wisdom in Book "Have a Little Faith"



Judul Buku                   : Have a Little Faith
Penulis                         : Mitch Albom
Jenis                            : Non Fiksi
Penerbit                      : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit               : 2011
Dibeli di                       : Book Fair Gramedia di Tunjungan Plasa Surabaya

RESENSI
Kisah ini berdasarkan kejadian nyata, yang dimulai saat suatu hari Rabi tua dari kampung halaman Mitch Albom memintanya untuk membacakan eulogi pada hari pemakamannya kelak. Agar ia mengenal pribadi sang rabi, Mitch mulai mengunjungi sang rabi, kunjungan yang ternyata membawanya ke dalam berbagai pembicaraan religius, dunia yang telah lama dilupakannya. Sementara itu, Mitch juga terlibat dalam karya kemanusiaan bersama seorang pastor yang memberikan pelayanan bagi orang miskin. Dan berbeda dengan sang rabi, sang pastor ternyata memiliki latar belakang yang sangat kelam. Namun dari keduanya, Mitch belajar banyak hal, memahami  bahwa dalam perbedaan keyakinan sekalipun, terdapat penghiburan Ilahi dari sesuatu yang lebih besar daripada diri kita.


HIKMAT
- Mitch mencatat, sang rabi-orang paling inspiratif yang dikenalnya meraih potensi tertingginya dengan membantu seorang anak mencapai potensinya.
- Di masa kecilnya, Albert pernah mempertanyakan kepada ayahnya, mengapa sepupu ayahnya yang tidak bernah beribadah hidup tanpa kekurangan apa-apa,sedangkan mereka malahan selalu kekurangan, dan ayahnya menjawab demikian:
Tuhan dan keputusan yang dibuatNya benar
Tuhan tidak menghukum siapa pun tanpa alasan
Tuhan tahu apa yang dilakukanNya
Dan sejak itu Albert berhenti menilai hidup dari apa yang dia miliki.
- Henry yang dulunya banyak melakukan kejahatan kini menjadi seorang pastor,dan ada orang yang tidak mempercayai kalau dia telah berubah dan berkata dia mengenal Henry. Henry hanya berkata,”Tidak.Anda dulu pernah kenal saya. Anda mengenali orang yang dulu itu, tetapi anda tidak kenal dengan orang yangsedang saya upayakan sekarang ini.”
-Kita meminta maaf kepada setiap orang-bahkan dalam pergaulan secara umum. Namun dengan orang-orang yang paling dekat-keluarga, kiata sering membiarkan maslah mengambang.

APLIKASI
-Tidak memikirkan diri sendiri saja.
-Tidak menilai hidup atau merasa sukses dari materi.
-Terkadang aku juga merasa saat seseorang berubah, lalu mikir, ah dulu kan hidupnya begini-begono masa sih bisa berubah. Tapi itu salah, menilai orang dari masa lalunya, itu gak bener.  Seolah-olah aku gak percaya Tuhan mampu mengubahkan hidup seseorang.
-Jarang banget minta maaf sama keluarga kalo bikin salah, aku mau berubah. Dulu si mikirnya, ah, gak usah minta maaf pun gak papa, keluarga ini, ntar juga baik sendiri kalo ada masalah. Padahal itu salah, justru sama keluarga harus berani meminta maaf, supaya hubungan makin kuat.

Kasongan, 25 Juli 2013
-Mega Menulis-


No comments: