Friday, September 20, 2013

Mempelajari Bahasa



Ci Shinta ato siapa gitu (aku lupa) pernah bilang kalo bahasa Indonesia tu termasuk bahasa yang paling gampang dipelajari.  Jadi kalo ada bule yang pinter bahasa Indonesia tu bukan karena dia pinter, tapi emang bahasa Indonesia yang gampang. Iya juga sih ya kalo dipikir, belajar bahasa Inggris ketemu dengan yang namanya tenses, blom lagi kata kerjanya ada yang beraturan, ada yang ngga, harus ngapalin berapa banyak kosa kata tuh. Bahasa Mandarin juga susye, kata yang sama kalo dibunyikan dengan nada yang beda artinya udah beda. Bahasa Itali kalo gak salah untuk kata bendanya ada yang feminin ada yang maskulin (apa pulak ni...). Berhubung aku bukan orang yang bisa dengan cepat mempelajari suatu bahasa, aku sering kagum gitu sama orang lain yang menguasai beberapa bahasa sekaligus. 


Berbagai bahasa dipelajari dengan berbagai alasan yang berbeda. Bagi seseorang yang menjadi pendatang di suatu negara, otomatis dia harus belajar lah ya bahasa di negara tersebut, kalo ngga repot dong sehari-harinya komunikasi dengan penduduk lokal.Ada yang bilang belajar bahasa Inggris wajib dipelajari karena ini adalah bahasa internasional,hampir di setiap negara kita bisa menemukan orang yang dapat menggunakan bahasa Inggris, bahasa Inggris sepertinya mempermudah siapapun mendapatkan informasi di negara lain. Beberapa tahun yang lalu orang mulai mempelajari bahasa Jepang, karena negara Jepang menjadi raksasa Asia dalam bidang teknologi dan ekonomi. Kemudian bahasa Cina/Mandarin muncul, dan mengingat Cina mengambil peranan besar dalam ekonomi dunia, banyak orang asing belajar bahasa Cina. Tren K-Pop juga mendorong munculnya kursus-kursus bahasa Korea dimana-mana. Berbagai alasan lah pokoknya...

Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari suatu bahasa, berbeda bagi setiap orang. Dan salah satu cara yang aku tahu agar lebih mudah mempelajari suatu bahasa adalah dengan setiap hari berinteraksi dengan orang yang menggunakan bahasa tersebut. Jika setiap hari kita mendengar, melihat dan berkomunikasi dengan orang Jepang, kita mulai mengerti bahasa yang digunakannya. Seorang teman berkata, saat seorang teman kuliahnya mendapatkan kesempatan ke Jepang selama beberapa bulan saja, kemampuan berbahasa Jepangnya meningkat dibandingkan dia yang hanya belajar bahasa Jepang di Indonesia. Cara berbicara kawannya persis seperti orang Jepang asli, dialeknya persis sama. Ya iya lah ya, bangun tidur sampai tidur lagi ketemunya orang Jepang doang, mau gak mau lah ya dia selain melihat juga “terpaksa” aktif menggunakan bahasa Jepangnya walopun seadanya. Dan kenekatan temannya menggunakan bahasa Jepang yang amburadul berhasil, bahasa Jepangnya semakin bagus.

Well, kupikir kalo aku serius mempelajari bahasa tertentu dalam jangka waktu tertentu.  Serius dalam artian yang niat banget getoh, menghapal kosakata baru, bikin kartu hapalan, dll. Pokoke niat, pasti bisa lahhhh...walopun butuh waktu beberapa tahun, hahahahha  ^^ *optimis* Tapi aku dapati, ada 1 bahasa yang bagiku butuh waktu seumur hidup untuk mempelajarinya, sampai nenek-nenek, bahkan sampai mati pun, ini adalah bahasa yang susah, tau gak bahasa apa? Bahasa kasih dunk...!! Aku pikir aku butuh seumur hidup mempelajarinya ^_^ Tapi mau gak mau aku harus menggunakan bahasa ini *sigh* Kok, jadi berat gini ya, hahahhaha.

Mau gimana lagi, wong bahasa kasih adalah bahasa resmi Kerajaan Allah. Jadi udah seharusnya dunk digunakan oleh warga kerajaan Allah dimanapun berada. Penting bagi kita yang mengaku warga kerajaan Allah untuk menggunakan bahasa kasih, supaya orang lain mengenal KasihNya. Kita harus menyampaikan pesan penting Sang Raja kepada semua orang, bahwa mereka dikasihi oleh Allah tanpa syarat.  Mereka perlu mengetahui kebenaran supaya membebaskan mereka dari belenggu dosa dan penghakiman. Kalo kita mencoba menyampaikan ini gak dengan bahasa Kasih, orang lain gak akan mengerti. Karena pesan Allah adalah diriNya sendiri, KASIHNYA.

Eniwei, aku kasih tau ya aku ni aneh, hehehehe *aneh kok seneng*, aku mengerti tuh kalo orang ngomong bahasa Jawa ato bahasa Dayak (dari bahasa Jepang larinya ke bahasa Dayak dan Jawa, wakakakak), tapi giliran disuruh praktek ngomong sendiri, aku kelabakan, antara takut salah dan gak bisa ngucapinnya, takut diketawainlah, takut gak pas dialek ato pengucapannya lah. Gitu dehhh...:p Jadi inti ne aku ngerti bahasa itu, tapi praktekin menggunakannya juarannnggggg...banget! Nampaknya  proses belajar bahasa emang kayak gitu ya, kita belajar suatu bahasa, lalu kita mulai mengerti bagaimana menggunakan bahasa itu, tapi praktek menggunakannya adalah masalah lain. Sama kayak bahasa Kasih, ini adalah bahasa yang dimengerti banyak orang, bahkan yang bukan warga kerajaan Allah pun mengerti, tapi hanya segelintir orang yang menggunakannya. Yang lain memilih gak menggunakannya ^^’

Jadi, maukah kamu menggunakan bahasa kasih?
Kosakatanya dikiiitttt, cekidot:
Sabar
Murah hati
Tidak cemburu
Tidak memegahkan diri
Tidak sombong
Tidak melakukan yang tidak sopan
Tidak mencari keuntungan diri sendiri
Tidak pemarah
Tidak menyimpan kesalahan orang lain
Tidak bersukacita karena ketidakadilan
Menutupi segala sesuatu
Percaya segala sesuatu
Mengharapkan segala sesuatu
Sabar menanggung segala sesuatu

Dikit kan kosakatanya? ^^
Mudah dipahami? Dengan ‘sedikit’ usaha, yahhhh....bisalah dipahami.
Mempraktekkannya? Hmm.... butuh waktu seumur hidup memang, tapi pasti bisa ^^
Dengan pertolongan TUHAN, guru besar Kasih sepanjang abad.


Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. 1 Korintus 13:4-7


Kasongan, 20 September 2013
-Mega Menulis-

No comments: