Tuesday, September 10, 2013

Pencitraan Pribadi

Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." 1 Samuel 16:7
Baca ayat Alkitab ini mengingatkanku akan status seorang kawanku beberapa waktu lalu, saat itu dia sedang mengikuti yang namanya ‘Diklat Membangun Citra Istri Pejabat dan Keprotokolan’. Nah lo, hebat banget ya aku masih ingat, hahahahaha. Iya dunk, waktu itu aku mencatatnya, karena aku menganggapnya menarik. Baiklah, harus aku akui kali ini kebiasaanku, kalau aku menemukan sesuatu yang menarik dan ingin aku buat tulisan, atau ingin aku renungkan lagi, yang akan aku lakukan adalah mengetikkannya di hapeku, ntar kalo aku punya waktu untuk duduk di depan komputerku, aku akan memuaskan rasa penasaranku atau ketertarikanku dengan menuangkannya dalam sebuah tulisan. Jadi jangan heran kalo pas lagi baca buku ato menonton film ato mendengar orang lain berbicara, trus tiba-tiba ada hal yang menarik bagiku, aku akan menyimpannya di hape :p Kebiasaan yang aneh, huh?

Waktu itu aku tertarik karena agak heran, oh...berarti citra bisa dibangun ya. Emang citra tuh apa sebenarnya. Dan waktu aku cari definisi citra , I found this:
kl n
1. 1 rupa; gambar; gambaran; 2 Man gambaran yg dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi, atau produk; 3 Sas kesan mental atau bayangan visual yg ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa, atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yg khas dl karya prosa dan puisi; 4 Hut data atau informasi dr potret udara untuk bahan evaluasi;
-- perbankan gambaran mengenai dunia perbankan: kejadian spt itu jelas tidak menguntungkan dl upaya meningkatkan -- perbankan kita di mata internasional;
 -- politik Pol gambaran diri yg ingin diciptakan oleh seorang tokoh masyarakat;
 -- wisata ekspresi, gambaran, atau bayangan semua yg diketahui secara objektif, kesan, praduga perseorangan atau kelompok mengenai tempat tujuan wisata tt kebudayaan, keindahan alam, dan hasil kerajinan daerah wisata tertentu;
men·cit·ra·kan v menggambarkan: film-film itu ~ Amerika sbg negara sekuler;
cit·ra·an n Sas cara membentuk citra mental pribadi atau gambaran sesuatu; kesan atau gambaran visual yg ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa, atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yg khas dl karya prosa dan puisi

Hmmm....
Seolah-olah mengindikasikan kalo seorang istri pejabat punya gambaran tertentu yang harus dimiliki, sehingga perlu diberikan diklat agar mereka mulai menampilkan sesuai gambaran yang diinginkan. Terdengar seperti sedang mendustai orang lain menurutku, hehehehe. Just my thought sih, karena aku gak tahu sebenarnya apa isi diklatnya.

Yang menarik lagi bagiku, di defenisinya juga ditampilkan tentang ‘pencitraan politik’. Kita tahu dunk hebohnya orang-orang mengomentari apa yang dilakukan SBY, Dahlan Iskan, Jokowi, dll dan menganggapnya sebagai pencitraan politik. Trus bagaimana orang memprotes gaya Ahok yang straight banget, yang ngomong meledak-ledak, seperti gak peduli apa pandangan orang padanya. Yang mana yang sekedar pencitraan dan mana yang riil dan bukan fake. Bagi orang yang mementingkan pencitraan, penting baginya cara orang memandangnya. Tapi kupikir, waktu yang akan membuktikannya.

Tuhan bilang ke Samuel, “Jangan pandang luarnya aje ye. Jangan liat yang keliatan doang ye Sam. Aku tau kamu kayak manusia lain yang ngeliat pake mata, jadi ngeliat yang nampak di luar aja. Tapi aku nih ngeliat hati.”
Tuhan melihat yang gak kelihatan, bukan sekedar yang kelihatan.
Tuhan tahu mana yang pencitraan doang dan mana yang ASLI!
Dia gak mau kita ditipu oleh apa yang dilihat mata.        
Dari zaman Samuel sampai sekarang eh bahkan entah kapan, melihat kedalaman hati seseorang bukan hal yang mudah. Karena kita seringnya hanya menggunakan mata kita, kita hanya mendengar apa yang dikatakan orang lain. Kita gak mau menyelidiki lebih dalam untuk jangka waktu yang lama. Kita menilai seseorang hanya dari kesan yang dia berikan. Dan kita hanya menangkap sedikit dari yang sebenarnya. Tak jarang penilaian kita kepada seseorang salah. Tak jarang pula orang salah menilai kita.

Ini kisah nyata. Aku mengenali seorang yang nampaknya demikian giat melayani Tuhan, nampak sabar, berbicara sangat lembut dan begitu sungguh dalam pelayanannya. Dan kupikir, gak Cuma aku yang beranggapan demikian, orang lain juga memandangnya demikian jika melihatnya. Sungguh, reputasi orang ini sangat bagus. Alangkah terkejutnya aku saat seorang anggota keluarganya bercerita sebaliknya tentang orang ini, bukan keluarga jauh looo...anak kandungnya! Dia bilang orang tuanya itu suka bertengkar dengan mamanya, mengucapkan kata yang kasar, bahkan punya selingkuhan. Pencitraan sering kali berbeda dengan kenyataan yang sesungguhnya. Jika di luar reputasi kita bagus, di dalam belum tentu, bisa saja dalamnya busuk. Standar penilaian Tuhan bukan apa yang diliat orang lain, Dia melihat yang gak kelihatan.

Ada perbandingan yang menarik antara reputasi dan karakter yang aku ambil dari sini
Reputasi adalah menjadi apa Anda seharusnya
Karakter adalah orang yang bagaimanakah Anda


Reputasi adalah sebuah foto
Karakter adalah wajah Anda


Reputasi adalah apa yang Anda miliki ketika tiba di tempat yang baru
Karakter adalah apa yang Anda miliki ketika Anda pergi

Reputasi bisa diketahui dalam waktu satu jam
Karakter tidak diketahui selama bertahun-tahun


Reputasi tercipta dalam sekejap
Karakter dibina seumur hidup


Reputasi bertumbuh laksana jamur
Karakter bertumbuh laksana pohon tarbantin


Reputasi tercipta melalui satu kali pemberitaan di surat kabar
Karakter terbina melalui kehidupan yang penuh kerja keras

Reputasi menjadikan Anda kaya atau miskin
Karakter menjadikan Anda bahagia atau sengsara


Reputasi adalah kata orang mengenai diri Anda di batu nisan Anda
Karakter adalah kata para malaikat mengenai Anda di sekeliling takhta Allah

Bill Wilson

Melampaui semua pandangan orang tentang diriku.
Aku diingatkan lagi untuk jujur kepada Tuhan dan diri sendiri.
Siapa yang mau aku tipu sewaktu aku menampilkan citra yang bukan aku?
Orang lain?
Buat apa?

“Seperti Daud yang meminta Tuhan menyelidikinya, aku juga mau ya Tuhan, Engkau menguji dan mencoba aku. Tolong ya Tuhan, Engkau menyelidiki hatiku. Apakah aku sungguh seperti yang aku tampilkan selama ini atau aku busuk di dalamnya. Mampukan aku untuk jujur ya Tuhan, jujur sama Tuhan dan jujur sama diri sendiri.Amin.”

Kasongan, 6 September 2013
-Mega Menulis-


No comments: