Thursday, March 6, 2014

Dipengaruhi Orang Lain



Dua orang wanita sedang shopping di sebuah butik. Penjual di butik tersebut melayani mereka dengan wajah cemberut, sama sekali tidak ramah, dengan ogah-ogahan dia mencari ukuran baju yang diinginkan si calon pembeli, terlihat jelas dari sikapnya, pertanyaan dari calon pembeli pun dijawabnya dengan ketus.


Wanita pertama sangat terganggu dengan sikap si penjual tersebut. Dia pun kesal dan bersikap tidak ramah pada si penjual. “Gimana sih, pembeli kan raja, kenapa diperlakukan seperti ini.”, demikian pikirnya. Wanita pertama kesal luar biasa. Anehnya, wanita kedua tampak santai dan malahan bersikap ramah luar biasa pada si penjual. Dia tetap berbicara dengan sopan dan menyenangkan.

Wanita pertama bertanya pada wanita kedua,”Kok ibu masih baik sih sama penjual itu?”
“Memangnya kenapa?”, jawab wanita kedua dengan heran.
“Dia kan gak sopan banget. Kok ibu masih baik sih?”
Wanita kedua tersenyum dan dengan santai menjawab,”Itu sih urusan dia. Mau gak sopan, mau kasar, atau mau melayani dengan buruk, gak ada kaitannya dengan saya. Kalau saya sampai terpengaruh, berarti  saya membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup saya. Padahal kan saya bertanggung jawab atas diri saya sendiri.”

Mendengar ilustrasi ini sudah lama banget, entah kenapa hari ini teringat.
Berasa jleb…jleb…
Well, mungkin gara-gara sikapku ke dia yang gak bisa kusebut namanya itu jadi buruk. Kelakuannya yang buruk seolah-olah memberikanku izin untuk bersikap tidak ramah. Aku malas menegurnya, cukuplah berbicara seperlunya. Ngapain aku berbaik-baik  sama dia yang memperlakukan orang lain seenaknya tanpa perasaan.

Dan gak dipungkiri, terkadang terlintas pemikiran begini:
 Gak papa lah sekali-kali males, toh ada tuh yang lebih males malahan gak ditegur
Sekali-kali gak papa lah gak apel pagi, toh ada yang gak pernah ikut apel pagi didiemin.
Gak papa lah datang dan pergi ke kantor sesukanya, yang penting kerjaan beres
Bolos ngantor sehari gak papa kali ya :p

Puji Tuhan, masih pemikiran, belum sempat dilakukan karena Tuhan masih menegur lewat hati kecil, betapa itu perbuatan yang mendukakanNya. Bagaimana aku memuliakan Tuhan kalau aku bekerja demikian. Aku mempermalukan Tuhan saat aku bekerja demikian.  Aku gak menyenangkanNya.

Kalo mikirin diri sendiri sih jadi mikir kalo ini gak adil, kenapa begini kenapa begitu. Tapi kalo mikir, ini tentang bagaimana Tuhan dimuliakan dalam pekerjaanku, jadi ngusir  jauh-jauhlah pemikiran “sekali-kali” tadi :p
Btw, sekali-kali jadi dua kali kan? Hahahahaha.
 Kenapa juga sikapku dalam bekerja harus dipengaruhi orang lain? Macam gak punya prinsip aja. Aku akan berjuang supaya bekerja tanpa dipengaruhi orang lain mau gimane-gimane.
 I am working for The Lord.
Aku harus mempertanggungjawabkan apa yang aku kerjakan sama Tuhan pada waktunya nanti.
Semangat Meeeegggg…!!! \(“,)/

Kasongan, 6 Maret 2014
-Mega Menulis-

No comments: