Wednesday, September 30, 2015

Cepat Membaca atau Gemar Membaca?



Membaca tulisan Bu Meicky Dukanya Senang Menulis di Negarayang Rakyatnya Malas Baca  mengingatkanku pada cerita seorang sepupuku yang menjadi guru, ia diminta kepala sekolahnya untuk memberikan pelajaran membaca tambahan untuk beberapa anak kelas  1 SD. Bagian yang menganggu sepupuku adalah saat ia bertemu orang tua dari anak yang diajarinya adalah sang orang tua tersebut berkata:

Tuesday, September 29, 2015

Bandung, Abraham dan Echa



Ini cerita lawas. Tahun 2012 yang lalu aku berkesempatan menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Bandung dan bertemu blogger terimut se-Cijerah, owner  Blog Fountain of Joy  , Miss Echa….plok.plok.plok. Jadi ceritanya, aku lagi dinas ke Jakarta, truss slese dinas pas weekend gitu, maen deh ke Bandung. Mumpung ada yang bersedia nampung  selama di Bandung, hohohoho. Cerita Echa pas daku maen ke sana bisa dilihat di sini 

Menjadikan Seorang Pria sebagai Pria



“Eh….mau angkat galon dek? Gak usah, abang ajaa….”
Aku ngeyel dan tetap angkat sebuah galon, yes...masih bisa ^^V
“Loh dek? Bisa aja tuh kamu angkat galon”. Abangku keheranan melihatku dengan mudahnya (tsahhh….boong deng :p susah payah juga) mengangkat sebuah galon. Maklum, sejak menikah dia gak pernah melihatku mengangkat galon air (eh, ini galon air yang berisi ya, bukannya yang kosong, hehehe).
“Bisa lah bang, emang kapan aku bilang gak bisa?”, balik aku yang heran.
“Bukannya dulu kamu bilang kalo ngisi galon air di rumah Kasongan, ada tukang air yang angkatin sampe dispenser?”
“Ooo….itu, itu kan pas ada tukang jual air keliling bang, kalo ngga biasanya aku sendirian beli dan angkatnya”.
“Kok, baru ini kamu angkat sendirian abang lihat dek?”
“Iya lah, kan ada abang, hahahaha. Nah, kali ini karena banyak banget galon yang harus abang angkat (4 biji), makanya aku bantuin. “
“Oooo….kirain emang gak kuat”
“Ngga lah bang, binimu ni aslinya Wonder Woman” ^^V

Friday, September 25, 2015

Foto Prewed



Kalo di postingan sebelumnya aku cerita bagaimana bersenang-senang menggunakan voucher yang dibeli dilewat internet, kali ini aku mau share foto-foto (bukan) prewed yang diambil fotonya emangs sebelum aku merit,lah…sama aja prewed gak sih? LOL. Kami gak punya niatan sebenarnya untuk foto prewed, secara biaya merit dah mahal, lah kebayang gak kalau dua kali acara (di Pekanbaru dan Palangka Raya), ongkos acara trus PP-nya keluarga pulak *nangis* Makanya,kami memutuskan gak ada tuh yang namanya foto prewed, undangan kagak pake foto-fotoan segala. Gitu deh. Keputusan akhir setelah diskusi gak lama, maklumm..sama-sama itungan kami berdua, hahaha. TAPIIII…Tuhan Yesus emang baek banget, secara kebetulan pas hunting voucher di website yang aku share sebelumnya, eh…ada pulak voucher foto yang murah banget, kalo gak 100 ya 150 ribuan gitu. Isenglah beli, naaaa…kebetulan jas si abang dah jadi, kebayaku juga dah jadi \(“,)/ Yo wes, akhirnya kami memutuskan untuk foto-foto, yeeeeeyyyyy…

 
Sebelum foto-foto, aku dianterin abang ke salon dekat kontrakannya yang (katanya) biasanya buka jam 10an gitu, kami datang dan ternyata salonnya tutup dong, huhuhuhu *nangis*. Puter-puter di sekitaran kontrakan ga ada yang buka,entah kenapa ya hari itu. Mukaku dah ditekuk berapa lipat tuh, secara sebelumnya aku dah bilang bikin janji dulu, aku kan dari Bandung baru nyampe Jumat malam di Jakarta, jadi mau gak mau pasrah sempurna dah ke abang buat booking salon untuk dandan, ee…si abang lupa *tepok jidat. Akhirnya, kami ke ITC Cempaka Mas, dan aku dirias di sana, dah mepet-mepet lo sama jam kita janjian difoto. Dah mo nangis aku, tapi ditahan-tahan, kesellll….Kebayang kan ke mall Cuma buat didandanin,eh dah slese gak taunya keluar mall dengan dandanan nan tebel (maklum gak biasa didandanin…jadi berasa pake topeng monyet eh tebel kali). Si abang dah menghibur dan bilang,”Cakep kok dek….cantik…”. Tapi ya namanya dah emosional dari keliling-keliling salon, ngerasa gak puas dengan hasil make up-nya yo wes, muka masih ditekuk, huhuhuhu. Aku kekanak-kanakan banget kan? Padahal abangku dah minta maaf karena lupa, dia lagi sibuk banget di kantornya pas minggu itu, jadi bener-bener gak ingat.

Sampai di tempat foto, moodku mulai membaik, apalagi pas sudah ganti kebaya, hahaha. Ternyata gak terlalu kelihatan kayak ondel-ondel tuh.LOL. Abangku juga ngajak becanda melulu, yo wes, ilang deh keselnya. Aku ma gitu orangnya, kalau lagi kesel dan ngomong, gak pake lama, ilang deh keselnya \(“,)/ Dan jepret-jepret dimulai, ini dia hasilnya….







Secara keseluruhan, hasilnya lumayanlah, daripada lu manyun ^^V Dengan biaya segitu gitu looohhhh....
Yang jelas, Tuhan bener-bener memberi lebih dari apa yang kami minta dan pikirkan. Kami mikir ga ada foto prewed-prewed segala. Kami gak meminta foto prewed juga, mendoakan ini pun gak pernah. Bukan karena kami gak percaya Tuhan mampu memberikan, tapi bagi kami ini bukan prioritas. Masih banyak keperluan yang lain memerlukan banyak biaya. Tambah lagi, kami berdua sama-sama tidak menganggap ini penting, eh….tau-tau dapat kesempatan ngerasain foto prewed seperti ini, biarpun gak seheboh dan sebagus banyak foto prewed yang banyak kami lihat milik kawan dan kenalan kami, tapi kami bersyukur. Tuhan Yesus sungguh baik. Dan, salah satu dari foto-foto ini rencananya akan kami perbesar dan dipigurakan untuk di rumah kami (bersama-sama dengan foto pernikahan kami yang lain), untuk mengingatkan kami, bagaimana Tuhan dapat memberikan pada kami melebihi apa yang kami minta, pikirkan dan doakan. Ada rekomendasi, yang mana yang terbaik menurut kalian?

Kasongan, 25 September 2015
-Mega Menulis-

Wednesday, September 23, 2015

Belanja dengan Voucher? Kenapa Tidak?




Sebenarnya berawal dari usaha ngedate hemat, hahaha.  Tahun kemaren, selama 5 bulan aku mengikuti diklat kemetrologian di Cihanjuang, Jawa Barat. Lumayan, kalau mau (dan punya uang), aku dan abangku bisa ketemu tiap minggu(aku libur Sabtu-Minggu). Entah aku yang maen ke Jakarta atau abangku yang maen ke Bandung. Tapi, berhubung dah ada rencana nikah tahun 2015, mau gak mau kami harus mengencangkan ikat pinggang. Gak ketemu tiap minggu deh jadinya, paling gak 2 minggu sekali atau malah sebulan sekali (kalau aku banyak tugas diklat). Sedih? Kagak laaaaa…wong biasanya LDR-an setahun ketemu cuma hitungan sebelah jari tangan setahun, ini ma udah sujud syukur dan makasih banget sama Tuhan, Tuhan Yesus baekkkk…\(“,)/ Persiapan merit bisa sedekat ini kan jadi enak diskusi dan ngobrol banyak hal pas ketemuan.

Tiga Tahun Sudah


Abangku sayang,
Terima kasih buat 3 tahun pacaran kita (yes,dah meritpun kita tetap pacaran lah ya,malahan sekarang dah bisa mesra-mesraan, hohoho)

Tuesday, September 22, 2015

Pertanyaan Gak Penting



Oke, berawal dari chat sama Echa, bingung mau nulis apa, dan jadi pengen nulis daftar pertanyaan yang konyol untuk dijawab. Pengen minta ide pertanyaan aneh dari Echa eh ujung-ujungnya malah berakhir dengan Echa yang mengemis-ngemis minta aku membuat daftar pertanyaan dan menjawabnya, lalu Echa minta ditag dan dia akan mengetag banyak orang. Hahahaha.
Baiklah, ini diaaa….bagi yang ditag, silakan dijawab sempat atau gak sempat. Enjoy….!!!

Monday, September 21, 2015

Sedikit tentang Marah Berjenjang dan MUSA



“Kadisku yang dulu enak banget. Gak ada tuh ceritanya dia marah-marahin staf kalau salah mengerjakan sesuatu. Yang dimarahin atasan stafnya dulu. Baru nanti atasan staf tersebut marah ke stafnya, jadi berjenjang marahnya”, ucap seorang kawanku.
Abangku yang juga mendengar hal tersebut mengiyakan,”Emang seharusnya seperti itu pimpinan yang benar. Jadi ada tanggung jawab juga tuh mereka yang punya jabatan”.

Wednesday, September 2, 2015

Bersukacita dengan Orang yang Bersukacita



Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis! Roma 12:15


Dulu aku mengira menangis dengan orang yang menangis lebih susah dibandingkan dengan bersukacita dengan orang yang bersukacita. Berempati-turut merasakan yang orang lain rasakan hanya susah jika berkaitan dengan rasa duka. Benarkah demikian? Jika demikian, mungkin ayat di atas seharusnya hanya berbunyi ‘Menangislah dengan orang yang menangis’ TOK, toh bersukacita dengan orang yang bersukacita gampang dilakukan. Tapi ternyata tidak.

Tuesday, September 1, 2015

Mengatur Keuangan (Lagi)



Rupanya postinganku yang ini  mendapat tanggapan dari salah seorang adek tingkatku. Dan aku terinspirasi untuk (lagi-lagi) membahas yang namanya uang. Salah satu buku yang cukup mempengaruhi bagaimana aku mengatur keuangan adalah sebuah buku karangan Ligwina Hananto yang pernah aku tuliskan reviewnya di sini 

Monday, August 31, 2015

Mengatur Keuangan Pribadi



Gara-gara baca postingan Kezia yang ini , jadi tertarik deh ngomongin duit. Sejak menjadi PNS saya mulai tertarik dengan yang namanya pengelolaan keuangan. Bukannnn… bukan karena saya mata duitan, hahahaha (meskipun gak pula nolak kalau ada yang mau ngasih duit. LOL-kidding). Bukan pula karena saya memiliki apa yang dinamakan orang-orang kecerdasan finansial, sama sekali tidak. Justru karena saya merasa tidak pandai mengatur uang, saya belajar mengelola keuangan saya. Bo, bisa stress beneran deh kalau saya tidak belajar mengelola keuangan. Bayangkan, saat saya menjadi CPNS (tahun 2010), gaji hanya 1,3 juta. Itu gaji dipotong 500 ribu per bulan (selama 35 bulan) untuk membayar kredit motor, wuih…saya merasa menjadi orang termiskin di dunia*sedih* Kenapa juga beli kredit Meg? Ya iya laaaa…Mau beli cash gak ada duitnya, hehehehe. Mau gak beli motor, tapi itu dah jadi kebutuhan untuk transportasi (tidak ada angkutan umum dari rumah ke kantor). See? Kalau saya tidak belajar mengelola keuangan, apa jadinya saya? I know Tuhan memelihara saya, tapi saya juga bertanggung jawab mengelola apa yang dipercayakan pada saya (kali ini saya ngomongin DUIT).

Friday, August 28, 2015

Peliharaan Mamahku

Mamahku memelihara semut Jepang yang katanya bisa dimakan untuk obat,di sebuah toples diletakkannya 4 ekor semut,kapas dan ragi (makanan untuk semut tersebut),setelah beberapa minggu semut jepang tersebut bertambah banyak dengan bonus beberapa ekor belatung.Dita sepupuku heran melihat toples tersebut.

Dita : Mbak,apa itu?
Ruri : Semut Jepang Dit,peliharaan bude,buat obat.
Dita : Ih,belatungnya kok banyak?
Ruri : Ga tau Dit.
Dita : Oo...mungkin karena ada raginya mbak,ada lalat bertelur di situ.
Dita : Yang dimakan apanya mbak?
Ruri : Raginya Dit,semutnya makan ragi.
Dita : Bukan mbak,yang dimakan bude apanya?
Aku : Belatungnya Dit,huahahahaha.

Tuesday, August 25, 2015

Pencobaan

Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab
Allah tidak dapat dicobai olehyang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudahmatang, ia melahirkan maut. Yakobus 1:13-15

Banyak orang berkata bahwa pencobaan dan ujian adalah hal yang berbeda.Pencobaan dikatakan bukanlah dari Tuhan dan memiliki tujuan yang berbeda dengan dengan ujian. Sebuah ilustrasi menggambarkan pencobaan sebagai sebuah burung yang hinggap di kepala kita,kemudian keputusan kitalah yang akan menentukan apakah si burung akan membuat sarang di kepala kita atau tidak.
Hari ini aku belajar, bahwa saat kita dicobai (oleh iblis atau keinginan kita sendiri),kita memiliki kesempatan memutuskan melakukan hal yang benar sama besarnya dengan kesempatan memutuskan hal yang salah.Kita berkuasa menentukan pilihan kita. Apakah kita akan membiarkan burung itu membuat sarang di kepala kita atau tidak?

Monday, August 24, 2015

Saat Kecewa Kepada Dia yang Dianggap Panutan



“Kamu kenapa dek?”, tanya abangku.
“Sedih bang.”
“Kenapa?”
“Nih.” Kutunjukkan sebuah berita online yang baru saja kubaca. Isinya tentang perselingkuhan seorang pencipta lagu FS dan artis FF.
“Mereka masih manusia dek.”
Iya pulak sih, selagi kita manusia, kita masih bisa berbuat salah. Masih bisa berdosa. Kata Lassma, gak ada manusia yang kebal terhadap dosa, indeed. Tapi aku harus mengakui, jauh di lubuk hatiku, aku kecewa. Aku tidak menyangka seseorang yang selama ini dipakai Tuhan dengan luar biasa bisa berbuat demikian.

Semua manusia bisa berbuat dosa. Beda jenis dosanya aja kali. Mereka mungkin jatuh dalam dosa A, tapi aku juga bisa jatuh dalam dosa B. Berdoa dan berjaga-jaga saja lah…Ga ada manusia yg sempurna. Kita sama-sama gak sempurna,sama-sama berdosa, sama-sama butuh kasih karunia Tuhan supaya tetap hidup benar. Sama-sama berjuang untuk menyenangkan Tuhan.

Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah. Matius 26:41

Ayat ini yang terngiang-ngiang beberapa hari ini di telingaku.
Ayat ini bersuara nyaring di hatiku.
Ayat ini menjadi rhema bagiku.

Kembali diingatkan banyak hal:
Betapa lemahnya aku, dia, mereka dan manusia yang lain.
Aku perlu belajar untuk menjauhkan diriku dari pencobaan, jangan mendekati area yang aku tahu berbahaya.
Bukan setan atau iblis yang mencobaiku, tapi aku dicobai oleh keinginanku sendiri.
Aku perlu lebih banyak berdoa dan berjaga-jaga, jangan menganggap diriku kuat. Tuhan Yesus yang kuat, aku lemah, dan aku perlu belajar bergantung padaNya.
Aku tidak boleh tinggal tetap dalam dosa.
Satu keputusan yang salah ternyata berdampak bagi banyak orang.
Hidup bukan tentang hanya tentang bahagia atau tidak, hidup adalah kesempatan memuliakan Tuhan.
Tuhan Yesus sungguh-sungguh mengasihi semua orang.
Tuhan Yesus mengampuni mereka yang sadar akan dosanya dan berbalik kepadaNya.
Tuhan Yesus bisa memakai semua orang, Dia memakai orang-orang yang gagal, hancur dan hina.

Lagi, aku kembali diingatkan untuk tidak membuat Tuhan Yesusku bersedih.

Kasongan, 24 Agustus 2015
-Mega Menulis-

Monday, August 10, 2015

Sudah Berapa Bulan Meg?



“Sudah berapa bulan Meg?”, tanya seorang kenalanku sambil melirik ke peyutku yang mungil ini.
Jiahhh….Aku Cuma bisa tertawa mesem dan berkata,”Belum kok, doakanlah yaaa…”
Ditanya,”Sudah isi belum?” atau “Sudah hamil belum?” ternyata tidak lebih menyakitkan daripada dikira hamil padahal belum hamil, huhuhuhuhu.
Yang artinye, AKU TAMBAH GEMUK DUNKKKK T_T
“Tuh kan dek, apa abang bilang?” abangku berkomentar demikian sambil tertawa mendengar perkataan kenalanku itu.
BAYANGKAN!!!
Abangku cuma bereaksi gitu *sigh*.
Eike kan habis merit hepi yeeee…kalo aku tau-tau kurus kering kan pemirsa jadi bertanya-tanya, ini meritnya jangan-jangan menderita nih ato disiksa suami neh makanya jadi kurus kering. Jadi, ngeliat bodiku sekarang bisa dipastikan daku bahagia lahir batin. LOL.

Eniwei,yang konyol lagi, seorang kenalanku yang lain (lagi-lagi) bertanya,”Sudah isi belum?”
Kujawablah kalau belum, sekalian tanya apa resepnya, secara anaknya dah beberapa orang gitu.
Dengan santainya dia bilang gini,”Kalau aku sih resepnya, dibawa santai aja, jangan kepikiran, ntar malah jadi stress.”
Dengan (pura-pura) polos (padahal nyindir) aku bilang gini,”Sbenare yang bikin kepikiran sih kalau ada yang tanya-tanya. Kalo ngga ma gak terlalu mikir”.
INI ASLI NYINDIR-maksudnye, daku jadi kepikiran gara-gara dia nanya gitu :p Ngarepnya dia minta maaf ato ngerasa gak enak.
Eh pemirsa, dia malah bilang gini,”Kalau saya gitu lo…jarang ketemu tapi menghasilkan”.
E  BUSEEETTTTTT… Hahahahahaha *tepokjidat* Gak jadi kesel banget, malah ngakak.

Pelajaran hari ini : Ternyata di dunia ini ada aja orang yang super tidak sensitif, sementara di sisi lain over sensitif, ada pula yang kadar sensitifnya ps-pasan. Mau pilih jadi yang mana, tergantung kita. Be happy aja. Bersukacitalah senantiasa Meg. Sekali lagi kukatakan bersukacitalah! \(“,)/

Kasongan, 10 Agustus 2015
-Mega Menulis-

Apakah Panggilan Saya?



“Apakah panggilan saya sehingga melaluinya Tuhan paling dimuliakan?”
Pertanyaan tersebut ditanyakan Kak Johan bagi kami dalam salah satu sesi Kelas Berbuah di Kaliurang bertahun-tahun yang lalu. Dalam segala sesuatu yang kita kerjakan, kita dapat memuliakan Tuhan saat kita mengerjakannya karena Dia dan untuk Dia. Kita dapat memuliakanNya saat kita beribadah di gereja, namun kita juga dapat memuliakanNya saat kita memilih mengikuti sebuah acara bersama teman-teman kuliah kita. Pertanyaannya bukan lagi apa yang harus saya kerjakan untuk memuliakan Tuhan tapi di antara pilihan-pilihan ini, yang manakah yang paling memuliakan Tuhan?

Contoh:
Saat dihadapkan pada dua pilihan, bekerja di kantor pemerintah dan melayani sebuah suku terabaikan di pedalaman, mungkin kita bertanya-tanya, manakah yang Tuhan ingin saya kerjakan?
Manakah yang memuliakan Tuhan?
“Tentu saja dong, melayani suku terabaikan”, demikian jawab seseorang. Bagi sebagian besar orang, melayani sebagai misionaris akan memuliakan Tuhan, berbeda dengan pekerjaan kantoran yang sarat pergumulan biasa. Benarkah demikian?
A BIG NO
Setiap pekerjaan dapat memberikan kita kesempatan untuk memuliakan Tuhan.
Seandainya anak-anak TUHAN hanya bekerja di bidang-bidang yang ‘rohani’ saja, lalu siapa yang akan menjangkau mereka yang belum mengenal TUHAN di pemerintahan, atau mereka yang belum mengenal Tuhan di dunia perbankan, atau di dunia pendidikan. TUHAN rindu setiap anakNya memuliakan Dia di setiap tempat yang Dia taruh. Bagi kita yang terpanggil bekerja di kantoran biasa, jangan pernah berpikir kalau pekerjaanmu adalah pekerjaan biasa, pekerjaanmu adalah sarana bagi TUHAN dimuliakan. Siapa bilang menjadi guru TK tidak memuliakan Tuhan? Siapa bilang menjadi ibu rumah tangga tidak memuliakan TUHAN. Segala pekerjaan bisa jadi sarana memuliakan Dia. Tergantung pada sikap hati kita.


Sebuah film lawas berjudul Saving Private Ryan, memberikan gambaran yang mengena sekali. Singkat cerita, ada sebuah tim yang memiliki misi khusus menyelamatkan seorang tentara muda bernama Ryan yang sedang berperang. Saudara-saudara Ryan diketahui telah gugur di medan perang, sehingga orang tuanya sedih sekali sehingga memohon agar anak satu-satunya yang tersisa dipulangkan. Jika sempat tontonlah film ini, bagus banget d^^b. Ryan membawa anak cucunya ke makam penyelamatnya dan berkata (kurang lebih seperti ini), “Kau lihat, aku tidak menyia-nyiakan hidup yang telah kau berikan.” Ryan berhasil diselamatkan namun tim yang bertugas membawanya pulang gugur di medan perang.


Mengapa kita harus mempermuliakan Tuhan?

Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. 2 Korintus 5:15

Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! 1 Korintus 6:20


Demikianlah Kristus juga telah telah mati bagi kita, tapi tidak selesai sampai di situ. Dia mati supaya kita hidup untuk diriNya. Hidup kita adalah bagiNya. Hidup kita adalah bagi kemuliaanNya.

Diselamatkan DARI sangat berbeda dengan diselamatkan UNTUK. Keselamatan bukan hanya agar kita terhindar DARI hukuman kekal, melainkan agar kita hidup UNTUK memancarkan kemuliaan-Nya. (Cat & Dog Theology-Bob Sjogren dan Gerald Robinson)

Bagaimana kita mempermuliakan Tuhan?
Yesus berkata demikian:
Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.Yohanes 17:4
Ia mempermuliakan BAPANya dengan menyelesaikan pekerjaan yang diberikan padaNya.
Kita tahu, Yesus melakukan berbagai mukzizat, kita dapat berkata dengan yakin bahwa seluruh hidupnya memancarkan kemuliaan Allah. Yesus menyembuhkan orang sakit, Ia mengajar banyak orang, Ia membangkitkan orang mati, Ia mengubah air menjadi anggur, Ia mati di kayu salib menebus dosa kita, de el el, de es be. Tapi sesungguhnya, pekerjaan apa sih yang diberikan padaNya? Cekidot!

Suatu kali, pagi-pagi sekali, murid-murid mencari Yesus dan menyampaikan bahwa betapa banyak orang mencari Yesus (Markus 1:35-39), tapi apa yang terjadi? Simak ini!
 waktu menemukan Dia mereka berkata: "Semua orang mencari Engkau." Jawab-Nya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." Markus 1:37-38
Yesus tahu untuk apa Dia ada di dunia ini.
Dia tahu apa yang menjadi panggilanNya.
Bagaimana dengan kita, bagaimana kita mengetahui panggilan kita masing-masing?
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Efesus 2:10

Satu-satunya cara mengetahui panggilan kita adalah dengan bertanya kepada pencipta kita. Sebagaimana suatu benda diciptakan dengan tujuan tertentu, demikian juga kita. TUHAN menciptakan kita untuk tujuan tertentu. Sebuah pisau dapur (mungkin) dapat saja menebang sebuah pohon, tentunya dengan usaha keras bertahun-tahun, tapi apakah efektif menggunakan pisau dapur untuk menebang sebuah pohon? Kita tahu jawabannya tidak. Demikian pula, sebuah gergaji dapat digunakan memotong sayuran dan daging (dengan susah payah), tapi apakah efektif? Rancangan Allah bagi setiap masing-masing kita sangat unik, panggilanNya bagi kita sudah disesuaikan dengan karuniaNya bagi masing-masing kita, kemampuan dan bakat yang diberikanNya, hobi kita, kesukaan kita. HE KNOWS US SO WELL. Dia mengenal kita lebih dari kita mengenali diri kita sendiri. Jangan ragu untuk bertanya padaNya dan menggumuli panggilan pribadi kita. Setiap kita memang dipanggil dari semula untuk menjadi serupa dengan Kristus dan memuliakan ALLAH kita dengan cara yang paling memuliakanNya. Hanya saat kita hidup sesuai dengan tujuan-Nya maka kita memenuhi rancanganNya secara maksimal. Mengerjakan hal lain yang bukan diperuntukkan bagi kita tidak mendatangkan kemuliaan maksimal bagi Tuhan.

Kita kehilangan hak untuk menentukan visi kita sendiri. Pada saat yang sama kita juga tidak berhak untuk hidup tanpa visi. Pikirkan ini: Jika Allah memiliki visi mengenai apa yang harus Anda lakukan dengan jatah tahun-tahun Anda, Anda sebaiknya masuk di dalamnya. Alangkah tragisnya jika kita melewatkan hal itu.(Visioneering-Andy Stanley)

Jika kita dihadapkan pada pilihan yang ada, bertanyalah pada TUHAN, “Dimanakah Dia paling dimuliakan?”


Kasongan, 10 Agustus 2015
-Mega Menulis-