Thursday, February 26, 2015

Gimana Kalo Dah Nikah Ntar Ya?

Aku suka waktu-waktuku sendirian.

Baca buku. Nonton film. Dengar musik. Menulis.Tidur.

Aku suka hujan di hari kerja, saat dimana aku jadi penguasa kantor karena sedikit yang masuk kantor.

Aku suka ruangan kantor yang sepi, makanya aku suka datang lebih pagi dari yang lain.

Menikmati kesendirian. Menuliskan pikiranku yang ramai.

Aku suka apapun yang bisa aku lakukan sendiri.

Kalau tiba-tiba ada yang membatalkan janjinya, kalau tiba-tiba aku gak punya jadwal melakukan apapun, aku lebih memilih sendiri dibandingkan menghabiskan waktu bersama teman.

Aku tidak suka saat seseorang tiba-tiba mengganggu kesendirianku

Aku menyukai duniaku sendiri

Aku harus dipaksa untuk keluar dari cangkangku

Aku tidak suka gangguan saat aku asyik sendiri

Saat orang lain asyik ngobrol di dekatku, aku gak akan berusaha ikut campur dalam pembicaraan mereka  kalau gak ada perlunya

Aku lebih suka mengamati dibandingkan bergabung

Sekarang, aku lebih memilih diam dibandingkan berbicara.

Salah, aku masih bicara. Tapi lewat tulisan.

Aku suka menikmati sebuah buku atau menulis di tengah keramaian

Aku lebih suka mengamati dibandingkan terlibat

Akhir-akhir ini aku semakin pandai bersikap cuek

Semakin phlegmatic. Semakin introvert.

I love being alone.

Gimana kalo dah nikah ntar ya? LOL


Kasongan, 26 Februari 2015
-Mega Menulis-


Wednesday, February 25, 2015

Untuk Apa Sih?



Ngapain sih tetap rajin, toh yang rajin sama gak yang rajin sama aja tuh gajinya, malahan banyakan gajinya mereka yang gak rajin?

Ngapain sih mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh jika orang hanya melihat hasil dan bukannya proses?

Ngapain bekerja cepat sementara banyak yang bekerja lambat, mengapa tidak mencontoh mereka dan berlagak sibuk?

Untuk apa memberikan yang terbaik bila yang baik sudah cukup?

Untuk apa menyelesaikan pekerjaan dalam sehari jika orang lain mengerjakannya seminggu?

Untuk apa gelisah jika pekerjaanmu tak selesai, sementara yang lain bersantai?

Untuk apa peduli, jika orang lain tak peduli?

Untuk apa sampai gak bisa tidur memikirkan pekerjaan, jika orang lain tidur nyenyak tak peduli deadline?

Untuk apa menulis surat izin bila berhalangan masuk kantor sementara banyak aja tuh yang suka-sukanya masuk kantor?

Untuk apa ikut apel pagi sore toh gak ada punishment dan reward untuk mereka yang rajin dan yang malas?

Untuk apa mengerjakan yang bukan tanggung jawabmu di saat yang harusnya bertanggung jawab malahan kabur?

Untuk apa sih merasa bersalah saat membolos?

Untuk apa datang kantor dan pulang tepat waktu, toh banyak yang sesukanya datang dan pergi hidupnya baik-baik aja, ditegur aja kagak.

Untuk apa sih kerja keras dan cerdas, toh banyak aja yang malas dan bodoh hidupnya baik-baik aja.

Gak henti-hentinya aku menanyakan pertanyaan itu. Bolak-balik seputaran itu.
Tuhan, bodoh banget ya aku, kok aku mau-maunya melakukan itu semua.
UNTUK APA?
KENAPA SIH, aku masih melakukan semua itu?

Sejujurnya, aku melakukannya karena aku masih berharap.
Aku masih punya pengharapan.

Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir. Ibrani 6:19

Kasongan, 25 Februari 2015
-Mega Menulis-

Akibat Diselingkuhin

Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri dari pada kota yang kuat, dan pertengkaran adalah seperti palang gapura sebuah puri. Amsal 18:19

Pernah diselingkuhin?
Aku pernah T_T
Sakitnya tuh di sini *nunjuk dada*
Gobloknya aku saat itu, aku terus saja berpikir kalau ada yang salah dengan diriku, aku merenung-renungkan apa yang salah dalam hubungan ini. Padahal nyata-nyata, aku yang diselingkuhin. Lah, dah disakitin kok masih nambah dengan nyalah-nyalahin diri sendiri. Girls, ini ma super duper bego. Sekarang baru nyadar.LOL

Aku pernah mendengar share dari beberapa teman wanita yang diselingkuhin, ternyata kami sama, sama-sama menanyakan hal yang sama setelah tahu diselingkuhin. Kami bertanya-tanya:
Apa sih salahku?
Kurang apa sih aku?
Aku gak tahu, kalau cowok yang diselingkuhin apakah mereka akan berpikir demikian.
Tapi yang jelas, kebanyakan cewek mikirnya gitu.
Saat aku tahu wanita lain itu, aku berpikir,
”Well, dia cantik, aku jelek banget apa ya dibandingkan sampe dia tega kayak gitu.”
“Jangan-jangan si cewek lain itu sifatnya lebih baik dibandingkan aku. Aku kan ngambekan, aku egois, bla..bla..(langsung bikin list kejelekan sendiri)”

Yang paling buruk adalah, sejak diselingkuhin, percaya diri seorang wanita bisa runtuh. Sejujurnya, kalau wanita sudah rusak percaya dirinya, dia tidak akan pernah jadi wanita yang sama lagi.
Dia tidak akan dengan mudah mempercayai perkataan orang-orang di sekelilingnya, apalagi pria.
Dia akan mudah curiga.
Dia akan sulit menerima pujian dari orang lain karena dia merasa itu hanya pemanis bibir, dia tidak mempercayai orang lain dengan mudah.
Dia takut disakiti sehingga menjaga jarak dengan mereka yang ingin mendekatinya.
Dia merasa selalu ada yang kurang dengan dirinya.
Dia tidak puas dengan dirinya.
Dia tidak menyukai dirinya sendiri

I know that.
I honestly know that.
I feel that.

Kita perlu bersabar dengan mereka yang dikhianati,
Mereka butuh waktu untuk mempercayai lagi.
Mereka ingin meyakinkan dirinya kalau tidak semua orang sama.
Mereka perlu banyak waktu.
Plis, bersabarlah dengan mereka.

Kasongan, 24 Februari 2015
-Mega Menulis-

Tuesday, February 24, 2015

Random Thoughts

Pengen sepatu Kickers.

Pengen tau ending Game of Thrones tapi males nontonnya, terlalu banyak darah dan vulgar, bikin males.

Eh males liat darah kok malah pengen nonton horor Thailand yang Ruri bilang itu ya, kayaknya seru tuh, penjual mi ayam yang pake daging manusia.

Ini kadis mana sih, kok blom juga balik kantor ya, kan enak kalo cepet ditandatangani suratnya, ngurangin beban kerjaan.

Bentar lagi Maret, trus April, jadi nyonya deh.

Thanks GOD, I found him. Makasih Tuhan dah pertemukan kami. Makasih Tuhan untuk waktu yang tepat. Gak nyangka bareng dia sekarang. Terima kasih Tuhaaannn \(“,)/

Jadi kangen si abang.Lagi ngapain ya dia? Kerja lah Megggg….LOL

Huaaa….senangnya bisa cuti sebulan lebih ntar, gak sabar euy.

Sempet gak ya habis nikah ke Padang sama Fani, mumpung euy, kapan lagi maen ke Padang.

Enaknya honeymoon ke Bandung ato keliling Jakarta aja nampaknya, gak bisa jauh-jauh, si abang nih susah cari cuti lagi #sigh

Tapi sayang duitnya sih #pelit. LOL

Semoga bulan September (ato Oktober ya) jadi ikut diklat teknis di Bandung dan uji kompetensi, kangen euy ketemu anak-anak kelas C.

Jiaaahhhh…urusan RENJA 2016 blom beres, gara-gara program dan kegiatan baru.

Laperrrr,kok ayam kecap semalam pake acara ketinggalan ya di rumah Palangka Raya, padahal dah ngayal makan ayam kecap pulang ntar.

Resep es kacang merah semalam lumayan sukses, bisa nih berhenti jadi PNS dan buka kedai es.

Pengen baca buku Agatha Christie, gara-gara ada book olshop yang share jualannya, kangen Poirot.

I love Poirot than Sherlock Holmes :p Holmes super nyebelin kadang. Tapi mending Holmes sih dibanding Miss Marple.

Aih, Detective Conan gak tamat-tamat. Topeng Kaca juga. Skip Beat juga.Eh, Legenda Naga juga. Males banget baca komik yang gak tamat-tamat.

Supernova juga blom tamat-tamat nih,tapi GELOMBANG super duper keren,  sayang ada yang aneh, kok pemilu legislative di awalnya salah setting ya tanggalnya. LOL. Tapi tetep keren sih. Kok bisa ya settingnya tentang orang Batak, pas banget neh tahun ini aku merit sama orang Batak, jadi belajar tentang Batak dikit-dikit lewat buku ini.

Semoga tahun depan keluar tuh INTELEGENSI EMBUN PAGI, gak pake acara lama banget. Pegel nunggunya, lupa deh cerita-cerita sebelumnya.

Film Supernova semalam bagus gak ya? Jadi penasaran.

Kayaknya emang harus koleksi tuh GELOMBANG.

Tawaran Ibu ‘Prima’ yang mau jual koleksi komik dan buku bekas dari book rentalnya menggiurkan, tapi 20 juta? Haissss..T_T I don’t think so

Kalo ada duit 20 juta mending buat yang lain lah dulu, buat buka usaha apa kek. Ralat, buat nikah Meg.

Alamak, nikah tu mahal ya.

Haduh, undangan nikah belum beres.

Make up juga belum.

Apalagi ya yang belum?

Lucu juga liat orang kantor yang biasa perjalanan dinas bingung ngadepin kadis yang baru dan aturan baru, hehehe, yang dah biasa gak perjalanan ma nyantai :p

Pak Kadis akhirnya datang juga.

Ok. Tulisan ini berakhir. Aku mau minta tanda tangan Pak Kadis.

Kasongan, 24 Februari 2015
-Mega Menulis-

Mudahnya Bilang Maaf



Bagi saya meminta maaf bukanlah sesuatu yang sangat sulit, apalagi bila syarat dan ketentuan di bawah ini terpenuhi:
Saya memang bersalah (Saat saya menyadari kesalahan yang saya perbuat, terutama jika itu melukai hati seseorang atau menyinggung seseorang, saya dapat bersegera meminta maaf)
Saya ingin segera berbaikan (Sungguh tidak nyaman bertengkar dengan seseorang yang dengannya kita biasa bergaul sehari-hari atau menghabiskan waktu bersama)
Bertengkar bukan karena hal yang prinsip.
Saya merasa hubungan ini harus segera diperbaiki.
Mengerti dan memahami situasi yang terjadi.
Melakukan kesalahan bukan dengan dengan keluarga inti (Sad but true, saya juarangggg…banget meminta maaf pada mamah dan adik-adik saya jika kami bertengkar. Mungkin karena merasa keluarga selalu mengerti dan memahami diri kita dan segera dapat berbaikan tanpa kata ‘maaf’ sehingga kata maaf jarang terucap).
Mudah bilang maaf.
Saya gampang meminta maaf.
Tapi saya seringkali mengulang kesalahan saya.

Saya menyadari saat dalam candaannya, abang saya..ehem…maksud saya calon suami saya berkata,”Kamu ni dek, selalu…bla…bla…bla… (dia menyebutkan kesalahan saya yang berulang)”. Dia mengucapkannya dengan nada bercanda, tapi saat saya konfirmasi, apakah dia merasa demikian, dia mengakuinya.
Saya sakit hati awalnya, tak terima mendengar kata ‘SELALU’ itu. Naluri pertama saya adalah membela diri,”Ngga ah, aku gak gitu, dah mendingan kok sekarang. Aku gak selalu kayak gitu”. Mendengar kata ‘SELALU’ itu gak enak banget. ASLI. Kesannya kok bebal banget ya, kok selalu mengulang kesalahan yang sama. Saya sudah berusaha berubah dan gak mengulang kesalahan saya, tapi kenapa sih dia berkata demikian?

Setelah diam dan merenung-renung, mengoreksi diri, iya juga sih…saya belum berubah sepenuhnya, terkadang saya gagal. Seringkali saya gagal untuk tidak mengulangi kesalahan saya. Setiap saya berbuat salah, saya meminta maaf, abang saya memaafkan saya. Saya mengulangi lagi kesalahan saya. Tidak secepat dulu sih mengulangnya. Dalam jangka waktu yang agak lama sih. Tapi tetap saja, memang saya mengulangi kesalahan saya. Abang saya memaafkan. Demikian berulang.
Fiuh….
Saya salah.
Dan saya tahu, saat saya minta maaf, saya akan dimaafkan.
Tapi itu perkara berbeda dengan tidak mengulanginya lagi. Benar-benar berbeda.

Adalah baik meminta maaf, tapi alangkah baik lagi jika kita juga tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Itu yang saya pelajari dari abangku.

Dan sebaliknya, abangku mengaku kalau ia juga belajar meminta maaf dalam hubungan kami berdua.
Di awal hubungan kami berdua, saya mendapati kalau abangku tidak pernah meminta maaf. Bukan karena ia tak menyadari kesalahannya. Tapi dia menunjukkannya melalui perbuatannya. Saat saya komplain akan suatu hal, kami akan membicarakannya, dan setelah itu dia tidak mengulangi kesalahannya.
Saya tidak puas.
Maunya saya, kalo salah ya minta maaf dong, ngaku kalo salah, terus berubah dong.
Tapi dia berbeda. Dia lebih suka menunjukkan penyesalannya melalui tindakan.
Apakah semua pria demikian, saya tidak tahu. Tapi itu yang saya lihat, alami dan rasakan.
Saya hebat dalam berkata-kata, tapi tidak sepandai dia dalam bertindak.

Jika saya mudah bilang maaf, abangku berbeda. Dia sulit meminta maaf.
Dulu sih….
Saya bersyukur, dia mau berubah. Dia mau meminta maaf sekarang.
Saya bersyukur, dia masih memaaafkan kesalahan saya yang berulang.
Sekarang saya yang masih terus belajar untuk menunjukkan penyesalan lewat tindakan, gak cuma ngomong ‘MAAF’ doang.

Kasongan, 24 Februari 2015
-Mega Menulis-

PS. Saya sudah komplain untuk penggunaan kata ‘SELALU’ dan abang saya bingung kenapa saya komplain bila memang benar, tetapi dia minta maaf karena kesan negatif kata ‘SELALU’ itu menyakiti saya. Iya sihhhh….logika saya menerima, kalau itu emang kenyataan, tapi hati saya tak terima, gimana dong? Yang jelas, dia gak pernah lagi sih bilang ‘SELALU’. Semoga karena saya memang sudah berubah. LOL.