Thursday, March 12, 2015

Nasehat Abeth (tsahhh....^^)



I write this for a reminder for me :p

Abeth Sitinjak bilang gini kemaren:
“Kalau ntar sesuatu ngga berjalan sesuai yang direncanakan(my wedding day maksudnya). Jangan jadikan alasan untuk marah, kesal, dll ya Meg”.
YES.
Makasih ya Beth ^^

Aku memang perlu diingatkan kalau our wedding day bukan tentang aku atau abangku, atau pritilan-pritilan yang gak penting, ini tentang bagaimana Tuhan Yesus memberkati sebuah pernikahan kudus. Ini tentang bagaimana Dia dimuliakan melalui kehidupan pernikahan kami.  Ini tentang bagaimana kami menjadi kesaksian kasih Allah dalam kehidupan rumah tangga kami nantinya.Mosok sih ntar kalo ada yang berjalan gak sesuai rencana trus aku pake acara cemberut, marah atau kesal, aihhhh…katanya mo memuliakan Tuhan, mosok sih gitu Meg?

Kalau sesuatu gak berjalan sesuai yang aku inginkan, terkadang aku kesel setengah mampus. Aku perlu belajar menerima berbagai kejutan-kejutan yang gak aku inginkan dalam hidup ini. Tuhan tahu aku gak menyukai ini, tapi Dia tahu aku memerlukan ini untuk membentuk karakterku. Dan yang aku tahu, I need HIM. Tuhan saja yang bisa berikan aku ketenangan, sukacita, apapun yang ku perlukan.

“Tolong aku dan abangku ya TUHAN, supaya di hari pernikahan kami nanti kami tetap menyenangkanmu. Supaya kami memiliki sikap hati yang benar dan kami tetap bersukacita di dalamMu apapun yang terjadi. Kami mau menyenangkanmu TUHAN. Amin.”

Kasongan, 12 Maret 2015
-Mega Menulis-

Wednesday, March 11, 2015

Tambal Gigi dan Kemalasan



Hari ini aku ke dokter gigi gara-gara Fani, hahaha, piss Fan ^^V Kawanku yang satu ini emang aware banget masalah kesehatan, maklum papahnya dokter. Jadi beberapa minggu yang lalu dia menasehatiku tentang beberapa hal yang katanya pengetahuan dasar sebelum menikah, di antaranya perlunya  mengikuti serangkaian tes darah sebelum menikah, mendapatkan vaksin TT dan…ini yang aku lupa tuliskan sebelumnya, Fani udah protes kok aku gak masukkan ini,LOL, katanya perlu juga tuh aku ke dokter gigi untuk periksa dan menambal gigi jika ada yang berlubang. Alasannya? Kurang lebihnya Fani bilang gini:
“Lu kan ntar bakalan kissing sama laki lo. Nah, kalo gigi lo berlubang trus kalian kissing dan bertukar bakteri gimana? Jadi penyakit tauk!”
LOL
Readers, kalian ketawa kan bacanya?
Aku juga ketawa waktu itu, tapi Fani serius lo ngucapinnya. Pake acara melotot dengan mata indah bola pingpongnya pulak :p

Yeah, setelah kemaren aku minta rujukan dari Puskesmas untuk ke poli gigi di RS, hari ini aku ke RS. O, iya… bagi para pengguna ASKES or BPJS (nama barunya sekarang), fyi, kalo mo berobat ke RS, minta dulu rujukan dari Puskesmas. Aku minta rujukan ke RS gara-gara di Puskesmas sini gak ada dokter giginya. Lumayan atuh…gratis diperiksa dokter gigi di RS, you know kan kalo ke praktek dokter gigi, mahal. Kalo udah dapat rujukannya, jangan lupa foto kopi ASKES/BPJS dan rujukan tadi, soale rujukan tadi berlaku satu bulan untuk ke poli yang sama. Kayak aku nih, hari ni ke poli gigi di RS, rujukan yang aku punya tuh bisa buat ke poli gigi sampe sebulan ke depan. Tapi kalo aku perlu ke poli penyakit dalam di RS, aku harus minta rujukan lagi ke Puskesmas.

Nah, singkat cerita, pas di poli gigi, dokternya bilang gigiku harus ditambal, tapi kali ini ditambal sementara doang, minggu depan baru ditambal permanen. Tuh kan…untung aja aku foto kopi rujukannya, jadi minggu depan tinggal ke RS aja, gak perlu minta rujukan lagi di Puskesmas.

Pulangnya, aku laper donggg…Terakhir makan sore kemaren. Tadi pagi gak sempat sarapan. Pengen banget makan nasi goreng. Udah masak nasi sih di rumah, tapi males banget pulang dan masak. Iya sih, rumahku dekat dengan kantor, tapi lagi males masak nih, padahal bahan-bahan buat nasgor juga ada kok. Akhirnya aku memutuskan makan di warung makan nasi goreng di pinggir jalan. Enak kan, tinggal duduk, gak usah ribet, tunggu bentar dan clingggg…TINGGAL MAKAN! :p Aku menunggu sebentar, nasi goreng datang dan…biasa aja tuh rasanya. Heran deh, kok kata temanku nasi goreng di situ enak ya? #sigh. Tahu gini masak sendiri deh :p Tapi ya sudahlah, siap suruh malas masak? Begitu hendak membayar, aku kaget, ENAM BELAS RIBU!!!! T_T MUAHAALLLLLL!!! Untuk sepiring nasi goreng yang rasanya biasa aja, gak pake telor, cuma suwiran ayam seiprit, enam belas ribu tu muahal banget. Emang sih, sejak mo merit, aku jadi lebih perhitungan sama duit, tapi walopun belom mau merit pun itu nasgor termasuk mahal loooo. Hari ini kemalasanku harus kubayar dengan mahal!!!

Lebay banget ya aku, duit segitu aja kok dibesar-besarkan? Hahahaha.
Tapi beneran deh, sepanjang jalan balik ke kantor tadi aku mikir gini:
“Itulah kalo malas Meg, jadinya rugi kan? Makanya jangan malas!”
Malas sikat gigi habis ngemil malam juga berakibat gigi berlubang lo Meg #sigh.
Males ada akibatnya looo…. :p


Oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah. Pengkhotbah 10:18


Kemalasan akan membuat kita membayar lebih dari yang ingin kita bayarkan.

Kasongan, 11 Maret 2015
-Mega Menulis-

Monday, March 9, 2015

Pengen Diterima Apa Adanya? Emang Sudah Tampil Apa Adanya?



Kalo dia sayang aku, pasti terima apa adanya dong , aku menuliskan ini beberapa minggu yang lalu.dan hari ini aku bertanya-tanya:
Kita yang ingin dikasihi apa adanya, sudahkah kita menunjukkan diri apa adanya?

Seorang kawan pernah berkata, seorang wanita saat masih pacaran berusaha menampilkan hal-hal yang baik dalam dirinya pada pasangannya (dan menutupi keburukannya), sebaliknya seorang pria saat merasa nyaman dalam hubungan pacarannya menampilkan dirinya apa adanya (yeahhh…keburukannya keluar semua). Saat mereka menjalani hubungannya dan akhirnya berkomitmen menikah, sang wanita berharap sang pria BERUBAH (wowww…wanita optimis sekali ya, hahaha), sementara sang pria berharap sang wanita TIDAK BERUBAH (ya iya lah…yang dilihat yang bagus-bagusnya aja).
Dan begitu menikah?
BOOMMMMM!!!! :p

Jangan heran bila setelah menikah nanti ada pemikiran jika pasangannya bukanlah dia yang dinikahinya dulu.
 “Kok dia berubah sih?”, demikian pikiran kita.
Atau,”Kenapa sih dia gak berubah?”
Jika saat menikah, mulai terdengar keluhan seperti ini di kepala kita tentang pasangan, well…mungkin karena kita belum mengenal pasangan secara mendalam sebelum menikahinya.Dan kita memang belum menerima dia apa adanya. Dulu dan sekarang.

Bagaimana kita dapat mengharapkan seseorang menerima kita apa adanya bila selama ini kita menjadi bukan diri kita sendiri?

Akhir kata:
Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Roma 12:9

Kasongan, 9 Maret 2015
-Mega Menulis

Friday, March 6, 2015

Melakukan Sesuatu Tanpa Pengertian


Masih ingat tulisanku yang ini? 
Beberapa hari ini aku banyak gugling dan bertanya ke orang-orang yang aku anggap telah melewati fase yang sedang aku alami (maksudku, persiapan merit). Nah, aku dapat informasi dari Nona kalau selain yang aku ceritakan di postingan sebelumnya, ada banyak vaksin yang diperlukan sebelum hamil (oke, awalnya aku pikir informasi ini terlalu cepat aku dapatkan awalnya, tapi ini kan gak sia-sia ya kalau aku tulis di sini, reminder for me juga :p), ada vaksin MMR,klo hepatitis blm,vaksin juga sekalian,klo blm kena cacar air vaksin jg varicella. Bahkan dia juga menyarankanku untuk berlangganan milis SEHAT di sehat@yahoogroups.com Banyak info tentang kesehatan di situ katanya. Thanks a lot Non :* Aku sudah mendaftarkan diri tadi, dan sudah mengisi kuesionernya, tapi belum ada balasan lagi. O, iya jika berminat silakan daftar dengan cara kirim email kosong ke sehat@yahoogroups.com dengan subjectnya diisi SUBSCRIBE. Nantinya akan ada balasan, apa yang harus kita lakukan kemudian. Ini ada websitenya yang bisa kita baca-baca juga http://milissehat.web.id/ Silakan dibaca-baca ^^

Eniwei, lanjut ceritaku ya, jadi saat aku menanyakan ke beberapa orang mengenai apa yang kata Fani pengetahuan dasar itu dan menemukan pernyataan beberapa teman yang cukup mengejutkan. Ada seorang teman yang mendapatkan vaksin TT hanya untuk memenuhi syarat dari dari DUKCAPIL untuk catatan sipil (aku malah baru tahu kalau ada syarat ini untuk catatan sipil, maklum yang ngurus pendaftaran di Pekanbaru sono camerku ^^’), trus ada pula yang memalsukan syarat ini karena mendapatkan informasi akan susah hamil jika suntik TT (aku ada baca juga sih hal ini waktu gugling, tapi aku menemukan beberapa alasan lain untukku pribadi kenapa aku memutuskan suntik TT).

Kalo aku Cuma pengen syarat DUKCAPIL terpenuhi sih mungkin aku hanya akan melakukan sekali saja suntik TT, buat apa menyakiti diri berkali-kali, toh yang penting syarat dah terpenuhi kan? Aku gak tahu guna dan pentingnya suntik itu, cukup dah sekali aja.Again, yang penting syarat terpenuhi. BERES. Tapi karena aku dah paham kegunaannya, aku akan berusaha melakukannya walapun sakit dan repot (kenapa juga harus sampe 5 kali, mbok sekali aja-oke, ini pertanyaan orang yang belum terlalu paham ternyata).LOL

Gimana pun alasan seseorang, aku gak akan komplain, tapi yang membuatku merenung-renung, melakukan sesuatu karena itu merupakan syarat yang harus dipenuhi, wow… aku berpikir,aku ternyata sering juga melakukannya, entah berapa kaliaku melakukan banyak hal dalam hidup hanya karena itu kewajiban. Bukan tanpa pengertian, tanpa pemahaman. Nampaknya sering. Asal melakukan, asal jadi. Entah kenapa waktu dengar temanku itu, aku teringat Ezra yang dikatakan demikian:
Sebab Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat TUHAN dan melakukannya serta mengajar ketetapan dan peraturan di antara orang Israel. Ezra 7:10

Ezra MENELITI TAURAT TUHAN
Ezra MELAKUKAN TAURAT TUHAN
Ezra MENGAJAR TAURAT TUHAN

Ezra bertekad melakukan ketiganya.
Gak ada tuh ceritanya dia Cuma melakukan tanpa paham yang dia lakukan, dia tahu dan paham dulu apa dan mengapa ia melakukannya.
Gak ada pulak ceritanya dia ngajar doang tanpa meneliti yang diajarkannya, itu ma ngasal doang berarti dia, ngajar tanpa tahu apa yang diajarkan? Sama aja membual! Sama aja menyesatkan orang lain. Bagaimana kalau apa yang diajarkannya salah?
Nah…nah…Dia juga gak ngajar tanpa melakukan, atau melakukan yang beda dari yang dia ajarkan, karena kalau dia melakukan berarti dia munafik dan mempermalukan Tuhan. Ya iya lah, gimana Tuhan gak jadi tertawaan saat seseorang mengajarkan firmanNya eh tahu-tahu melakukan yang beda.

Seseorang berkata,seringkali ketaatan membuka pemahaman.
Maksudnya waktu itu adalah: Udahhhh…nurut aja Meg, taat aja sama Tuhan, ntar kamu ngerti kok maksudnya apa kenapa (waktu itu konteksnya kami sedang membicarakan bagaimana Tuhan akan berikan kita pengertian sewaktu kita melakukan apa yang diinginkanNya).
Aku setuju.
Saat kita telah melakukan suatu hal, belakangan kita baru tahu maksud dan tujuannya apa. Saat kita memilih untuk melakukan A dibanding B, pada akhirnya kita mengerti apa akaibat pilihan kita.

Tapi, mari jujur, mana yang memberikan motivasi yang lebih besar untuk kita melakukan (atau tidak melakukan) suatu hal?
Ketaatan membabi butakah?
Atau pengertian dan pemahaman yang benar?

Dulu aku bertanya-tanya, kenapa sih Tuhan gak ingin aku melakukan A dan B?
Ada yang bilang, udahhhh…taat aja Meg! Tuhan tahu yang terbaik!Nurut aja napa!
Nurut? Hayuk! Aku bisa berusaha nurut.
Tapi akan susah buatku terus-menerus nurut jika aku gak ngerti alasan Ia ingin aku melakukannya.
Aku akan jatuh berkali-kali dan gagal kalau aku Cuma nurut membabi buta tanpa paham akibat dan alasan aku harus melakukan (atau tidak melakukan) suatu hal.
Gimana caranya ngerti?
Selidiki dunk.
Berusaha untuk mengerti.
Cari tahu.

Tapi Meg, jalan Tuhan kan gak emang misterius.
Woooo….jangan salah, Dia Bapa yang rindu anak-anakNya tahu isi hatiNya kok.
PertanyaanNya, kita mau gak sediakan waktu untuk mendekat, bertanya dan duduk diam mendengarkan Dia?
Kalo ngga, ya udah. Jadilah sesuai kehendakmu sendiri.
Gak salah kok ingin mengerti dan paham kehendak Tuhan sebelum taat, karena saat kita mencoba mengerti dan memahami, saat kita bersungguh-sungguh mencari pengertian, itu akan membawa kita mendekat pada Dia yang memiliki pengertian itu.

Kasongan, 5 Maret 2015
-Mega Menulis-

Thursday, March 5, 2015

Tentang Ditegur (lagi)

Ada seorang bapak yang marah-marah karena di papan pengumuman kantornya  dipasang sebuah daftar yang mencantumkan rekapitulasi absen apel pagi dan siang. Dia marah karena dia merasa daftar itu tidak sesuai dengan keadaan riil di lapangan. Dia protes karena dia tahu ada beberapa orang yang gak pernah apel tahu-tahu  di situ tercantum terus mengikuti apel. Dia meminta daftar itu diturunkan karena katanya bahaya jika wartawan sampai tahu.LOL.

Aku tertawa.
Yah, gimana aku gak ketawa.
Sebenarnya, alasan sebenarnya dia marah dengan keberadaan daftar itu apa sih?
Bahayanya apa kalau wartawan sampai tahu AS LONG AS dia juga rajin apel?
Ya kan?
Fiuh….

Artinya saudara-saudara….
Jreng-jreng…dia jarang apel juga kan? LOL
Oke lah, mungkin frekuensi dia apel lebih sering dibanding orang lain yang diprotesnya, wajar aja dia marah melihat daftar yang gak sesuai riil. Aku ngerti dan turut merasakan kejengkelannya. TAPIIIII…kalo wartawan tahu kan gak masalah as long as dia rajin apel :p

Orang gak akan bisa menyerang kita jika kita melakukan yang benar kan?
Misal nih, aku marah ngeliat orang nyuri, padahal aku nyuri, apa aku gak diketawain orang lain?
Oh, betapa benarnya kita harus hidup supaya orang lain (dan bahkan iblis) gak punya kesempatan menyerang kita.

Naluri kita yang pertama adalah membela diri jika merasa diserang ato tersinggung dengan teguran.
Jika kita merasa yang menegur adalah orang yang kelakuannya tidak lebih benar dari kita, maka kita akan bilang:
KAYAK KAMU UDAH BENER AJA. KAMU KAN BLA…BLA…BLA…(lalu kita menyebutkan daftar kesalahan dan dosa orang lain).
Lalu, jika kita ditegur oleh orang lain yang kita tahu melakukan yang benar, kita akan bilang:
NGAPAIN SIH NGURUSIN ORANG LAIN, URUS AJA DIRI SENDIRI.

Sedih ya ada orang yang seperti itu?  Gak bisa menerima teguran maksudku.

Sejujurnya, aku orang yang seperti itu. Sedih banget ya?
Dengan jujur aku mengakui, aku sulit menerima teguran. Reaksiku umumnya kurang lebih sama dengan yang aku sebutkan di atas, sad but true. Aku menyadarinya dan berjuang supaya bisa menerima teguran. Supaya bisa menerima didikan. Itu yang aku pelajari belakangan ini di SINI. Benar-benar bukan hal yang mudah, apalagi jika aku sok pintar dan beranggapan lebih baik dibanding orang lain, lebih sulit lagi :p Aku akan menceritakan momen dimana aku berusaha berhenti sok pintar suatu hari nanti.

Aku gak mau lagi ah jadi orang bebal yang gak bisa menerima teguran. Tuhan bisa pakai siapa saja untuk menegurku, kalaupun Ia memakai orang yang aku anggap gak layak memberikan teguran. Well, aku belajar fokus pada isi tegurannya , bukan manusia yang menegurku. Karena aku tahu gak ada manusia yang sempurna. Aku juga gak sempurna. Tapi aku mau disempurnakan olehNya melalui segala koreksiNya melalui apapun, siapapun.

Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, Efesus 5:15

Kasongan, 5 Maret 2015
-Mega Menulis-