Saturday, September 23, 2017

Yoel 1-3, Amsal 12, 1 Korintus 12

Yoel 1:3 (TB)  Ceritakanlah tentang itu kepada anak-anakmu, dan biarlah anak-anakmu menceritakannya kepada anak-anak mereka, dan anak-anak mereka kepada angkatan yang kemudian.

Akan ada waktunya apa yang aku ceritakan ke anak-anakku akan diceritakan lagi ke anak-anaknya,jadi aku perlu memastikan kalau aku menceritakan cerita yang bermakna:kebaikan Tuhan, kasih setia-Nya, kekudusanNya. Aku rindu anak-anakku juga menceritakan kebaikan Tuhan pada anak-anaknya. Biarlah kami sekeluarga mengalamk kebaikan Tuhan seumur hidup kami dan menceritakannya. Amin

Yoel 2:12 (TB)  "Tetapi sekarang juga," demikianlah firman TUHAN, "berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh."

Berbaliklah kepada Tuhan dengan segenap hatimu!!!
Kenapa dengan segenap hati? Karena apa yang dari hati akan sampai ke hati. Kita bisa menangis, mengaduh dan mengoyakkan pakaian tanda menyesal, TAPIIII... Tuhan tahu isi hati kita yang terdalam. Kalau hati kita bersungguh-sungguh bertobat maka akan memancar keluar, akan ada perubahan hidup.

1 Korintus 12:26 (TB)  Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita.

Turut merasakan penderitaan orang lain, seharusnya sih kehidupan kita tubuh Kristus seperti yang dikatakan ayat ini. Tapi kenyataannya, ada orang-orang yang susah melihat orang senang dan senang melihat orang lain susah. Aku belajar berempati dari mamahku.

Sepulang dari Jakarta, sebelum ke Kasongan, mamahku menyuruhku mendatangi tetangga kami yang baru saja meninggal suaminya. Tante tetangga ini sudah berumur 60an. Sejujurnya, awalnya aku malas, capek bo,  baru datang dari Jakarta dan mau ke Kasongan lagi. Tapi mamahku memaksa, katanya pasti senang tante itu dikunjungin. Akhirnya aku ke sana bersama papa Sara, berjam-jam kami di sana mendengarkan tante ini menceritakan kenangannya bersama si om. Ikut sedih mendengarnya, apalagi tante itu dah puluhan tahun hidup bersama si om.

Beberapa hari yang lalu mamaku menelpon dan bercerita kalau dia beberapa kali ke sana setiap beberapa hari untuk menemani tante itu bercerita. Bo,aku kebayang dong berjam-jam menemani orang yang berduka menceritakan kenangan bersama sewaktu masih hidup, diulang-ulang. Sedih sih dengarnya tapi sejujurnya terkadang membosankan. Mamahku nggak lo! Dia memang menyediakan waktu untuk mengunjungi tetangga kami itu. Mamahku tahu betapa sedihnya ditinggal oleh teman hidup untuk selamanya, dan dia turut merasakan penderitaan si tante saat ini,  dia gak cuma merasakan tapi juga mau menemani tante ini mengalami masa-masa sulitnya untuk menerima kenyataan. Mamahku tau kalau si tante butuh didengarkan dan mamah bersedia mendengarkan. Aku harus belajar banyak dari mamahku bagaimana sesungguhnya berempati dengan penderitaan orang lain.

Amsal 12:11 (TB)  Siapa mengerjakan tanahnya, akan kenyang dengan makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia, tidak berakal budi.

"... siapa mengejar barang yang sia-sia, tidak berakal budi. "
Apakah yang aku kejar selama ini dalam hidup?  Keluarga yang bahagia. Uang. Makanan. Karir. Beasiswa. Bisnis yang sukses. Gelar.
Apakah itu sia-sia?
SIA-SIA kalau gak ada Tuhan dalam segala sesuatu yang kita kejar. Sia-sia kalau dalam sesuatu yang kita kejar gak ada nilai kekal di dalamnya. Apa motivasi terdalamku dalam setiap pengejaranku? Apakah untuk memuliakan Tuhan atau aku hanya mau menyenangkan diriku sendiri? Kalau cuma untuk kepentinganku sendiri pasti SIA-SIA. Aku bisa saja mendapatkan semua yang aku inginkan tapi aku gak merasakan kepuasan.  Karena gak menyertakan Tuhan di dalamnya. SIA-SIA kalau dalam usaha mendapatkannya kita melakukan yang gak benar.

Seorang kenalanku pernah bilang kalau gak ada yang salah dengan mencari uang. Gak semua orang harus melayani Tuhan secara full time. Bisa saja seseorang mencari uang dan uangnya digunakan untuk melayani pekerjaan Tuhan. Kenalanku bilang gitu, karena dia punya teman yang seperti itu.

Semua orang yang bekerja ingin karirnya terus menanjak tapi apakah dalam segala usahanya ia melakukan hal yang benar? Kalau nggak, itu sia-sia.

Aku perlu belajar terus-menerus menyertakan Tuhan dalam segala usahaku supaya semuanya gak sia-sia. Segala yang kucapai adalah untuk kemuliaanNya, kalau nggak sia-sia.

Kasongan,  12 September 2017
-Mega Menulis-

No comments: