Friday, January 19, 2018

Amsal 19, Matius 19

Matius 19:6, 9 (TB)  Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah."

Baca pasal ini teringat berita tentang Ahok dan Vero, terlepas benar atau tidak berita yang beredar, aku mendoakan pernikahan mereka. Juga ada seorang teman yang hampir bercerai dan gak jadi, aku mendoakan dia supaya Tuhan yang pulihkan keluarganya. Apapun yang terjadi dalam kehidupan pernikahan mereka, aku percaya Tuhan berdaulat atas apapun, termasuk keputusan yang diambil dan kalau Ia berkenan Dia bisa buat mukzizat, gak ada yang mustahil bagi Tuhan. Aku hanya bisa mendoakan.

Mendengar banyak kejadian pernikahan anak Tuhan hancur, aku juga jadi merasakan kalau selama ini pernikahanku masih utuh semua karena kebaikanNya. Aku gak boleh lupa tetap harus cover pernikahanku dengan doa dan kasih. Bukan hanya orang lain yang bisa gagal, aku juga bisa. Apapun yang terjadi dalam pernikahan orang lain, bagianku adalah mendoakan dan jadi peringatan buatku kalau itu bisa terjadi pada siapa saja. Jangan pernah merasa kalau itu gak mungkin terjadi dalam hidupku lalu seenaknya dalam berumah tangga, tetap harus memberikan yang terbaik setiap hari.

Amsal 19:11 (TB)  Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran.

Kemarin aku baru tahu kalau bendahara kantorku belum juga menyerahkan surat kenaikan gaji berkalaku ke bagian perbendaharaan akibatnya gajiku yang seharusnya naik bulan Januari ini jadi belum naik,padahal dah dari awal tahun aku serahkan suratnya kepadanya dan kamibbaru gajian pertengahan bulan. Aku tahu dari seorang teman yang malah baru disuruh si bendahara kemarin juga.

Baby's brainku berkata : Aku layak marah, aku menegur bendahara kantor kami karena lalai, dia harus dikasih tahu supaya jera. Kapan perlu di depan banyak orang supaya dia gak mengulangi kesalahannya. Selama ini aku mendengar cerita kalau dia memang lalai dan sesukanya tapi tidak ditegur padahal dia beberapa kali merugikan banyak orang.
Adult's brainku berkata : Kalau aku menegur sekarang, temanku yang mengantar suratku pasti akan kena marah karena dipikir si bendahara aku mengira gajiku sudah naik. Kalau pun aku menegur sembarangan aku gak akan mendapat respon positif. Harus dengan sopan, 4 mata, gak emosi, dan motivasi yang benar. Sewaktu itu aku memang minta tolong dan dia menyanggupi, lagipula kupikir toh hampir tiap hari dia ke bagian perbendaharaan, well... Mungkin dia lupa (aku mencoba berpikir positif). Kalau lupa diampuni dong, emang aku gak bisa lupa? Tapi lebih baik ditegur dengan lembut supaya lain kali dia gak segampang itu lupa, berminggu-minggu coba. Lebih baik lagi aku tanya baik-baik sebelum menegur. Pastikan gajiku naik apa belum dengan melihat daftar gaji, gak lucu kan aku menegur orang ternyata gajiku dah naik.

Sejujurnya, aku bukan orang yang sabar, tapi berpikir seperti di atas membuatku gak mengikuti emosi sesaat. Dalam tiap situasi, Tuhan sudah kasih hikmat dan akal budi buat kita berpikir sebelum berespon.

Aku gak mau menuruti pikiran kanak-kanakku dan bersikap benar sebagai pengikut Kristus yang dewasa. Aku memilih menunda menegur dan memastikan keadaan. Aku memilih mencari waktu yang tepat untuk berbicara empat mata.

Kasongan, 19 Januari 2018
-Mega Menulis-

No comments: