Menginjak minggu ke-12
kehamilanku, aku dan suami memutuskan berkonsultasi ke seorang bidan. Pertama
kalinya ke sana, berat badanku ditimbang (turun 2 kilo dari sebelum hamil),
tekanan diukur dan normal 110/80. Tiba giliran diperiksa bidan, dia bertanya tentang
kehamilanku, dan aku mengeluhkan perut bagian atasku yang terasa tegang
terkadang, bahkan saat dipegang terasa sangat keras, sang bidan bertanya, apa
ini. Lah, gantian aku dong yang bingung, aku juga gak ngerti yang keras itu apa
T_T Kepanikanku bertambah saat sang bidan berkata ia gak merasakan babyku saat
meraba perut bagian bawah. Lalu dia bertanya apa aku pernah pendarahan atau
flek, kujawab aja ngga. Aku ketakutan. Mosok aku keguguran tanpa aku tahu.
Mosok ga ada apa-apa, tahu-tahu si baby hilang, huhuhuhu. Perasaanku campur
aduk saat itu. Abangku sangat tenang,ngiri deh L
Sang bidan memberikan rujukan
untuk USG ke seorang dokter kandungan. Sepanjang perjalanan aku berdoa dan
kuatir, tentunya hal ini terlihat oleh abangku. Ia menghiburku, memegang
perutku dan berkata,”Apapun juga menimpamu, Tuhan menjagamu ya nak…”. Huaaaa…Gimana
gak tumpah air mataku. AMINNNN, Tuhan menjagamu nakkk. Tolong kami Tuhan. Aku
berdoa dalam hati. Teringat beberapa minggu ini aku menyanyikan lagu itu saat
kekuatiran atau tegang perut datang sambil mengelus perutku, mengingatkan diri
sendiri dan menguatkan kepercayaanku kepada Allah, bahwa Dia menjaga apapun
yang menimpa kami. Sedikit lega. Tapi
Sesampainya di dokter, lagi-lagi
beratku ditimbang dan diukur tekananku. Maybe karena kepikiran sepanjang di
perjalanan, tekananku melonjak menjadi 140/90. Menunggu sebentar dan akhirnya
aku dipanggil masuk ke ruangan sang dokter. Aku dipersilakan berbaring untuk
di-USG dan saat di-USG, kami melihat sesosok makhluk mungil di sana. Huaaaaa….Aku
menangis haruuuu….Senangnyaaaaaa \(“,)/ Dia masih ada, aktif dan terlihat
sehat. Aku lega luar biasa, dalam hatiku aku berkata berulang kali,”Terima
kasih Tuhaaaannn….Terima kasih Tuhann…”. Saat dokter men-USG bagian atas
perutku, dia terkejut, “Wahh….ada miom ini, sudah lumayan besar ukurannya,
diameternya sudah 12x14 cm”. Alamaaakkkk, apalagi ini pikirku. Pikiranku, 12x14
cm diagonal doang, ke belakangnya berapa ya ukurannya #sigh.
Pertanyaanku dan abangku yang pertama
untuk sang dokter adalah:Apakah keberadaan si miom ini bisa mengganggu
pertumbuhan bayi kami. Sang dokter bilang, dia pernah menangani kasus kehamilan
dengan miom dan bayi lahir dengan berat 3 kg, tapi yang jelas pasti si ibu
merasa gak nyaman selama kehamilan karena bisa sesak napas (kebayang kan rongga
perut isinya dobel, baby dan miom). Aku super duper lega. Aku dah seneng aja
babyku sehat, eh…si abang yang lalu banyak nanya. Apa kehamilan ini beresiko
buatku dan bayi kami, akibat miom ini bagi kami berdua, dll. Kemungkinan aku perlu cesar kata dokter
saat lahiran nanti, karena takutnya aku gak bisa ngeden karena sesak napas,
selain itu kalo ngeden terlalu kuat bisa mengakibatkan pendarahan, apalagi kalo
miomnya dah nekan rahim, kan rahim juga tar makin besar. Sesaat aku sedih
karena denger kemungkinan gak bisa lahiran normal, tapi sesudah itu aku mikir,
yang penting babyku lahiran sehat dah, gak peduli pake cara apa ^^Miomku baru
bisa diangkat setelah aku lahiran, itu pun setelah masa nifas, kalo diangkat
selama masa kehamilan takut mengganggu bayi, sedangkan kalo diangkat barengan
pas cesar takut resiko pendarahan. Aku masih biasa aja tuh dengar penjelasan
dokter. Well,akhirnya misteri terpecahkan, kenapa aku pas hamilan ini gak bisa
makan banyak, makan dikit aja bawaannya kenyang banget, baru 3-4 sendok dah
kenyang banget, aje gileee kan….Abangku sebelum tahu aku ada miom sempat
ngomong, aku pas gak hamil gak diet, pas hamil kok malah diet, saking gemasnya
melihat aku makan sedikit banget. Saat itu, aku cuma kuatir, gimana dengan
pertumbuhan bayiku kalo emaknya susah makan kayak gitu. Dari mana nutrisi yang
dia perlu untuk tumbuh. Dipaksa makan banyak? Pernah aku coba makan banyak pas
siang, setelahnya seharian aku gak bisa makan apa-apa lagi. Solusinya, makan
sedikit-dikit tapi sering kata dokter. Baiklah pak dokter…
Setelah keluar dari ruangan
dokter, barulah aku mulai gentar. Membayangkan gimana ntar kalo sesak napas
gimana ya. Gimana kalo lahiran ntar ada apa-apa. Gimana kalo habis lahiran, gak
lama kemudian aku operasi miom dan terjadi sesuatu denganku. Gimana kalo aku
mati di meja operasi. Gilaaaaa…pikiranku penuh dengan kekuatiran lah pokoknya. Puji
Tuhan, beberapa minggu sebelum aku tahu tentang keberadaan si miom, aku dah
disiapkan sama Tuhan, I’m too blessed to complain, aku pernah share di sini Ketimbang aku kuatir, aku mulai menghitung hal-hal yang aku syukuri ^^
Bersyukur, Tuhan memberikan bayi
ini untuk kami, anugerahNya dalam pernikahan kami.
Bersyukur, selama kehamilan aku
gak pernah mual dan muntah, gak kebayang kalo dah makan susah terus muntah,
kasian bayiku kan.
Bersyukur,sejauh ini pertumbuhan
bayi kami normal.
Bersyukur ketahuan keberadaan si
miom sekarang di awal kehamilan, coba kalo ntar-ntar pas umur kehamilan makin
tua, tau-tau aku sesak napas pasti dikira sesak napas biasa, padahal beresiko
banget, bersyukur tahu dari awal.
Bersyukur ada solusi, meskipun
masih ntar-ntar, si miom bisa diangkat kok.
Bersyukur, merasakan sangat dikasihi
sama suami selama masa kehamilan ini, ada masa-masa aku merasakan sakit, dan
abangku adalah suami yang melayani istrinya, dia melakukan segalanya untuk
membuatku merasa nyaman. Huhuhuhuhu, tambah cinta deh samamu bang. Bersyukur
memilikimu sebagai suamiku bang :*
Bersyukur karena sampai sekarang
gak pernah mengalami pendarahan, flek pun ngga.
Bersyukur karena sempat nyicipin
rasanya kontraksi, entah karena kelelahan ato karena tekanan miom ke rahim,
tapi itu pun di rumah, gak di kantor, jadi bisa langsung berbaring. Alamaaakkkk…sakitnya
ampun-ampun itu, kata dokter ada yang sampai bed rest di rumah sakit, aku di
rumah aja dirawat suami dan keluarga ^^
Bersyukur,aku masih hidup,
yaaawwww…..\(“,)/
Adakah kekuatiranmu akan menambah
sehasta aja hidupmu Meg?
Again, I remind myself:
I’M TOO BLESSED TO COMPLAIN.
Tuhan Yesus baik. Selamanya Dia
baik.
Aku mau bersyukur dan
menceritakan perbuatan-perbuatanNya yang ajaib di dalam hidupku.
Kasongan, 21 Maret 2016
-Mega Menulis-