Posts

Showing posts with the label relationship

Sehati Sepikir dengan Suami, Mungkinkah?

Roma 12:16 (TB)  Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai! Sewaktu membaca kalimat ‘sehati sepikir dalam hidupmu bersama’. Aku langsung memikirkan suamiku. Tsahhh…. Aneh deh, dulu-dulu baca ayat ini gak mikirin suami (ya iya lah, belum punya suami.LOL). Maksudku, sebenarnya latar belakang ayat ini ditulis bukan membicarakan hubungan suami istri saja, tapi bagiku kini ayat ini bener-benar merhema saat diaplikasikan dalam hubungan dengan suami. Selama tiga tahun menikah ini aku gak selalu sehati sepikir dengan suami. Aku ingin suami mengerti isi hati dan pemikiranku, aku ingin yang terbaik buat keluarga kami. Aku menganggap pemikiranku saat berbeda dengan suami lebih baik. Padahal, dalam hidup kami bersama, ayat di atas benar-benar harus aku lakukan. Sempat mikir, harusnya suami juga baca aya...

(Bukan) Memanipulasi Pasangan - edited

“Si Dina sama lo kayak adek”, kata suamiku beberapa waktu yang lalu. FYI, Dina tuh sepupuku yang umurnya baru 4 tahun. Dia lucu dan cerewet banget. Dia suka nempel sama suamiku dan minta ditemanin main. “Sama kenapa bang?” “Iyaaaa….Mosok dia minta abang pilih-pilih baju di gamenya, terus akhirnya, eh…malahan dia milih pilihannya sendiri. Wanita dimana-mana sama ya dek. Gak besar atau kecil, sama aja”. Aw. Aw.Aw. Aku tertawa, tapi juga merasa tersindir. Astagaaaa…Jadi selama ini aku berbuat demikian dong sama suamiku, sampai-sampai dia menyamakan Dina denganku, yang ternyata sering sok-sokan nanya pendapat suamiku lalu ujung-ujungnya pendapat sendiri yang dipake. Ngapain nanya kalau begitu yah? Wanita ya, ada-ada saja. Mending dari awal buat pilihan sendiri aja ya, daripada nanya tapi gak mempertimbangkan jawaban suami dan membuat pilihan sendiri, hehehe. Aku merasa bersalah. Kudu tobat dan berbalik dari jalan yang jahat nih :p Ka...

Jangan Sok Pintar!!!

Aku ngga tahu apakah semua calon pengantin mengalami ini, yang jelas menjelang hari pernikahan kami, perbedaan pendapat dengan si abang (yeah... calon suamiku orang Batak ^^) semakin sering terjadi. Sebelumnya ngga sesering ini. Kami jarang banget bertengkar. Sekarang entah kenapa, saat abangku mengatakan hal yang berbeda dengan pendapatku, segera saja aku merengut, nada suaraku meninggi, atau dalam skenario lain aku ngambek. Diam. Kalau sudah begini, abangku akan berusaha menenangkanku, menjelaskan segala sesuatunya dengan sabar lalu mendiamkanku, dia nampaknya mengerti kalau aku berlaku seperti itu maka aku aku perlu waktu untuk mencerna segala sesuatunya. Setelah aku menenagkan diri, biasanya aku akan minta maaf atas segala kekasaranku, lalu kami akan membicarakan segala sesuatunya baik-baik. Kupikir semua masalah selesai. Sampai suatu kali abangku berkata,”Kamu tu dek, kelihatannya aja nggih ... nggih …(bahasa Jawa, nggih : iya) padahal sebenarnya keras kepala.” WHAT???!! ...

Cemburu Itu Tanda Cinta, Benarkah?

“Aku tuh cemburu karena aku sayang banget sama kamu tauuuu…” Pernah mendengar demikian? Atau jangan-jangan pernah berkata demikian? Hehehehe. Atau pernah klepek-klepek karena mendengar demikian? Berasa dicintai banget getoh kalo cemburu? Parahnya yaaa….ada yang suka memancing-mancing kecemburuan pasangan untuk membuktikan cinta pasangan nih :p Watchout! Jika kita termasuk golongan yang seperti ini, bisa jadi kita sebenarnya insecure. Banyak orang berkata : CEMBURU ADALAH TANDA CINTA. Helllowwww!!! Apa kabar? Dunia boleh dah bilang gitu (CEMBURU TU TANDA CINTA) tapi firman Tuhan nyata-nyata bilang gini: Kasih itu…tidak cemburu. 1 Korintus 3:4 Cemburu bukan tanda cinta. Cemburu adalah tanda TIDAK PERCAYA. Kalau mau jujur, kita mulai mencemburui pasangan karena kita tidak mempercayainya. Demikian pula sebaliknya, pasangan mencemburui karena ia tidak mempercayai kita. Sesederhana itu. Kenapa tidak percaya? Well, tanyakan ke diri masing-masing dan pasangan...

Ilustrasi Segitiga

Image
Cinta segitiga, siapa yang mau? Gak ada yang mau kan terlibat dalam cinta demikian? J Tapi bagaimana jika cinta segitiga ini melibatkan aku-kamu-Dia? YES, Dia ini   Kristus ^^ Kira-kira bagaimana cinta ini jadinya? Hohohoho. Dahulu kala (lupa kapan), aku mendapatkan sebuah ilustrasi segitiga dan kali ini aku postingkan di blog supaya lain kali bisa aku membacanya di lain waktu, ilustrasinya demikian, perhatikan gambar segi tiga di bawah ini:

Hati-Hati Dalam Bercinta

Eunike atau Febe ya waktu itu yang bilang kalau tulisan yang jadi hits di Majalah Pearl adalah yang temanya tentang cinta (tsaaahhhh…), tema yang kagak ada matinya dah, hahahaha. Reaksi awal adalah,SEDIH, rupanya fokus ciwik-ciwik umumnya memang kehidupan percintaan, padahal buanyak lo hal yang menarik untuk dibaca selain tentang love, contohnya KEUANGAN, hahahaha (mentang-mentang selalu tertarik tema ini :p). Bukannnn….bukan aku anti tema cinta-cintaan ini ya, aku juga pernah kok melakukan hal yang sama-sewaktu blogwalking, menemukan sebuah blog yang menarik, lalu melihat daftar tema, dan jika ada cinta-cintanya, itu yang aku baca dahulu, I want more detail \(“,)/. Kemudian, jika setelahnya aku masih tertarik dengan blog tersebut, aku akan membaca blog tersebut dari postingan terlama hingga yang terbaru (kind a stalker, huh? LOL).

Pengen Diterima Apa Adanya? Emang Sudah Tampil Apa Adanya?

Kalo dia sayang aku, pasti terima apa adanya dong   , aku menuliskan ini beberapa minggu yang lalu.dan hari ini aku bertanya-tanya: Kita yang ingin dikasihi apa adanya, sudahkah kita menunjukkan diri apa adanya? Seorang kawan pernah berkata, seorang wanita saat masih pacaran berusaha menampilkan hal-hal yang baik dalam dirinya pada pasangannya (dan menutupi keburukannya), sebaliknya seorang pria saat merasa nyaman dalam hubungan pacarannya menampilkan dirinya apa adanya (yeahhh…keburukannya keluar semua). Saat mereka menjalani hubungannya dan akhirnya berkomitmen menikah, sang wanita berharap sang pria BERUBAH (wowww…wanita optimis sekali ya, hahaha), sementara sang pria berharap sang wanita TIDAK BERUBAH (ya iya lah…yang dilihat yang bagus-bagusnya aja). Dan begitu menikah? BOOMMMMM!!!! :p Jangan heran bila setelah menikah nanti ada pemikiran jika pasangannya bukanlah dia yang dinikahinya dulu.   “Kok dia berubah sih?”, demikian pikiran kita. Atau,”Kena...

Akibat Diselingkuhin

Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri dari pada kota yang kuat, dan pertengkaran adalah seperti palang gapura sebuah puri. Amsal 18:19 Pernah diselingkuhin? Aku pernah T_T Sakitnya tuh di sini *nunjuk dada* Gobloknya aku saat itu, aku terus saja berpikir kalau ada yang salah dengan diriku, aku merenung-renungkan apa yang salah dalam hubungan ini. Padahal nyata-nyata, aku yang diselingkuhin. Lah, dah disakitin kok masih nambah dengan nyalah-nyalahin diri sendiri. Girls, ini ma super duper bego. Sekarang baru nyadar.LOL Aku pernah mendengar share dari beberapa teman wanita yang diselingkuhin, ternyata kami sama, sama-sama menanyakan hal yang sama setelah tahu diselingkuhin. Kami bertanya-tanya: Apa sih salahku? Kurang apa sih aku? Aku gak tahu, kalau cowok yang diselingkuhin apakah mereka akan berpikir demikian. Tapi yang jelas, kebanyakan cewek mikirnya gitu. Saat aku tahu wanita lain itu, aku berpikir, ”Well, dia cantik, aku jelek banget apa ya di...

Mudahnya Bilang Maaf

Bagi saya meminta maaf bukanlah sesuatu yang sangat sulit, apalagi bila syarat dan ketentuan di bawah ini terpenuhi: Saya memang bersalah (Saat saya menyadari kesalahan yang saya perbuat, terutama jika itu melukai hati seseorang atau menyinggung seseorang, saya dapat bersegera meminta maaf) Saya ingin segera berbaikan (Sungguh tidak nyaman bertengkar dengan seseorang yang dengannya kita biasa bergaul sehari-hari atau menghabiskan waktu bersama) Bertengkar bukan karena hal yang prinsip. Saya merasa hubungan ini harus segera diperbaiki. Mengerti dan memahami situasi yang terjadi. Melakukan kesalahan bukan dengan dengan keluarga inti (Sad but true, saya juarangggg…banget meminta maaf pada mamah dan adik-adik saya jika kami bertengkar. Mungkin karena merasa keluarga selalu mengerti dan memahami diri kita dan segera dapat berbaikan tanpa kata ‘maaf’ sehingga kata maaf jarang terucap). Mudah bilang maaf. Saya gampang meminta maaf. Tapi saya seringkali mengulang kesalah...