Beberapa bulan lalu, saat aku control kehamilan ke dokter
kandungan, aku bertemu seorang ibu yang baru saja kehilangan bayinya karena air
ketubannya terlalu sedikit. Wah… berbahaya rupanya kalau air ketuban sampai
kurang. Sejak saat itu, aku berusaha minum air putih sebanyak-banyaknya supaya
hal itu tidak terjadi padaku, aku takut. Ndilalah, terakhir periksa kemaren,
pas di-usg dokter melihat kalau air ketubanku terlalu banyak, haiyaaaa…
Sekarang jadi takut lagi gara-gara pas searching di internet ternyata akibat
air ketuban yang banyak tu macam-macam #sigh.
Kalau dipikir-pikir, belum tentu semua kekuatiran atau
ketakutan kita terjadi, ya kan? Seringnya kita yang terlalu berimajinasi
macam-macam, lalu kuatir sendiri, takut sendiri, nangis sendiri (oke, mungkin
ini aku doang :p). Itu baru berimajinasi, kebayang gak kalau kita dalam keadaan
yang benar-benar terhimpit, masalah bertubi-tubi serasa tak ada jalan keluar,
keadaan benar-benar memburuk, beh…!!!
Gak Cuma nangis-nangis, jangan-jangan kita sampai kehilangan harapan, atau
bunuh diri (haiyaaa….).
Seorang Daud mengalami lo kesesakan yang demikian hebat
hingga dia yang telah mendapatkan banyak kemenangan dalam perang MENANGIS
sampai tidak kuat lagi menangis (yeah…siapa bilang laki-laki gak boleh menangis
:p), sounds familiar, huh? Aku sering lo nangis sampai gak kuat lagi nangis
(gitu kok bangga ya?hahaha). Melegakan mengetahui Daud sang pahlawan perang itu
juga pernah melakukannya #tossyukomDaud ;) Mungkin tidak hanya Dad dan aku yang
melakukannya, mungkin pembaca blog ini pernah juga melakukannya, tapi…apakah
kita melakukan yang Daud lakukan kemudian? Nah, mari perhatikan ini:
1 Samuel 30:1-6“Ketika Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag pada hari yang ketiga, orang Amalek telah menyerbu Tanah Negeb dan Ziklag; Ziklag telah dikalahkan oleh mereka dan dibakar habis. Perempuan-perempuan dan semua orang yang ada di sana, tua dan muda, telah ditawan mereka, dengan tidak membunuh seorangpun; mereka menggiring sekaliannya, kemudian meneruskan perjalanannya. Ketika Daud dan orang-orangnya sampai ke kota itu, tampaklah kota itu terbakar habis, dan isteri mereka serta anak mereka yang laki-laki dan perempuan telah ditawan. Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis. Juga kedua isteri Daud ditawan, yakni Ahinoam, perempuan Yizreel, dan Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel itu. Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya.”
Lagi sedih-sedihnya, lagi kecapean nangis (sampai
gak kuat nangis lagi) eh…mau dibunuh pulak, apa gak pedih hati adek, bang?
Daud gak pedih hati doang, dia melakukan ini:
Tetapi Daud menguatkan
kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya.
Sanggupkah
kita melakukan apa yang Daud lakukan?
Saat
kita kehilangan orang terkasih, apakah kita menguatkan kepercayaan kepada Allah
kita?
Saat
harapan kita seperti musnah, sudahkah kita menguatkan kepercayaan kita kepada
Allah?
Saat
hal buruk menimpa kita, sanggupkah kita menguatkan kepercayaan kita pada Allah?
Apakah
semua hal buruk yang kita alami membuat kita datang kepada Tuhan seperti yang
dilakukan Daud?
Daud
menguatkan kepercayaanNya pada Tuhan, dia datang pada Tuhan.
Bukan
untuk mengasihani diri sendiri dan bertanya,”Mengapa aku yang harus mengalami
ini Tuhan?”
Bukan
itu yang dilakukan Daud.
Dia bertanya kepada Tuhan, apa yang harus dilakukannya, lalu ia taat pada firman
Tuhan. Tentunya hal ini tidak dapat terjadi jika ia tidak mempercayai
Tuhan. Yang terjadi kemudian :
Daud melepaskan semua apa yang dirampas oleh orang Amalek itu, juga kedua istrinya dapat dilepaskan Daud. Tidak ada yang hilang pada mereka, dari hal yang kecil sampai hal yang besar, sampai anak laki-laki dan anak perempuan, dan dari jarahan sampai segala sesuatu yang telah dirampas mereka; semuanya itu dibawa Daud kembali. 1 Samuel 30:18-19
Saat
kita menguatkan kepercayaan kita kepada Allah, saat kita tetap mendekat padaNya
di waktu hal buruk menimpa, sesuatu terjadi, Ia berfirman dan membuat kita
tetap tegak berdiri di dalam Dia. Kita jadi tahu apa yang harus diperbuat.
Allah mengambil kendali dan memberikan apa yang kita perlukan. Dia tahu apa
yang kita perlukan. Dia dapat memberikan kemenangan. Dia dapat memberikan
pemulihan. Dia tahu kebutuhan kita. Kita akan menyaksikan bahwa sesungguhnya tidak ada yang hilang dari kita.
Pertanyaannya,
maukah kita menguatkan kepercayaan kita kepadaNya?
Palangka
Raya, 3 Juni 2016
-Mega
Menulis-
Tuhan,
apapun yang terjadi, aku mau belajar seperti Daud yang walaupun menangis tapi
tetap menguatkan kepercayaanNya kepadaMu. Tolonglah aku yang tidak percaya ini
Tuhan, aku mau mempercayaiMu.Amin