Friday, June 3, 2016

Menguatkan Kepercayaan kepada Tuhan (Seperti Daud)

Beberapa bulan lalu, saat aku control kehamilan ke dokter kandungan, aku bertemu seorang ibu yang baru saja kehilangan bayinya karena air ketubannya terlalu sedikit. Wah… berbahaya rupanya kalau air ketuban sampai kurang. Sejak saat itu, aku berusaha minum air putih sebanyak-banyaknya supaya hal itu tidak terjadi padaku, aku takut. Ndilalah, terakhir periksa kemaren, pas di-usg dokter melihat kalau air ketubanku terlalu banyak, haiyaaaa… Sekarang jadi takut lagi gara-gara pas searching di internet ternyata akibat air ketuban yang banyak tu macam-macam #sigh.

Kalau dipikir-pikir, belum tentu semua kekuatiran atau ketakutan kita terjadi, ya kan? Seringnya kita yang terlalu berimajinasi macam-macam, lalu kuatir sendiri, takut sendiri, nangis sendiri (oke, mungkin ini aku doang :p). Itu baru berimajinasi, kebayang gak kalau kita dalam keadaan yang benar-benar terhimpit, masalah bertubi-tubi serasa tak ada jalan keluar, keadaan benar-benar  memburuk, beh…!!! Gak Cuma nangis-nangis, jangan-jangan kita sampai kehilangan harapan, atau bunuh diri (haiyaaa….).

Seorang Daud mengalami lo kesesakan yang demikian hebat hingga dia yang telah mendapatkan banyak kemenangan dalam perang MENANGIS sampai tidak kuat lagi menangis (yeah…siapa bilang laki-laki gak boleh menangis :p), sounds familiar, huh? Aku sering lo nangis sampai gak kuat lagi nangis (gitu kok bangga ya?hahaha). Melegakan mengetahui Daud sang pahlawan perang itu juga pernah melakukannya #tossyukomDaud ;) Mungkin tidak hanya Dad dan aku yang melakukannya, mungkin pembaca blog ini pernah juga melakukannya, tapi…apakah kita melakukan yang Daud lakukan kemudian? Nah, mari perhatikan ini:
1 Samuel 30:1-6“Ketika Daud serta orang-orangnya sampai ke Ziklag pada hari yang ketiga, orang Amalek telah menyerbu Tanah Negeb dan Ziklag; Ziklag telah dikalahkan oleh mereka dan dibakar habis. Perempuan-perempuan dan semua orang yang ada di sana, tua dan muda, telah ditawan mereka, dengan tidak membunuh seorangpun; mereka menggiring sekaliannya, kemudian meneruskan perjalanannya. Ketika Daud dan orang-orangnya sampai ke kota itu, tampaklah kota itu terbakar habis, dan isteri mereka serta anak mereka yang laki-laki dan perempuan telah ditawan. Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis. Juga kedua isteri Daud ditawan, yakni Ahinoam, perempuan Yizreel, dan Abigail, bekas isteri Nabal, orang Karmel itu. Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya.”

Lagi sedih-sedihnya, lagi kecapean nangis (sampai gak kuat nangis lagi) eh…mau dibunuh pulak, apa gak pedih hati adek, bang?
Daud gak pedih hati doang, dia melakukan ini:
Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya.

Sanggupkah kita melakukan apa yang Daud lakukan?
Saat kita kehilangan orang terkasih, apakah kita menguatkan kepercayaan kepada Allah kita?
Saat harapan kita seperti musnah, sudahkah kita menguatkan kepercayaan kita kepada Allah?
Saat hal buruk menimpa kita, sanggupkah kita menguatkan kepercayaan kita pada Allah?
Apakah semua hal buruk yang kita alami membuat kita datang kepada Tuhan seperti yang dilakukan Daud?

Daud menguatkan kepercayaanNya pada Tuhan, dia datang pada Tuhan.
Bukan untuk mengasihani diri sendiri dan bertanya,”Mengapa aku yang harus mengalami ini Tuhan?”
Bukan itu yang dilakukan Daud.
Dia bertanya kepada Tuhan, apa yang harus dilakukannya, lalu ia taat pada firman Tuhan. Tentunya hal ini tidak dapat terjadi jika ia tidak mempercayai Tuhan. Yang terjadi kemudian :
Daud melepaskan semua apa yang dirampas oleh orang Amalek itu, juga kedua istrinya dapat dilepaskan Daud. Tidak ada yang hilang pada mereka, dari hal yang kecil sampai hal yang besar, sampai anak laki-laki dan anak perempuan, dan dari jarahan sampai segala sesuatu yang telah dirampas mereka; semuanya itu dibawa Daud kembali. 1 Samuel 30:18-19

Saat kita menguatkan kepercayaan kita kepada Allah, saat kita tetap mendekat padaNya di waktu hal buruk menimpa, sesuatu terjadi, Ia berfirman dan membuat kita tetap tegak berdiri di dalam Dia. Kita jadi tahu apa yang harus diperbuat. Allah mengambil kendali dan memberikan apa yang kita perlukan. Dia tahu apa yang kita perlukan. Dia dapat memberikan kemenangan. Dia dapat memberikan pemulihan. Dia tahu kebutuhan kita. Kita akan menyaksikan bahwa sesungguhnya tidak ada yang hilang dari kita.

Pertanyaannya, maukah kita menguatkan kepercayaan kita kepadaNya?

Palangka Raya, 3 Juni 2016
-Mega Menulis-

Tuhan, apapun yang terjadi, aku mau belajar seperti Daud yang walaupun menangis tapi tetap menguatkan kepercayaanNya kepadaMu. Tolonglah aku yang tidak percaya ini Tuhan, aku mau mempercayaiMu.Amin



Karakter di Dunia Kerja

Dari kecil karakter seseorang mulai terbentuk. Kalau sudah dewasa, sulit mengubah karakter seseorang. Jadi kalau kamu berkarakter buruk saat...