Seorang ibu berusia 51 tahun, Ibu Novi Astuti Y.L telah melayani di Papua, tepatnya di Kabupaten
Yahukimo sebagai tenaga administrasi di Sekolah Kristen Anugerah Dekai yang
didirikan Forum Pelayanan Papua (FPP) sejak tahun 2007. Selain tugas utamanya sebagai
tenaga administrasi, dia juga mengajar apabila ada guru-guru yang berhalangan
di sekolah tersebut. Kesaksiannya selama melayani di sana sungguh memperkaya
hidup saya (Mega), sungguh suatu kehormatan dan sukacita mengenal ibu Novi ini.
Berikut sedikit perbincangan saya dengannya.
Berikut sedikit perbincangan saya dengannya.
Mega : Bu Novi, sejak kapan berada di Yahukimo? Dan apa saja
yang dikerjakan di sana?
Bu Novi : Pertama kali kami membuka sekolah TK tahun 2007 di
Yahukimo, tetapi karena saya sakit, saya
kembali ke Jawa. Tapi bulan Januari tahun berikutnya saya kembali ke sini untuk
mengerjakan ekonomi, kami membina putra daerah untuk menjadi pedagang, dan itu
saya kerjakan selama 2 tahun. Sekolah tetap jalan, teman-teman lain yang
mengerjakannya. Sampai 2010, masalah ekonomi selesai, pada bulan Juni saya
mulai ditempatkan di sekolah sebagai tenaga administrasi.
Mega : Mengapa pada awalnya yang didirikan TK bu?
Bu Novi : Karena kami berpikir ini kan meletakkan landasan,
dan landasan harus dimulai dari nol, dari awal sekali. Nah, sekolah kami ini
semua mata pelajarannya diintegrasikan dengan Firman Tuhan. Kami berpikir harus
mulai TK, karena kalau kami mulai dari SD, murid-murid awalnya tidak terlalu
memahami. Pada awal 2007 itu, kami mendapatkan siswa dengan masuk ke
hutan-hutan, karena kami ingin putra daerah yang menjadi siswa sekolah ini.
Sehingga komposisi siswa di sini 80 % adalah putra daerah, 20 %nya lagi yang
Muslim dan pendatang.
Mega : Ada berapa siswa yang diajar di sekolah ini bu?
Bu Novi : Pada awalnya Cuma 20 orang, itupun belum ada TK A atau B, yang
penting kami terima dulu. Sekarang ada 8 kelas di sekolah ini, TK A 1 kelas, TK B 2 kelas, dan 5 kelas SD, dari
kelas 1 sampai dengan kelas 5.
Mega : Bagaimana dengan jumlah tenaga pengajar di sana?
Bu Novi : Sekarang kami memiliki 12 pengajar. Sebagian besar
dari Forum Pelayanan Papua. Tapi kami juga mulai merekrut putra daerah dan
mengajarkan mereka mengintegrasikan pelajaran dengan Alkitab, ada 2 orang guru
dari Papua.
Mega : Menurut ibu, apa yang membedakan sekolah ini dari sekolah
biasa?
Bu Novi : Visi kami bukan untuk menjadikan anak nomor 1 dan
pandai saja, tapi juga yang takut Tuhan. Karena kami berpikir kalau mereka
menjadi pemimpin, mereka harus menjadipemimpin yang takut Tuhan dan tidak Cuma
pandai. Kalau Cuma pandai, bisa saja mereka menjadi pemimpin yang koruptor
besar to? Dan kami tidak ingin itu terjadi. Kami ingin mereka menjadi pemimpin
Papua yang takut Tuhan. Kemudian, hal lain yang membedakan, masalah
mengintegrasikan Alkitab.
Mega : Bagaimana bu
mengintegrasikan Alkitab dengan pendidikan atau kurikulum biasa?
Bu Novi : Kami juga mengacu pada kurikulum biasa, hanya pada
setiap pelajaran kami selalu mengingatkan bahwa Tuhan tetap berperan. Misalkan
di pelajaran Matematika, di situ kami ingatkan mereka untuk teliti, karena
Tuhan kita teliti to? Contohnya waktu Tuhan memerintahkan Nuh membuat bahtera,
Dia memberikan ukuran-ukuran bahtera itu sekian hasta lebar dan panjangnya
dengan teliti to? Belajar matematika bukan sekedar bisa hitung-hitungan, tapi
juga mengingatkan Allah kita demikian teliti. Di matematika kalau tidak teliti,
bisa salah kan kalau salah sedikit saja?
Mega : Wowwww...!!! Saya jadi ingin sekolah lagi lho bu.
Mengajar itu menarik ya ternyata bu? ^^ Bahkan saat mengajar pelajaran formal
pun kita bisa menyelipkan pengajaran tentang Alkitab, bisa bercerita, “Tuhan
itu seperti ini lho...” Wowwww...!! Asyik banget ibu.
Bu Novi : Iya Megaaa....Dari mengajar anak-anak, kita bisa
belajar banyak lhooo....
Mega : Apakah ada hukuman bu di sekolah?
Bu Novi : Oh, adaaaa...Di sini ada punishment dan reward.
Jadi jika ada anak-anak yang rajin atau bersikap baik, kami berikan hadiah
kecil yang menarik. Kalo punishment,
yang penting mereka tidak keluar kelas, jadi misalkan mereka dihukum berdiri di
dalam kelas, mereka masih bisa mengikuti pelajaran. Ada kan anak-anak kecil
yang suka lari-lari sewaktu pelajaran, kursinya kami ambil, jadi selama
pelajaran tidak bisa duduk, hahahahaha
Mega : Ada-ada saja ya bu.... Bu Novi, kok mau sih ke Papua?
Apa yang mendorong ibu melayani di Papua?
Bu Novi : Sebenarnya waktu SMP saya pernah ikut KKR,
kemudian memang rindu pelayanan ke Papua sejak itu. Tapi seiring berjalannya
waktu, saya mulai melupakan itu. Terutama karena tidak mendapat jalan ke sini.
Tapi suatu ketika, seorang kawan saya yang menjadi dokter di Papua, sharing pada saya, dan kerinduan itu
muncul lagi. Dokter ini yang memperkenalkan saya pada FPP. Saya rindu berbagi
di Papua juga karena banyak membaca buku tentang Papua, saya tahu Papua daerah
tertinggal, dan saya ingin sekali melayani di sini. Membagikan apa yang saya
punya. Jadi, Tuhan perkenalkan saya kepada FPP, saya anggap ini jalan bagi
saya.
Mega : Ibu, kok tahan sih di sana? Padahal saya dengar
sering ada konflik kan di sana?
Bu Novi : Selama ini saya merasa oke-oke saja. Pernah sih
suatu kali ada ribut-ribut. Tembakan berdesing di luar sekolah, tapi pada saat
bersamaan ada kerusuhan di daerah Temanggung, Jawa Tengah. Gereja Tuhan
dianiaya di sana, dan keponakan saya yang disana tidak bisa kemana-mana. Saat
itu hati saya ngeri dengan apa yang terjadi di sini, tapi lebih ngeri lagi
memikirkan keponakan-keponakan saya yang disana. Saat saya berdoa sampai
menangis, saya merasakan bahwa tidak ada tempat yang lebih aman di dunia ini
selain di tangan Tuhan. Ya sudah, dimanapun kita, berserah saja kepada Tuhan.
Mega : Hmm.... Iya bu ya, tidak ada tempat yang lebih aman
di tangan Tuhan. Lalu,bagaimana respon pemerintah dan masyarakat terhadap
sekolah ini?
Bu Novi: Wah...positif sekali Mega. Banyak orang tua yang
ingin memasukkan anaknya di sekolah ini, sampai-sampai yang tidak diterima
mengamuk lhooo..... Pemerintah juga mendukung dan memberikan dana BOS untuk
sekolah ini.
Mega : Wah, dapat dana BOS juga ya bu, luar biasa berarti ya
dukungan pemerintah. Bagaimana dengan sumber dana lain bu, apakah ada?
Bu Novi : Ada. Selama ini kami mendapatkan dana utama dari
Forum Pelayanan Papua, yang mendapatkan dananya dari gereja-gereja yang ada di
Pulau Jawa, sekolah juga memungut iuran seperti sekolah lainnya. Itu sumber
dananya. Bantuan-bantuan dari gereja diperuntukkan untuk biaya hidup kami di
sini. Biaya di sini kan mahal sekali Mega. Sekali makan nasi dengan ayam dan
sedikit sayur saja sampai Rp. 25 ribu looo....
Mega : Apakah ada rencana untuk menambah kelas sampai SMP?
Bu Novi : Rencana awal sih membangun sekolah sampai SMA,
tetapi melihat perkembangan, sepertinya kami hanya akan sampai SD saja, tetapi
kami akan fokus.
Mega : Apa yang diharapkan dari keberadaan sekolah ini bu?
Bu Novi : Kami berharap sekolah ini bisa berlanjut dan
menjadi model bagi sekolah-sekolah lain di Papua, sehingga mendorong guru-guru
yang ada di Papua memiliki kesungguhan hati ketika mendidik anak-anak. Karena
banyak yang statusnya di sini, tapi secara fisik tidak ada di sini. Kami rindu
supaya teman-teman pengajar dari sekolah lain di sini berada di tempat dan mendidikr anak-anak. Dan anak-anak kami
bisa tumbuh pintar dan jauh lebih penting lagi takut akan Tuhan. Itu saja
harapan kami.
Mega : Bu, selama hidup di sana, adaptasi-adaptasi bagaimana
yang harus ibu lakukan? Kan di sana sepi ya bu? Tidak seperti di Jawa?
Bu Novi : Adaptasi harga Megaaaa, hahahahaha, biaya hidup di
sini mahal. Tapi lama-kelamaan, kami terbiasa. Kalau masalah sepi, bagi saya
secara pribadi, walaupun aslinya saya suka jalan-jalan, tetapi karena karunia
Tuhan, selama di sini saya tidak merasa stres dengan masalah sepi ini. Hiburan
saya adalah membaca buku, jadi asal ada buku tahan saja, biarpun tidak ada
mall, hahahaha....
Mega : Ibu, dulu kan ibu punya kerinduan melayani di Papua
sejak SMP, terus ternyata baru Tuhan wujudkan pada umur 46 tahun. Pernah gak
sih bu, bertanya ke Tuhan,”Tuhan, kok baru sekarang ya saya ke Papua?”
Bu Novi : Pernah donggg....Dan sekarang saya merasakan Tuhan
kirimkan saya ke sini untuk sekolah loooo.Bukan sekedar melayani. Saya ke sini
bukan untuk mengajar saja Mega. Saya ke
sini untuk sekolah. Sekolah kesetiaan, sekolah kesabaran, banyak sekali
pelajaran yang Tuhan berikan kepada saya di sini. Dan saya bersyukur diberi
Tuhan kesempatan belajar di sini. Saya sungguh-sungguh merasakan dulu belajar
Firman Tuhan dan pelayanan di Jawa,
belum merasakan benar-benar Tuhan beker ja di situ. Nah, di sini saya
betul-betul merasakan pimpinan Tuhan, dan di sini saya benar-benar gak bisa
mengharapkan orang lain selain Tuhan. Saya merasakan benar-benar belajar di
sini.
Mega : Bagaimana reaksi keluarga sewaktu ibu memutuskan ke
Papua bu?
Bu Novi : Pada awalnya bapak saya tidak setuju Mega, bapak
saya kan Muslim,sudah sepuh juga, ibu saya sudah meninggal. Tetapi ketiga orang
kakak saya mendukung, dan mereka mengatakan,”Kalau kamu terbeban untuk
pelayanan ini, pergi”. Dan sampai sekarang mereka terus mendukung, saat saya
mengeluh beratnya pelayanan di sini,”Coba kamu renungkan, kalau kamu ke sana
karena dipanggil Tuhan, pasti Tuhan menguatkan kamu”. Kakak saya yang kedua
juga sering mengirimkan ayat-ayat Alkitab yang menguatkan saya. Dan sekarang
ayah saya juga sudah merelakan saya melayani di sini.
Mega : Masih ada gak bu perekrutan dari FPP untuk mencari
tenaga pengajar di sana? Siapa tahu ada teman-teman pembaca Majalah Pearl yang
punya kerinduan untuk melayani di Papua.
Bu Novi : Masih Mega. Senang sekali bila ada teman-teman
yang ingin bergabung. Bagi teman-teman yang punya kerinduan melayani di Papua
bisa menghubungi :
Forum Pelayanan Papua
Jl. Gunung Batu No.201
Ruko Maple Kav. B
Bandung 40175
Contact Person:
Bapak Hery Kristian (08122044818)
Mega : O, iya bagi teman-teman yang ingin ikut mengajar di
sana, latar belakang pendidikannya harus pengajar atau bukan bu?
Bu Novi : Kerinduannya memang yang memiliki latar belakang
pendidikan pengajar. Tapi jika tidak pun tidak apa-apa, yang terpenting sarjana
dan hatinya untuk pelayanan ke Papua, itu yang nomor satu.
Mega : Apa bu persyaratan mengikuti pelayanan ini?
Bu Novi : Ada training yang harus diikuti dan jika telah
mengikuti training dinyatakan lolos, ada kontrak dengan pihak FPP untuk
melayani selama 2 tahun di sini.
Mega : Pertanyaan terakhir bu, apa sukacita terbesar yang
ibu rasakan di sana?
Bu Novi : Sukacita terbesar saya adalah waktu melihat mata
anak-anak itu berbinar sewaktu diajar,waktu melihat mereka senang diajar, orang
tuanya juga senang, itu paling senang sekali. Apalagi melihat orang tua yang
senang melihat anaknya bisa membaca, dari awalnya yang tidak bisa berbahasa
Indonesia, wahhhh...saya senang sekali.
Mega : Bu Novi, terima kasih banyak bu. Saya sangat
diberkati dengan kesaksian ibu. Terima kasih bu. Tuhan Yesus memberkati.
Girls, selama wawancara dengan Bu Novi, saya merasa sangat
bersukacita \(“,)/ Tertular semangat Bu Novi nih.... Dengan umurnya yang sudah
separuh abad, dia begitu bersemangat menjawab setiap pertanyaan saya, dan
sukacitanya melayani Tuhan di Yahukimo begitu nyata bagi saya. Ahhh, Tuhan aneh
ya, di umur 46 tahun seorang wanita baru
dipanggilNya melayani ke Papua, padahal ibu ini sudah punya kerinduan sejak SMP
coba. Tapi waktu Tuhan selalu tepat, Dia tidak terlambat, Dia penuhi hasrat ibu
ini melayani di Papua. Dan yang luar biasa lagi, Bu Novi memenuhi panggilan
Tuhan. Dia tidak menggunakan usianya sebagai alasan untuk tidak pergi. Saat
Tuhan bukakan jalan, dia berjalan dengan sukacita menuju tanah yang
dirindukannya sejak SMP. Ahhhhh......Sungguh kesaksian yang luar biasa. Saya
diberkati mengenal Bu Novi dan diizinkan mendengarkan kesaksiannya. Tuhan
berkarya luar biasa.
Saat Tuhan memanggil kita, Tuhan tidak main-main dengan
panggilanNya. Dia sendiri yang akan memperlengkapi kita dengan apapun yang kita
perlukan. Berapa pun usia kita, bagaimanapun keadaan kita, tidak ada yang
mustahil jika Dia ingin memakai kita. Dia hanya melihat hati kita. Apakah hati
kita siap diutusNya? Maukah kita memenuhi panggilanNya?
Ini aku, utuslah Tuhan
Ini aku, utuslah Tuhan
Ke mana pun Kau pimpin
Ke negeri yang Kau pilih
Ini aku utuslah Tuhan
Dan ku kan pergi
Lalu aku mendengar suara TUHAN berkata: Siapakah yang akan
Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku ?” Maka sahutku: “ Ini aku,
utuslah aku!” Yesaya 6:8
-Mega Menulis-
*Tulisan
ini pernah dimuat di Majalah Pearl Edisi 12*
No comments:
Post a Comment