Wednesday, October 17, 2012

Mamah Menanam, Mega Menyiram



Baca tulisannya Farha yang ini  mengingatkanku sama NIATKU menulis tentang tanamanku, hehehe.  Emang niat dari kemaren-kemaren, tapi gak sempat-sempat dan badan lagi gak fit seminggu ini, ya sudahlah. Sekarang waktunya ^^

Jadi yaaa...
Mamahku tu selain hobi masak, dia juga hobi bertanam ria. Menurun dari eyang kali ya, soale tanaman hiasEyang di Jogja tu buanyaaakkk banget! Dan beneran dah, nanam apa aja jadi dia. Sempet nanam sirsak segala, alamaaakkkk!!! Kalo kalian sempat main ke rumah kami di Palangkaraya, bakalan melihat hasil tanam mamahku, sukun, mangga, lombok, nangka, dan jenis tanaman hias atau bunga-bungaan gitu. Mamah tu termasuk bertangan dingin (eh, bertangan hijau ya yang bener?) kalo ngurus tanaman. Pasti tumbuh dengan bagus lah di dalam pemeliharaannya.

Kebalikan banget dengan anaknya ini-DIRIKU. Aku sama sekali gak hobi, gak tertarik, gak pengen bercocok tanam. Males euy. Ya gimana ya, emang gak suka piye *membela diri. Karena gak suka ini, jadinya kalo ngeliat mamah atau Fani (kawanku yang juga hobi menanam bunga, dan kalo dah belanja bunga-bungaan bener-bener gila-gilaan) ngurus tanaman sampe segitunya, aku heran, apa asyiknya ya...???

Well, urusanku dengan yang namanya tanaman dimulai sejak aku punya rumah baru. Mamahku dunk, dengan semangatnya dah membayangkan bakal menanam ini dan itu, biar gak gersang katanya. Baiklah, pikirku, aku tinggal menyiram aja kan? ^^ Gak susah lah ya...(di kemudian hari kusadari, ternyata memang agak menyusahkan, hahahaha). Singkat cerita, mamahku akhirnya menanam beberapa jenis tanaman yang kami bawa dari Palangkaraya. Eh, tau-tau pas di Kasongan, mamahku membeli bibit tanaman jeruk pepaya. Aku pun blom pernah lihat buahnya piye, katanya si jeruk yang gedenya kayak pepaya. Ditanamlah tanaman ini di samping depan rumahku (artinye, di depan rumah, terus bergeser sekitar  10 meter ke samping :p).

Ternyata, karena rumah sendiri, jadi timbul rasa memiliki dan rasa sayang yang besar dah sama semua yang ada di rumahku, termasuk tanaman-tanaman itu. Tiap hari bo, aku menyiramnya, aku aja sampai heran kok aku jadi serajin ini, padahal sama tanaman mamahku di rumah aku gak peduli lo *anak nakal*. Pokoknya ya, kalo tanaman gak disiram sehari aja, sakit hati dah aku, aku takut tanaman itu mati. Kalo yang laen ma gak papa ya, tapi tanaman jeruk pepaya itu dapat perlakuan khusus. Gimana gak khusus, wong itu aja yang ntar bisa dinikmatin buahnya, hahahaha. Yang laen ma, Cuma dinikmatin mata, tapi kalo tu jeruk pepaya kan bisa dinikmati lidah :p  Lagian, bangga juga kan diriku, kalo berhasil membuahkan (bukan membuahi looo...)  tanaman sendiri . Emang sih yang menanam mamah, tapi kan yang menyiram aku, setiap hari pulak, di rumahku sendiri pulak! Nah, jadi kan orang-orang taunya itu hasil kerja kerasku, hohohoho....

Masalah muncul waktu aku harus pergi dinas selama beberapa hari ke kecamatan. Duh, sapa pulak yang ntar mengurus jeruk pepayaku tersayang itu. Mana tiap hari puanasssnya menyengat pulak!! Aihhh, sanggup gak ya tanaman jeruk pe...OKE, sekarang aku mulai merasa tanaman ini kepanjangan dah namanya. Jadi untuk berikutnya, jeruk pepaya ini aku sebut JEPE *maksaaa* Eniwei, aku benar-benar sedih harus meninggalkan si JEPE ini, ntar kalau dia mati piye. Aihhh, sayang banget kan? Padahal baru beberapa minggu dia dipindahkan dari polybag ^^’ Mau meminta tolong tetangga menyiramnya, gak enak juga booo...tetanggaku bapak-bapak yang sudah berkeluarga gitu, mosok aku minta tolong dia siram si JEPE?! Aihhh, pasrahlah daku. Cuma bisa ngarep dan berdoa kuat-kuat supaya selama aku tinggal pergi dinas, ada hujan buat tanaman-tanamanku.

Setelah beberapa hari dinas, pulangnya yang pertama aku liat si JEPE ini. Kekuatiranku terbukti. Daunnya rontok semua booo!! Lemas lah aku, jiahhh, alamat mati nih si JEPE, ato jangan-jangan dah mati, aku gak tahu, yang jelas kagak ada daunnya sama sekali bo, hiks T_T Errr... gak sampe nangis sih sebenare, tapi sedih iya lah. Berasa sia-sia juga kerja kerasku selama ini, menyiramnya tiap hari, ehhh...ditinggal bentar kok mati. Akhirnya aku adukan perkara ini sama mamahku, eh dengan tenangnya mamahku bilang,”Ah, belum mati kok itu, siram aja terus.” Mak jannggg, ada-ada aja nih mamahku, blom mati gimana, dah kering gitu, gak ada daunnya pulak gara-gara rontok, tapi ya sudahlah, aku manut wae, ya udah, tiap hari aku siram deh. Lagipula, di dekatnya, ada tanaman lain, sekalianlah, gak papa. Walopun jujur aja, aku ngerasa bodoh, ngapaen disiram, daun kagak ada, batang kurus kering gitu? Aihhhh....

Eh, seminggu kemudian dunk, ternyata aku harus pergi dinas lagi selama beberapa hari. Kembali dunk aku mikirin gimana nasib tanaman-tanamanku kalau ditinggal, si JEPE   sih dah gak aku pikirin, wong aku pikir dia dah mati. Tapi berhubung gak tahu lagi harus ngapain, gak ada pula yang bisa dititipin buat menyiram, ya pasrah sempurna lah aku. Sambil tak putus berdoa supaya hujan saat tanaman-tanaman itu kutinggal :p

Sewaktu pulang, ehhh...semua tanaman baek-baek aja, sehat walafiat tanpa kekurangan apapun. Malah ada kejutan menanti, coba tebaaakkkk!!! Si JEPE masi hidup, malahan muncul tuh daun-daunnya, aihhh....Speechless dah. Kok bisa ya. Padahal kan aku kitra dia dah mati kemaren. Eh, ternyata tahu-tahu hidup gitu. Pas aku tanya tetanggaku, apa ada hujan ya selama aku pergi, ternyata dia bilang gak ada. KOK BISA YAAAA....??? Kok bisa dia masih hidup gitu. Aneh.

Emang lah ya, bolehlah mamah yang menanam si JEPE, dan aku menyiramnya tiap hari, tapi teuetep aja Tuhan yang menumbuhkannya. Wong buktinya aku gak siram aja bisa kok ternyata dia tumbuh selama kutinggal, padahal gak hujan looo... !! Jadi curiga nih, jangan-jangan Paulus waktu dulu ngomongin hal ini dan menuliskannya juga berdasarkan pengalamannya bertanama-tanam.

Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. 1 Kor 3:6

Kagak peduli sapa yang menanam ato yang menyiram, yang menumbuhkan itu Tuhan. Kita adalah kawan sekerja Allah, dan adalah satu kehormatan jika Allah meminta kita menanam atau menyiram, karena kita boleh ambil bagian dalam sukacita menyaksikan pertumbuhan yang terjadi. Karena, kalo dipikir pake logika, Tuhan si bisa menanam, menyiram dan menumbuhkannya sendiri. Dia tidak memerlukan kita. Dia bisa pakai siapa saja atau cara apa aja. Perkara gampang buat Tuhan melakukan semuanya, tapi Dia mau kita merasakan sukacitanya melihat pertumbuhan yang terjadi.

Menyadari itu sungguh merendahkan hatiku dan membuatku bersyukur luar biasa karena selama ini boleh turut menyaksikan pertumbuhan yang dikerjakan Allah melalui pelayanan yang pernah aku lakukan. Entah sudah berapa banyak yang aku tanam, atau yang aku siram. Well, you know kan...aku tidak hanya sedang berbicara tentang tanaman *wink-wink* Pada akhirnya memang siapa yang menanam atau menyiram tidaklah penting, Allah lah yang terpenting. Dia lah satu-satunya yang mampu memberikan pertumbuhan. Pertumbuhan terjadi bukan karena si penanam atau si penyiram. Tidak ada kesempatan bagi si penanam atau si penyiram untuk menyombongkan pekerjaannya atau mendapatkan pujian dan tepuk tangan. Pada akhirnya, hanya Allah yang layak menerima pujian, hormat dan kemuliaan, Dia lah yang mengerjakan segala sesuatunya.

Bukan berarti ayat tadi kita jadikan alasan untuk tidak menanam atau menyiram ya...Jangan pernah berpikir, ahhh...toh Tuhan bisa kok memberikan pertumbuhan tanpa aku, aku gak perlu melakukan apa-apa, kalau Allah berkenan Dia akan memberikan pertumbuhan. Huaaa...!!! Jangan sampai lah ya mikir gitu. Rugiii...! Kenapa rugi?
Pertama, kita gak merasakan sukacitanya menyaksikan pekerjaan Tuhan sewaktu kita gak amu ambil bagian.
Dan kedua, saat kita berkomitmen untuk menanam atau menyiram di tempat yang Tuhan mau, Tuhan juga sedang memberikan pertumbuhan tidak hanya di tempat itu, Tuhansedang memberikan pertumbuhan kepada kita. Pertumbuhan dalam banyak hal, kasih, iman, pengharapan, buah roh. Malah aku berani bilang, bukan Tuhan yang membutuhkan pelayanan kita, kita yang membutuhkan pelayanan.

Sebagai contoh, aku tumbuh dan mengenal yang namanya pelayanan sewaktu aku kuliah dulu di UKM( Unit Kegiatan Mahasiswa) Kristen UPN Veteran Yogyakarta. Kalau ditanya siapa yang memulai pelayanan ini, siapa yang mendirikan UKM ini atau yang merintis persekutuannya, bah mana aku ingat! Pernah sih, dikasi tau, tapi aku lupa, hehehe. Trusss...kalau ditanya siapa pengurus UKM ini beberapa generasi di atasku, aku sungguh tak tahu. Tapiii... aku sungguh menyaksikan pertumbuhan yang Tuhan berikan. Dan, sejujurnya sih, memang gak penting lah ya semuanya itu, asal Allah saja yang dimuliakan.

Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.1 Kor 3:7


Kasongan, 17 Oktober 2012
-Mega Menulis-

4 comments:

FarhaElein said...

Mbak megaaaaa...
I love this post! Aku dikuatkan bgt dgn tulisan ini...
Emang ya mbak, tugas kita sbg petani eh,pelayan i2 menanam n menyiram, tapi Tuhanlah yg memberikan pertumbuhan.
Aku mau bljr menyerahkan 'pertumbuhan' tanaman2 yg slama ini aku urus sma Tuhan.
Btw, mama aq jg hobi berkebun, smpe anggur yg scr teori kgak bsa tumbuh, eh,tumbuh jg! Hehe...
Dan sayangnya, aku kagak hobi berkebun jg,kkk...
Gbu, mbak...

Mega said...

Dulu aku ngerasain banget pelajaran ini sewaktu jaman kuliah pas pelayanan di kampus, aku punya beberapa adek KTB. Tapi gak semua bertumbuh dengan kecepatan yang sama,padahal aku ngerasa dah maksimal. Dah doain, kasi perhatian, nagajak jalan, fellowship, de el el. Dan aku diingatin lewat ayat tadi. Aku cuma harus kerjakan bagianku dengan benar dan lakukan yang terbai aja, hasilnya adalah urusan Tuhan. Semangat ya Farhaaa...!!! Paling gak, kamu bertumbuh looo waktu kamu memutuskan kerjakan bagianmu dengan sungguh ^^

FarhaElein said...

iya, mbak... makasihhhh ^^ #peluk

FarhaElein said...

iya, mbak... emang skrg Tuhan lagi ngajarin hal ini sama aku ^^.

Thank you so much #hug

Karakter di Dunia Kerja

Dari kecil karakter seseorang mulai terbentuk. Kalau sudah dewasa, sulit mengubah karakter seseorang. Jadi kalau kamu berkarakter buruk saat...