Baca tulisannya Farha yang ini
mengingatkanku sama NIATKU menulis tentang tanamanku, hehehe. Emang niat dari kemaren-kemaren, tapi gak
sempat-sempat dan badan lagi gak fit seminggu ini, ya sudahlah. Sekarang
waktunya ^^
Jadi yaaa...
Mamahku tu selain hobi masak, dia juga hobi bertanam ria. Menurun
dari eyang kali ya, soale tanaman hiasEyang di Jogja tu buanyaaakkk banget! Dan
beneran dah, nanam apa aja jadi dia. Sempet nanam sirsak segala, alamaaakkkk!!!
Kalo kalian sempat main ke rumah kami di Palangkaraya, bakalan melihat hasil
tanam mamahku, sukun, mangga, lombok, nangka, dan jenis tanaman hias atau bunga-bungaan
gitu. Mamah tu termasuk bertangan dingin (eh, bertangan hijau ya yang bener?) kalo
ngurus tanaman. Pasti tumbuh dengan bagus lah di dalam pemeliharaannya.
Kebalikan banget dengan anaknya ini-DIRIKU. Aku sama sekali
gak hobi, gak tertarik, gak pengen bercocok tanam. Males euy. Ya gimana ya,
emang gak suka piye *membela diri. Karena gak suka ini, jadinya kalo ngeliat
mamah atau Fani (kawanku yang juga hobi menanam bunga, dan kalo dah belanja
bunga-bungaan bener-bener gila-gilaan) ngurus tanaman sampe segitunya, aku
heran, apa asyiknya ya...???
Well, urusanku dengan yang namanya tanaman dimulai sejak aku
punya rumah baru. Mamahku dunk, dengan semangatnya dah membayangkan bakal
menanam ini dan itu, biar gak gersang katanya. Baiklah, pikirku, aku tinggal
menyiram aja kan? ^^ Gak susah lah ya...(di kemudian hari kusadari, ternyata
memang agak menyusahkan, hahahaha). Singkat cerita, mamahku akhirnya menanam beberapa
jenis tanaman yang kami bawa dari Palangkaraya. Eh, tau-tau pas di Kasongan,
mamahku membeli bibit tanaman jeruk pepaya. Aku pun blom pernah lihat buahnya
piye, katanya si jeruk yang gedenya kayak pepaya. Ditanamlah tanaman ini di
samping depan rumahku (artinye, di depan rumah, terus bergeser sekitar 10 meter ke samping :p).
Ternyata, karena rumah sendiri, jadi timbul rasa memiliki
dan rasa sayang yang besar dah sama semua yang ada di rumahku, termasuk
tanaman-tanaman itu. Tiap hari bo, aku menyiramnya, aku aja sampai heran kok
aku jadi serajin ini, padahal sama tanaman mamahku di rumah aku gak peduli lo
*anak nakal*. Pokoknya ya, kalo tanaman gak disiram sehari aja, sakit hati dah
aku, aku takut tanaman itu mati. Kalo yang laen ma gak papa ya, tapi tanaman
jeruk pepaya itu dapat perlakuan khusus. Gimana gak khusus, wong itu aja yang
ntar bisa dinikmatin buahnya, hahahaha. Yang laen ma, Cuma dinikmatin mata,
tapi kalo tu jeruk pepaya kan bisa dinikmati lidah :p Lagian, bangga juga kan diriku, kalo berhasil
membuahkan (bukan membuahi looo...) tanaman sendiri . Emang sih yang menanam
mamah, tapi kan yang menyiram aku, setiap hari pulak, di rumahku sendiri pulak!
Nah, jadi kan orang-orang taunya itu hasil kerja kerasku, hohohoho....
Masalah muncul waktu aku harus pergi dinas selama beberapa
hari ke kecamatan. Duh, sapa pulak yang ntar mengurus jeruk pepayaku tersayang
itu. Mana tiap hari puanasssnya menyengat pulak!! Aihhh, sanggup gak ya tanaman
jeruk pe...OKE, sekarang aku mulai merasa tanaman ini kepanjangan dah namanya.
Jadi untuk berikutnya, jeruk pepaya ini aku sebut JEPE *maksaaa* Eniwei, aku
benar-benar sedih harus meninggalkan si JEPE ini, ntar kalau dia mati piye.
Aihhh, sayang banget kan? Padahal baru beberapa minggu dia dipindahkan dari
polybag ^^’ Mau meminta tolong tetangga menyiramnya, gak enak juga
booo...tetanggaku bapak-bapak yang sudah berkeluarga gitu, mosok aku minta
tolong dia siram si JEPE?! Aihhh, pasrahlah daku. Cuma bisa ngarep dan berdoa
kuat-kuat supaya selama aku tinggal pergi dinas, ada hujan buat
tanaman-tanamanku.
Setelah beberapa hari dinas, pulangnya yang pertama aku liat
si JEPE ini. Kekuatiranku terbukti. Daunnya rontok semua booo!! Lemas lah aku,
jiahhh, alamat mati nih si JEPE, ato jangan-jangan dah mati, aku gak tahu, yang
jelas kagak ada daunnya sama sekali bo, hiks T_T Errr... gak sampe nangis sih
sebenare, tapi sedih iya lah. Berasa sia-sia juga kerja kerasku selama ini,
menyiramnya tiap hari, ehhh...ditinggal bentar kok mati. Akhirnya aku adukan
perkara ini sama mamahku, eh dengan tenangnya mamahku bilang,”Ah, belum mati
kok itu, siram aja terus.” Mak jannggg, ada-ada aja nih mamahku, blom mati
gimana, dah kering gitu, gak ada daunnya pulak gara-gara rontok, tapi ya
sudahlah, aku manut wae, ya udah, tiap hari aku siram deh. Lagipula, di
dekatnya, ada tanaman lain, sekalianlah, gak papa. Walopun jujur aja, aku
ngerasa bodoh, ngapaen disiram, daun kagak ada, batang kurus kering gitu?
Aihhhh....
Eh, seminggu kemudian dunk, ternyata aku harus pergi dinas
lagi selama beberapa hari. Kembali dunk aku mikirin gimana nasib
tanaman-tanamanku kalau ditinggal, si JEPE
sih dah gak aku pikirin, wong aku pikir dia dah mati. Tapi berhubung gak
tahu lagi harus ngapain, gak ada pula yang bisa dititipin buat menyiram, ya
pasrah sempurna lah aku. Sambil tak putus berdoa supaya hujan saat
tanaman-tanaman itu kutinggal :p
Sewaktu pulang, ehhh...semua tanaman baek-baek aja, sehat
walafiat tanpa kekurangan apapun. Malah ada kejutan menanti, coba tebaaakkkk!!!
Si JEPE masi hidup, malahan muncul tuh daun-daunnya, aihhh....Speechless dah.
Kok bisa ya. Padahal kan aku kitra dia dah mati kemaren. Eh, ternyata tahu-tahu
hidup gitu. Pas aku tanya tetanggaku, apa ada hujan ya selama aku pergi,
ternyata dia bilang gak ada. KOK BISA YAAAA....??? Kok bisa dia masih hidup
gitu. Aneh.
Emang lah ya, bolehlah mamah yang menanam si JEPE, dan aku
menyiramnya tiap hari, tapi teuetep aja Tuhan yang menumbuhkannya. Wong
buktinya aku gak siram aja bisa kok ternyata dia tumbuh selama kutinggal,
padahal gak hujan looo... !! Jadi curiga nih, jangan-jangan Paulus waktu dulu
ngomongin hal ini dan menuliskannya juga berdasarkan pengalamannya
bertanama-tanam.
Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi
pertumbuhan. 1 Kor 3:6
Kagak peduli sapa yang menanam ato yang menyiram, yang
menumbuhkan itu Tuhan. Kita adalah kawan sekerja Allah, dan adalah satu
kehormatan jika Allah meminta kita menanam atau menyiram, karena kita boleh
ambil bagian dalam sukacita menyaksikan pertumbuhan yang terjadi. Karena, kalo
dipikir pake logika, Tuhan si bisa menanam, menyiram dan menumbuhkannya
sendiri. Dia tidak memerlukan kita. Dia bisa pakai siapa saja atau cara apa
aja. Perkara gampang buat Tuhan melakukan semuanya, tapi Dia mau kita merasakan
sukacitanya melihat pertumbuhan yang terjadi.
Menyadari itu sungguh merendahkan hatiku dan membuatku
bersyukur luar biasa karena selama ini boleh turut menyaksikan pertumbuhan yang
dikerjakan Allah melalui pelayanan yang pernah aku lakukan. Entah sudah berapa
banyak yang aku tanam, atau yang aku siram. Well, you know kan...aku tidak
hanya sedang berbicara tentang tanaman *wink-wink* Pada akhirnya memang siapa
yang menanam atau menyiram tidaklah penting, Allah lah yang terpenting. Dia lah
satu-satunya yang mampu memberikan pertumbuhan. Pertumbuhan terjadi bukan
karena si penanam atau si penyiram. Tidak ada kesempatan bagi si penanam atau
si penyiram untuk menyombongkan pekerjaannya atau mendapatkan pujian dan tepuk
tangan. Pada akhirnya, hanya Allah yang layak menerima pujian, hormat dan
kemuliaan, Dia lah yang mengerjakan segala sesuatunya.
Bukan berarti ayat tadi kita jadikan alasan untuk tidak
menanam atau menyiram ya...Jangan pernah berpikir, ahhh...toh Tuhan bisa kok
memberikan pertumbuhan tanpa aku, aku gak perlu melakukan apa-apa, kalau Allah
berkenan Dia akan memberikan pertumbuhan. Huaaa...!!! Jangan sampai lah ya
mikir gitu. Rugiii...! Kenapa rugi?
Pertama, kita gak merasakan sukacitanya menyaksikan
pekerjaan Tuhan sewaktu kita gak amu ambil bagian.
Dan kedua, saat kita berkomitmen untuk menanam atau menyiram
di tempat yang Tuhan mau, Tuhan juga sedang memberikan pertumbuhan tidak hanya
di tempat itu, Tuhansedang memberikan pertumbuhan kepada kita. Pertumbuhan
dalam banyak hal, kasih, iman, pengharapan, buah roh. Malah aku berani bilang,
bukan Tuhan yang membutuhkan pelayanan kita, kita yang membutuhkan pelayanan.
Sebagai contoh, aku tumbuh dan mengenal yang namanya
pelayanan sewaktu aku kuliah dulu di UKM( Unit Kegiatan Mahasiswa) Kristen UPN
Veteran Yogyakarta. Kalau ditanya siapa yang memulai pelayanan ini, siapa yang
mendirikan UKM ini atau yang merintis persekutuannya, bah mana aku ingat!
Pernah sih, dikasi tau, tapi aku lupa, hehehe. Trusss...kalau ditanya siapa
pengurus UKM ini beberapa generasi di atasku, aku sungguh tak tahu. Tapiii...
aku sungguh menyaksikan pertumbuhan yang Tuhan berikan. Dan, sejujurnya sih,
memang gak penting lah ya semuanya itu, asal Allah saja yang dimuliakan.
Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang
menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.1 Kor 3:7
Kasongan, 17 Oktober 2012
-Mega Menulis-
4 comments:
Mbak megaaaaa...
I love this post! Aku dikuatkan bgt dgn tulisan ini...
Emang ya mbak, tugas kita sbg petani eh,pelayan i2 menanam n menyiram, tapi Tuhanlah yg memberikan pertumbuhan.
Aku mau bljr menyerahkan 'pertumbuhan' tanaman2 yg slama ini aku urus sma Tuhan.
Btw, mama aq jg hobi berkebun, smpe anggur yg scr teori kgak bsa tumbuh, eh,tumbuh jg! Hehe...
Dan sayangnya, aku kagak hobi berkebun jg,kkk...
Gbu, mbak...
Dulu aku ngerasain banget pelajaran ini sewaktu jaman kuliah pas pelayanan di kampus, aku punya beberapa adek KTB. Tapi gak semua bertumbuh dengan kecepatan yang sama,padahal aku ngerasa dah maksimal. Dah doain, kasi perhatian, nagajak jalan, fellowship, de el el. Dan aku diingatin lewat ayat tadi. Aku cuma harus kerjakan bagianku dengan benar dan lakukan yang terbai aja, hasilnya adalah urusan Tuhan. Semangat ya Farhaaa...!!! Paling gak, kamu bertumbuh looo waktu kamu memutuskan kerjakan bagianmu dengan sungguh ^^
iya, mbak... makasihhhh ^^ #peluk
iya, mbak... emang skrg Tuhan lagi ngajarin hal ini sama aku ^^.
Thank you so much #hug
Post a Comment