“Wong tresno jalaren seko kulino”, gitu wong Jowo bilang,
dan diamini banyak orang dari berbagai suku bangsa (lebay dikit lah ya :p).
Gimana gak jatuh cintrong sama si dia yang nyaris tiap hari
kita temui, dia yang kita ajak membicarakan banyak hal berjam-jam dari hal
sepele sampe hal penting layaknya perdamaian dunia, panggilan hidup, dll ^^’ ,
dia yang kita mintai saran dan pendapat untuk banyak hal, dia yang sering hang
out bareng berdua, temen makan, temen jalan, temen ngapaen aja. Bagaimana
mungkin kita gak mulai mengagumi dia, wong yang kita liat dia dan hanya dia :p
Apalagi si dia punya hati yang sungguh-sungguh sama Tuhan, karakter yang
terpuji dan wajah tampan jadi bonus luar biasa pastinya, hahahaha. Yang jelas,
kebersamaan dan perhatiannya membuat mulai klepek-klepek deh. YES, I did those
stupid things many years ago.
Ngomongin sapa sih Meg?
Hehehehe, lagi mengenang-ngenang masa lalu eh seseorang dari
masa lalu lebih tepatnya.
Zaman behula dulu, aku pernah tuh rodo-rodo naksir sama si pria
yang kusebut ‘sahabat’ awalnya. Awalnya pure dah, temenan doang, ga ada rasa
apa-apa. Cuma berteman biasa layaknya temenan sama pria-pria lain. Tapi karena,
temenannya mulai eksklusif, hampir kemana-mana berdua, cerita apa aja sama si
dia, yah…daku jadi naksir deh. Sulit banget ternyata menjaga hati ini supaya
gak jatuh pada tempat yang gak seharusnya. Persahabatan berubah jadi cinta :p Agak
memalukan memang kalo diingat-ingat. Secara, nampaknya aku baru menyadari kalo
aku bertepuk sebelah tangan setelah sekian lama, huhuhuhuhu *nangis di
pojokan*. Emang sih, gak pernah tuh terucap kata ‘suka’ ato ‘cinta’ dariku,
tapi dari sikap, woooo…jangan ditanya, nampaknya si dia tahu, orang lain tahu
dan mulai bertanya-tanya apa hubunganku dengan si dia, bahkan ada yang dah
bilang kami pacaran,huaaa…. malunyoooooo kalo diingat-ingat *tutup muka*. p
Puji Tuhan, akhirnya semua berakhir baik. Sekarang aku masih berteman dengan si
dia. Tetap temenan tapi dengan batasan tentunya.
Jadi gak boleh dunk Meg temenan sama lawan jenis?
Ya boleh dunkkkk…
Malahan kita harus berteman sebanyak-banyaknya dengan banyak
pria dan wanita. Untuk kenal makin banyak tipe orang, karakter mereka, dan
belajar banyak hal dari mereka. Temenan loooo… Bukan sahabatan.
Nah lo, emang beda Meg, teman sama sahabat?
Beda.
Kita bisa punya banyak teman, tapi sahabat? Belum tentu.
Pastinya hanya beberapa orang yang kita sebut sahabat. Karena sahabat tu adalah
teman yang dekat banget, yang mengenal kita luar dalam, yang ngabisin banyak
waktunya bareng kita, tempat kita berbagi banyak hal yang gak kita bagikan
untuk orang lain-rahasia terdalam kita, perasaan kita, mimpi-mimpi kita. Di dalam persahabatan ada kasih, keterbukaan,
pengertian dan pengorbanan, yang tentunya gak dimiliki pertemanan biasa.
Persahabatan dengan lawan jenis jadi cinta kayaknya banyak
tuh ngalamin, gak cuma aku lo yang mengalami #membela diri. Ayo, ngaku deh,
readers ada yang pernah ngalamin juga kan? #wink
Somehow, berteman dengan pria memang membawa nuansa yang
berbeda dengan pertemanan dengan wanita, sehingga kita tertarik memiliki
sahabat pria. Biasanya dari para pria, kita merasakan perlindungan dan
mendapatkan sudut pandang yang berbeda dalam berbagai hal. Belum lagi jika kita
punya sahabat pria yang gentle. Senang bukan rasanya mempunyai sahabat pria?
Kemana-mana ada yang nganterin(emang tukang ojek Meg?), merasa aman saat keluar
malam (emang bareng bodyguard Meg?), yang jelas pria lebih logis dan menenangkan
dibanding sahabat wanita yang drama queen abis (eling Megggg…kayak kamu bukan
wanita aja, wakakakak). Banyak banget keuntungan mempunyai sahabat pria ya
nampaknya. Tetapi, hati-hati girls,persahabatan dengan pria bisa jadi berbahaya
untuk hati kita, para wanita ini.
Mari kita mengakui dengan jujur, sebagian besar wanita
mempunyai hati yang lembut dan mudah tersentuh dengan kebaikan hati dan sikap
seseorang yang manis kepada kita. Nah, bayangkan jika ada seorang pria yang
demikian manisnya dalam bersikap dan berkata-kata kemudian kita bergaul secara
ekslusif hanya dengan dia, berapa persen kemungkinan kita jatuh hati padanya?
Pastinya lebih besar daripada saat kita berteman biasa dengannya. Ya kan? Kan?
#mokso ;p Lama-lama yang awalnya murni berteman doang, jadi naik ke level TTM
(Teman Tapi Mesra) nih. Kemana-mana berduaaaaaa…muluuuu… Padahal katanya cuma
teman. Begitu dikonfirmasi sama orang lain ngomong ga ada apa-apa lah, cuma
nganggap kayak sodara lah (Serius nih sodara? Padahal sama sodara kandung aja
gak gitu-gitu amat tuh. Gak juga tuh pake kemana-mana berdua kok. Lah ini
sok-sokan bilang ‘nganggap sodara’, helllooooowww, ini alibi), padahal
sebenarnya ada benih-benih cinta mulai tumbuh. Tuh, bahaya kaaann??? Menjaga
persahabatan tetap murni sebagai persahabatan antar pria-wanita merupakan hal
yang susaaaaahhhh banget dilakukan. Beneran deh. Makanya mending temenan aja
deh sama lawan jenis. Jangan membawa diri ke dalam pencobaan.
“Ah, kan gak semua orang seperti kamu Meg. Ada kok
persahabatan pria-wanita yang gak dibumbui asmara (cieeehhhhh…dibumbui :p).”
Yup. Tidak semua orang seperti aku. Itu hanya pengalaman
pribadiku :p Gak mengada-ngada dan dikarang-karang. Persahabatan pria-wanita
memang ada, tetapi tetap saja harus benar-benar diwaspadai,benar-benar harus
ada batasan. Aku pernah dengar nih, kalo untuk level pendeta/gembala aja, kalau
mau ngasih konselling sama lawan jenis, harus didampingi dengan
istri/suaminya/orang lain lo. Gak boleh kalau Cuma berdua-dua tok. Kebayang
kan? Mereka yang kerohaniannya seperti itu pun sedemikian harus menjaga dirinya
supaya gak jatuh dari pencobaan. Nah, apa yang membuat kita berpikir, kita
sanggup gak tergoda jatuh hati sama sahabat kita yang berbeda jenis kalau
sebagian besar waktu kita habiskan hanya dengannya?
“Gak papa lah Meg bersahabat sama cowok, apa masalahnya kalo
ujung-ujungnya mencintai sahabat sendiri as long as sama-sama single. Kan gak
ada yang rugi to?”
Benarkah demikian? Kalo Cuma mikir diri sendiri sih gak masalah
ya. Bener aja, nampaknya gak ada yang dirugikan kok toh sama-sama single ini.
Tapi mari kita renungkan hal ini:
Setiap hubungan yang kita miliki adalah kesempatan untuk
meneladani kasih Kristus.
Bagaimana kita mempraktekkan kasih sebagaimana yang
diinginkan Allah dalam setiap hubungan yang kita miliki? Hubungan apapun itu,
orang tua-anak, suami-istri, bos-bawahan, dan…termasuk hubungan persahabatan
kita dengan orang lain seharusnya mencerminkan kasih murni seperti kasih
Kristus. Bahkan ada nih panduan kita mengenai bagaimana kasih yang benar:
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak
memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan
tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan
kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena
kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan
segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. 1 Korintus 13:4-7
Saat aku merenungkan kembali tentang kasih, bagaimana aku
bersahabat dengan si dia saat itu, aku mendapati bagaimana aku ternyata tidak
mengasihinya dengan benar. Karena motivasiku tidak benar, yang semula hanya
berteman, lama-lama motivasiku adalah ingin menjadi pasangan hidupnya. Kemudian
aku melakukan banyak hal yang memalukan dan tidak sopan. Di banyak kesempatan
aku mencari kesempatan untuk selalu bersama dia. Aku tidak suka saat dia
bersama orang lain karena aku merasa memiliki dia. Aku hanya mementingkan diri
sendiri. Sudah jelas ini hubungan persahabatan yang tidak benar dan mendukakan
Tuhan. Kalau bicara masalah hati doang, dengan gampang aku akan bilang, “Kan
ini pilihanku sendiri, resiko ditanggung sendiri”, iya sih…sedih sih sedih
sendiri lah ya, mosok ngajak-ngajak. LOL. Tapi ternyata kesalahan yang aku lakukan
dampaknya lebih dari sekedar apa yang aku rasakan. Persahabatan ini tidak
memuliakan Tuhan. Dia tidak disenangkan
saat aku memprioritaskan si dia dibandingkan sahabat wanitaku (ketahuan kan,
ini ada maunya :p). Dia tidak suka anakNya melayani hanya karena ada si sahabat
pria ini (heellloowww, motivasi pelayananmu apa Meg?). Yeahhh, I did it T_T Dia
tidak suka saat banyak orang mengira aku dan si dia berpacaran, padahal kami
sama sekali tidak ada komitmen apapun. Dia sudah pasti tidak tersenyum saat aku
pura-pura mengasihi sahabatku dengan kasih persaudaraan, padahal aku
menginginkan yang lain. Aku munafik. Ini hubungan persahabatan yang gak jadi
berkat kan? Aku tidak bertumbuh dalam kasih saat itu. Aku tidak memuliakan Dia.
Aku benar-benar dikoreksi Tuhan melalui firmanNya, dan aku harus mengakui persahabatan
ini tidak benar.
Silakan bersahabat dengan siapapun jika kita mampu mengasihi
dengan murni. Masalahnya, wanita susah melakukan ini. Dan aku tidak hanya
berbicara tentang pengalamanku, beberapa wanita yang aku kenal juga mengalami
hal ini. Entah bagaimana dengan pria ya :p
Bagaimana Kristus dimuliakan melalui hubungan dan relasi
kita dengan orang lain lah yang menjadi fokus kita saat memiliki berteman
dengan orang lain. Pria ataupun wanita. Pertemanan bukan hanya tentang
kecocokan dan ketidakcocokan kita dengan orang lain, atau asal saya dan dia
nyaman. Segala sesuatu adalah tentang Tuhan, hubungan pertemanan kita adalah
tentang Tuhan. Bagaimana Dia dimuliakan dalam hubungan kita dengan orang lain.
That’s the most important.
Setidaknya ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat berteman
(perhatikan, berteman ya….bukan bersahabat ^^) dengan lawan jenis:
1.
Punya batasan
Iya lah yaa…. Cewek dan cowok harus punya
batasan dalam bergaul. Gak semua hal perlu kita ceritakan ke teman pria kita.
Berbeda dengan pada sesama wanita, menceritakan semua hal kepada pria bisa jadi
berbahaya. Karena sebenarnya wanita berbagi keintiman lo waktu mulai
menceritakan semua perasaan, mimpi-mimpi dan rahasia-rahasia terdalamnya.Wanita
bercerita untuk merasa dekat dengan seseorang. Bayangkan jika hal itu terus-menerus
dilakukan kepada seorang pria, ini akan berbahaya bagi hati wanita, wanita akan
merasa sangat dekat dengan si teman pria. Dan kemudian akan sulit sekali menjaga
pertemanan ini tetap murni tanpa diwarnai asmara. Keintiman berbicara tentang
kedalaman hubungan, dimana ada keterbukaan, ketergantungan dan pengorbanan, ada
kedalaman hubungan yang berbeda.
Kita juga harus punya batasan fisik dalam
berteman. Jangan sembarangan peluk sana, peluk sini, peluk bahu, cipika-cipiki,
dll dengan cuek, berbahaya lo. Berbahaya buat sang wanita, karena ini akan
mempengaruhi hatinya, dan berbahaya bagi sang pria karena itu akan mempengaruhi
standar mereka dalam pergaulan ke depannya, karena mereka akan berpikir it’s ok
kok untuk dilakukan. Pernah suatu kali, aku membiarkan diriku dicium di pipi
oleh seorang teman pria pada hari ulang tahunku dan aku kepikiran
berminggu-minggu, GR bin galau melanda. Serius. “Ah,gak masalah kali Megggg, Cuma pipi aja, kamu aja yang
kegeeran.”,mungkin ada yang ngomong gitu. Nah, kalo hal gitu aja berpengaruh ke
perasaanku (sampai berminggu-minggu dan sesudahnya) , dah terbukti berbahaya
kan, yeahh…paling ngga pada satu wanita ini.
Dan bagaimana jika hal tersebut diulangi
teman priaku pada teman-teman wanita yang lain? Ini jelas-jelas bukan contoh
yang baik bagi komunitas kita berada. Ini tidak benar. Ini tidak memuliakan Tuhan.
Dan…mari kita memikirkan hal ini, bagaimana
jika orang lain di luar komunitas menyaksikan cara kita bergaul yang tanpa
batasan ini. Tentunya ini bukan kesaksian yang baik tentang kasih Kristus dalam
hubungan kan?
2.
Gak ekslusif dalam pergaulan
Kemana-mana sama si teman pria yang itu-itu
aja? Jangan dunk! Lebih baik bergaul dalam komunitas dan beramai-ramai. Ini
akan lebih menjaga kita para wanita dari getaran-getaran yang tidak seharusnya
dirasakan dan mencegah GR yang berkepanjangan :p Berteman gak harus yang
berduaan melulu kan? Saat berada dalam komunitas, kita malah lebih “aman”. Kita
terhindar dari rasa GR berlebihan dan kita bisa bergaul dengan lebih sehat.
Hati kita terjaga karena bergaul di dalam komunitas tu bikin kita susah GR dan
mikir macam-macam. Pokoknya, jangan mengisolasi diri dengan satu orang aja. Itu
sih sama aja membawa diri ke dalam pencobaan. Karena kebersamaan dengan
seseorang saja terus-menerus rawan membuat perasaan kita terombang-ambing.
3.
Berteman dengan tulus
Timotius dinasehatin gini sama Om Paulus:
Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian. 1 Timotius 5:2
Nampaknya nasehat ini juga berlaku bagi
kita para wanita, perlakukanlah para pria di sekeliling kita dengan kemurnian.
Dengan ketulusan. Jangan ada apa-apanya. Jangan berteman untuk mendapatkan
pacar, karena ini berbahaya. Motivasi berteman gak tulus lagi karena
teman-teman pria akan kita pandang dan seleksi mana yang potensial jadi
kandidat pacar. Weleh-weleh, emang mo nyapres :p Kasihilah teman-teman pria
kita dengan kasih yang tulus, jangan mengasihi supaya dicintai. Berlakulah
sebagai teman, bukan pacar. Gak usah sok-sok dekat dan memberikan perhatian
berlebih, yang wajar-wajar aja. Jangan istimewakan seorang teman pria
dibandingkan teman pria yang lain, karena sudah pasti ini mengarah pada
ketidaktulusan.
Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik”. Roma 12:9
Pernah kan dengar
pria-wanita yang temenan (katanya) tapi smsnya tiap hari dah kayak pacaran dan
nanya-nanya ‘gak penting’ semacam:
Dah makan belum?
Lagi ngapain?
Jangan lupa makan ya…
Helooowwwww….Itu sih dah
tanda-tanda bukan temenan doang, bisa jadi mulai ada motovasi lain. Ayo kita
jujur-jujuran, entah pria ato wanita, apakah akan seperhatian ini dengan teman
biasa?
Lupa deh pernah dengar atau baca dimana,
tapi ada kalimat gini: Jangan lakukan sesuatu untuk teman priamu, yang gak kamu
lakukan untuk teman wanitamu.
Contoh nyata nih ya, di suatu siang yang
panas, aku muales pol keluar rumah. Mending berdiam di rumah, baca buku
ditemani kipas angin, eh…tau-tau teman priaku (yang kutaksir) minta ditemani
kemana gitu (aku lupa), aku langsung mengiyakan. Padahal kalo yang minta teman
wanitaku, wahhhh…aku kemungkinan bakal males keluar rumah di hari panas gitu.
Kelihatan kan gak tulusnya? Kelihatan kan ada apa-apanya :p
Berteman dengan lawan jenis bisa kok ^^ Malahan, kita perlu
berteman dengan banyak pria. Untuk mengenali karakter dan sifat mereka. Memperhatikan
mereka sebagai saudara. Mempraktekkan kasih Kristus kepada orang-orang di
sekeliling kita.
TAPIIIII…sebelumnya minta Tuhan untuk menjaga hati kita
supaya tetap murni dalam menjalin pertemanan ni, sembari menjauhkan diri dari
pencobaan, hehehe. Udah tau kalo kita bisa jatuh cinta sama pria yang
memperlakukan kita dengan kasih dan respek sepanjang waktu, trus ngapain
‘menciptakan’ kesempatan untuk dekat dengan pria yang itu-itu aja. Ini sih sama
aja kayak berdoa meminta Tuhan menjauhkan kita dari pencobaan tetapi kaki kita
melangkah mendekati pencobaan :p Bertemanlah dengan kudus. Dengan kemurnian.
Sehingga Kristus dimuliakan melalui pertemanan kita dengan siapa pun, termasuk
lawan jenis.
-Mega Menulis-
*ditulis untuk Majalah Pearl edisi 23*
No comments:
Post a Comment