TIN CUP adalah sebuah film lama yang bercerita tentang perjuangan seorang pria bernama Roy Avoy untuk memenangkan kejuaraan golf bergengsi US OPEN. Roy adalah pelatih golf amatir di kotanya, dia memiliki tempat latihan golf kecil. Dulunya dia sering memenangkan berbagai kejuaraan golf di masa mudanya, namun saat dia memutuskan terjun ke dunia professional, dia tidak berhasil lolos dari seleksi yang ada,dia tergolong pemain yang sangat emosional sehingga tidak dapat mengendalikan permainannya. Di tengah-tengah pertandingan ia sering berbuat bodoh dan mengacaukan permainannya, padahal sebenarnya dia pemain yang cukup baik. O,iya TIN CUP ni julukan yang diberikan ke Roy.
Kini, dia memutuskan untuk mengikuti US OPEN, suatu kejuaraan golf yang sangat istimewa, karena tidak hanya pemain profesional saja yang dapat mengikutinya. Setiap orang berkesempatan mengikutinya asalkan dia mendapat pengakuan dan rekomendasi dari asosiasi golf setempat. Namun ada tes yang harus diikutinya dan bila dia lulus, barulah dia akan mendapat pengakuan dari asosiasi golf tersebut.
Lalu Roy meminta bantuan sahabatnya untuk menjadi caddynya (orang yang membawa peralatan golf sepanjang permainan berlangsung), tidak kebetulan, sahabatnya seorang yang sangat mengerti permainan golf. Sahabatnya bersedia namun dengan syarat Roy mau mendengarkan sarannya dan tidak mengikuti dorongan emosinya saja. Roy pun setuju.
Aku baru tahu permainan golf ini rumit banget lho..... Bayangkan aja, tiap lapangan punya keunikan masing-masing, peraturannya yang buanyak banget, blom lagi stik golfnya ada berapa macam pula, tiap stik terbuat dari bahan yang berbeda dan digunakan pada kesempatan yang berbeda pula, tergantung kondisi lapangan. Wow…. Golf ni olah raga otak lho ternyata, hehehehehe….. Ya iyalah Meg, mana ada olah fisiknya wong yang bawa stik segede gaban gitu orang lain, yang olah raga ma caddynya, gkgkgkgkgkg.
Eniwei, lanjutin nih ceritanya. Dalam prakteknya, ternyata Roy kembali ke kebiasaan lamanya, dia menjadi emosional di tengah permainan. Sahabatnya memberikan saran dan Roy menolaknya, bahkan dia mematahkan beberapa stik golfnya. Sahabatnya marah dan memutuskan meninggalkan Roy. Sebelum pergi, sahabatnya berkata:
CUKUP SUDAH ROY! AKU AKAN PERGI! HIDUPKU TERLALU SINGKAT UNTUK MELIHATMU MEMBUANG SETIAP KESEMPATAN YANG DATANG PADAMU!
Wow, ini kata-kata yang menendangku saat itu juga. Seringkali aku mempertanyakan kesabaran TUHAN yang luar biasa melihat apa aja yang kulakukan. Kok bisa ya Dia sesabar itu. Apalagi di saat-saat aku lebih memilih mengikuti kata hatiku dibandingkan mendengar perkataanNya.
Gak kebayang deh kalo tau-tau TUHAN bilang seperti yang dikatakan sahabat Roy. Fiuhh.....Mengerikan! T_T
Yang kurasa, lewat dialog tadi TUHAN mau bilang gini:
Tenang aja Meg. HidupKU puanjang banget kok ^^V Dan AKU gak akan pernah meninggalkanMu, kamu tau kan gimana setianya AKU? Kamu juga tau kan kesabaranKU luar biasa. Tapi, come on Meg..... justru HIDUPMU di dunia ini yang terlalu singkat. Apa kamu akan menyia-nyiakan setiap kesempatan yang sudah KUberikan? Kamu gak sebodoh itu kan?
Hahahaha.....Luar biasa nih my GOD, pandai benar DIA berkata-kata. Sangat menusukku GOD..... ^^’ Oke, I see...I see..... Aku berjanji gak akan menyia-nyiakan kesabaranMU yang luar biasa itu. Help me ya GOD...... I can’t keep my promise without Your Grace.
Makasih ya TUHAN, dah berbicara lewat film ini. Kusuka caraMu menegurku, aku senang mendengar suaraMU hari ini. I love You.... *hug & kiss*
Kasongan, 26 November 2010
-Mega Menulis-
Monday, December 20, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Karakter di Dunia Kerja
Dari kecil karakter seseorang mulai terbentuk. Kalau sudah dewasa, sulit mengubah karakter seseorang. Jadi kalau kamu berkarakter buruk saat...
-
“Kerjakan apa yang menjadi bagianmu, dan Allah akan mengerjakan apa yang menjadi bagianNya.” Siapa yang pernah mendengar kalimat itu??...
-
GOOD RIDDANCE Tahu artinya gak? Ato...Pernah dengar gak kalimat demikian? Iyeee...itu bahasa Inggris, kalo dicari di kamus artinya...
-
“Mosok aku sih yang ngerjain kayak gitu.”, pikirku. Aku melihat setumpuk surat di atas meja kawanku dengan rasa malas. Sudah menjadi t...
No comments:
Post a Comment