Tuesday, April 29, 2014

The Wounded Woman




Aku harus mulai artikel ini dengan pengakuan kalau aku adalah seorang wanita yang pernah terluka. Saat SMP, aku merasa kalau tidak ada seorang pun menginginkanku. Boro-boro punya pacar, punya sahabat pun rasanya nggak tuh di masa itu. Entah siapa yang membisikkan dan mencuci otakku dengan perasaan gak berharga, yang jelas puncaknya perkataan seorang kawan di masa SMP membuatku merasa tertolak habis-habisan. Dia berkata, ”Mega tuh, kalo gak pinter aja, mana ada yang mau berteman dengan dia”.  Yang mengatakannya seorang kawan sekelas yang cantik dan bermulut tajam-jadi film-film ato sinetron tentang cewek cantik brengsek yang suka nge-bully cewek kutu buku tuh gak bohong :p


Well, sekarang sih berasa konyol sakit hati cuma gara-gara perkataan demikian, tapi yang aku rasakan saat itu, hatiku sakit! Karena berpikiran tidak ada seorang pun yang menginginkan seorang cewek gemuk jelek ini (bahkan hanya sebagai teman), kemudian  aku merasa sebagai orang terjelek dan termalang di dunia dah, sedih  T_T Untuk sesaat, aku bersedih karena gak dilahirkan sebagai kutilang (kurus tinggi langsing) :p , tapi kemudian aku marah sama temanku itu, dalam hati aja marahnya, hehehe, tapi aku bangkit dengan pemikiran, “Oke… aku punya otak pintar, jadi gak boleh ada yang meremehkan aku karena fisikku, aku akan menonjol dengan otakku. Aku belajar serajin-rajinnya untuk menutup mulut cewek-cewek itu. Aku harus punya ranking yang bagus, karena apalagi yang bisa aku banggakan dalam hidupku, kalau ngga kepintaranku. Cantik sudah jelas ngga”, demikian pikiranku. 

Di samping itu, aku bertekad gak akan berteman dengan kumpulan cewek itu. Aku benci mereka. Aku akan berteman dengan banyak orang kecuali mereka. Aku berusaha masuk ke lingkungan pertemanan yang lain dengan melakukan apapun, aku menjadi orang yang super menyenangkan dan punya banyak teman. Seolah-olah dengan demikian aku mematahkan perkataan kawanku itu.”Lihat kawan, banyak kok yang mau berteman denganku!”, aku berteriak seperti itu dalam hati. 

Sewaktu SMP temanku banyak, tapi aku merasa gak ada yang bisa aku sebut ‘sahabat’, mana ada orang yang mau menerima aku apa adanya. Perkataan kawanku itu rupanya membekas sedemikian dalam sampai-sampai aku perlu bersandiwara untuk berteman. Aku berusaha menyenangkan semua orang, aku menjadi orang yang takut bilang ‘ngga’, aku jarang berbeda pendapat dengan orang lain, aku gak mau berkonflik, aku takut gak punya teman. Aku takut gak diterima di pertemanan mana pun. Jeleknya lagi, aku jadi curigaan, jangan-jangan orang-orang berteman denganku karena aku pintar (sok banget ya :p) atau ada maunya apa gitu, aku gak percaya ada persahabatan yang tulus.

Aku dulu juga pernah berpikir, tidak ada seorang pria pun yang ingin menjadikanku pacar karena aku jelek dan gendut, hahaha. Maklum, zaman ABG kan lagi seru-serunya pacaran… :p Di pikiranku, memiliki pacar berarti ada orang yang menginginkanku, hehehehe. Lucu ya? Sempat lo aku berpikir,”Apakah ada pria yang akan menikahiku, aku kan jelek gini?”. Dan karena SMP aku gak punya pacar, aku merasa semakin gak berharga. Tanpa sadar, aku mengiyakan aja perkataan temanku dengan beranggapan,”Yah, wajar saja aku gak punya pacar, mana ada yang mau sama aku.” ^^’
Anehnya, aku menolak lho berpikir kalau Tuhan gak adil. Saat aku punya kekurangan, aku tahu Tuhan berikanku kelebihan yang lain. Tapi rupanya apa yang dilakukan oleh kawanku itu mempengaruhi hubunganku dengan Tuhan di kemudian hari, bahkan sampai sekarang, terkadang aku merasa Tuhan tidak mencintaiku lagi sewaktu aku melakukan perbuatan yang gak menyenangkan-Nya. Aku sulit percaya Tuhan menerimaku apa adanya. Aku merasa Tuhan membenciku saat aku berbuat salah. Aku merasa harus melakukan hanya yang baik supaya Dia tetap mengasihiku.

Kalau dipikir-pikir, tragis ya … perkataan seseorang bisa melukai sedemikian dalam sehingga mengubah cara berpikir dan bersikap kita. Tragis  juga ya, bagaimana seseorang bisa merasa gak berharga hanya karena fisiknya, dan merasa lebih baik karena berpikir kepintarannya menutupi kekurangan fisiknya. Tragis, seseorang bisa bersandiwara bertahun-tahun untuk mendapatkan teman yang pada akhirnya sekarang entah kemana. Tragis parah nih, bagaimana mungkin seseorang terluka hanya karena satu kalimat, dan mempengaruhi hubungannya dengan banyak orang dan Tuhannya untuk waktu yang lama. Tapi hal ini terjadi lho. Tragisnya, aku menyadari dampak kejadian itu baru bertahun-tahun kemudian, tepatnya SMA kelas 1. Aku gak pernah menyangka dampak perkataan kawanku itu mempengaruhi hidupku sampai bertahun-tahun kemudian.

…, tetapi penderitaan merobek jiwa. Amsal 27:9 b

Luka hati/luka batin adalah luka di dalam perasaan (emosi) yang terasa begitu mendalam sehingga sangat menyakitkan dan membekas. Peristiwa atau pengalaman yang melukai perasaan atau batin kita dapat menciptakan trauma mendalam, bahkan tanpa kita sadari. Mungkin kita melupakan kejadian atau hal-hal yang menyebabkan luka itu, tapi luka itu masih ada, bahkan tanpa kita sadari luka itu menganga semakin lebar karena gak pernah disembuhkan. Akibatnya akan mempengaruhi hidup kita. Luka itu menjadikan kita seseorang yang gak kita mengerti. Luka-luka hati yang belum terobati bisa menimbulkan banyak dampak negatif bagi diri kita dan orang lain. Ini pun dapat dipakai iblis merebut sukacita dan damai sejahtera yang kita miliki. Luka hati sering gak terlalu nampak, ya  iya lah…yang terluka hati. Orang-orang yang terluka hatinya kebanyakan di luar terlihat gak punya masalah, tapi jangan salah, di dalam hatinya bisa saja ada kebencian mendalam terhadap keadaan maupun orang lain. Luka itu semakin mengendap, dan karena tersembunyi, sulit diobati. Seringkali, seseorang gak mau mengakui luka hati yang dirasakannya dan berpura-pura kuat, berusaha menyembunyikan apa yang dialaminya dengan berbagai cara. Ini sama sekali tidak menolongnya, tapi memperparah keadaan.

Padahal firman Tuhan bilang, penderitaan merobek jiwa. Jiwa kita terobek-robek karena apa yang kita alami. Entah disadari apa tidak. Mengerikan bukan? Membayangkan kertas yang terobek-robek deh jadinya. Lah, ini jiwa yang terobek-robek, gimana gak sakit kan? Gimana gak membekas kan sakitnya?

Bayangkan, suatu kali kaki kita terluka, sesaat kita merasa sakit, tapi kemudian kita berpikir,”Ah, ini gak ada apa-apanya, aku baik—baik saja”. Kita bersikap seolah-olah luka itu gak ada, padahal hari demi hari luka itu menganga semakin lebar, lalu kuman-kuman masuk dan mengganggu fungsi kaki kita. Demikian pula dengan luka hati yang gak diobati, lama-kelamaan berbagai hal yang merusak seperti kuman kebencian, kuman dendam, kuman pemecah dan masih banyak kuman akan memasuki hati kita dan membuat kita tidak berfungsi sebagaimana yang Tuhan inginkan. Kalau luka fisik melukai tubuh kita, luka hati/batin melukai jiwa dan roh kita disadari atau ngga, bahkan dapat berpengaruh pada tubuh.

Luka hati/luka batin dapat disebabkan oleh banyak hal, tapi pada prinsipnya beberapa hal di bawah ini yang sering menjadi penyebab timbulnya luka batin/luka hati yang mendalam pada kehidupan seseorang (sumber: http://jonimaligon.blogspot.com/2013/01/penyebab-luka-batin-dan-penyembuhannya.html) :

1.      Peristiwa traumatis
Kejadian-kejadian yang mengguncangkan diri sedemikian dalam dan mengakibatkan penderitaan terhadap jiwa, dapat menyebabkan luka di hati/batin kita. Terkadang orang-orang terdekat seperti keluarga pun dapat melukai entah dengan sikap maupun perkataan mereka.
Berbagai peristiwa traumatis yang dapat terjadi antara lain:
a.Perceraian orang tua
b.Kecelakaan/perang/kerusuhan
c.Sering diintimidasi
d.Patah hati/putus cinta
e.Perselingkuhan
f.Kehilangan orang yang dikasihi

2.      Penolakan
a.Penolakan di dalam kandungan
b.Penolakan pada masa anak-anak
c.Penolakan pada masa dewasa/tua
3. Perbuatan kasar
a.Hukuman yang berlebihan
b.Perkataan/penilaian yang menyakitkan
c.Dikhianati/ditipu
d.Pelecehan seksual
4. Kurang perhatian dan kasih sayang orangtua
5. Rasa Bersalah
Orang akan merasa tidak enak saat melakukan kesalahan, dan seringkali tanpa disadari perasaan bersalahnya dapat menimbulkan ketakutan mengulangi kesalahan yang berlebihan, cenderung menyalahkan diri sendiri secara berlebihan, berusaha keras memperoleh pengakuan dari orang-orang di sekelilingnya dan berusaha menyembunyikan diri dari Tuhan

Karena tubuh kita terdiri dari tubuh, jiwa dan roh, maka luka hati/luka batin yang dialami seseorang mengakibatkan beberapa dampak (sumber: http://www.lukabatin.com/) :
1.      Secara tubuh (fisiologis) : menimbulkan berbagai penyakit, muka murung, sulit tidur, kecanduan, cara makan (eating disorder), sakit pencernaan, sakit kepala, gatal-gatal, sakit pinggang, dll
2.      Secara roh  (teologis) : susah untuk mengasihi/intim dengan Tuhan, menganggap Tuhan tidak adil, selalu menganggap Tuhan menolaknya, hubungannya dengan Tuhan dipenuhi rasa takut, berusaha diterima Tuhan dengan melakukan perbuatan baik, susah mempercayai Tuhan
3.      Secara jiwa  (psikologis dan sosiologis):
a.      Offensive : superior, terlalu terbuka, ucapan pahit/melukai orang lain, emosi labil, kritik berlebihan, curiga berlebihan, pemberontak, suka bertengkar, kehilangan identitas dan peran seksual (homoseksual, lesbian, free sex), pemarah, over acting
b.      Defensive : inferior, tertutup, fobia, frigid, hati yang menyimpan dendam, frustasi, kecenderungan ingin bunuh diri tinggi, patah semangat, mudah stress, susah berelasi dengan orang lain khususnya lawan jenis, citra diri menjadi rusak, rendah diri, antisosial, menyalahkan diri sendiri, hipersensitif, pemurung, pemalu, susah percaya pada orang lain,  sedih tanpa alasan, gampang merasa iri, khawatir yang berlebihan, selalu merasa tertolak, rasa bersalah yang berlebihan, negative dalam berpikir dan bertindak

Setiap luka mengakibatkan dampak yang berbeda dalam kehidupan seseorang, tergantung lukanya. Sama seperti dampak luka pada mata tentunya berbeda dengan luka pada kaki, tiap luka memiliki rasa sakitnya sendiri. Tiap luka menghasilkan respon yang berbeda dari setiap orang untuk melindungi dirinya dari akibat luka tersebut. Tapi secara umum luka hati/luka batin yang kita alami dan tidak segera disembuhkan akan merusak hidup kita, merusak relasi dengan orang lain dan merusak relasi dengan Tuhan.
a.      Diri sendiri : Kita menjadi pribadi yang sakit tubuh, jiwa dan rohnya. Perilaku kita akan menyimpang dari apa yang diharapkan. Kita akan menjadi pribadi yang terlalu ekstrim, entah terlalu khawatir, terlalu mudah tersinggung, terlalu mudah stress.
b.      Hubungan dengan orang lain : Karena terluka, orang yang luka batinnya akan sulit berhubungan dengan orang lain, terutama saat dia merasa orang lain tidak merasakan apa yang dia rasakan, dia tidak dapat menjalin hubungan dengan keterbukaan dan rasa percaya, seperti yang dibutuhkan dalam relasi dengan orang lain, itu untuk melindunginya dari rasa sakit yang pernah dia rasakan. Hatinya dipenuhi kecurigaan terhadap orang lain, pemikiran dan sikapnya negative.  Di sisi lain, orang lain bingung mengambil sikap bagaimana terhadap mereka yang bersikap ofensif dan defensive dalam hidupnya karena terluka hatinya.
c.       Hubungan dengan Tuhan : hubungan dengan Tuhan tidak akan bertumbuh apabila masih ada luka hati/luka batin yang belum disembuhkan. Orang yang terluka batinnya sering menganggap Tuhan sama seperti mereka yang menyakitinya, entah dalam hal ketidakpedulian terhadap perasaannya, atau menolaknya seperti mereka yang menolaknya.

Banyak wanita yang hatinya terluka. Banyak wanita yang menyimpan luka hatinya bertahun-tahun dan hidupnya mulai rusak karena luka hati yang gak kunjung sembuh, bahkan merusak hidupnya sendiri tanpa disadarinya.  Ada pula yang menyadari lukanya, namun mengeraskan hatinya dan tidak mau disembuhkan. Seolah-olah lukanya memberikan alasan yang bagus untuk merusak hidupnya.  Aku hampir menjadi salah seorang dari mereka, yang merusak hidupnya karena terluka. Puji Tuhan, saat aku SMA, Tuhan mengubah hidupku. Tidak sekejap mata, perlu proses tentunya, layaknya luka yang membutuhkan operasi berulang kali, hatiku mulai dioperasi Tuhan berulang kali dan disembuhkan-Nya. Ayat-ayat  di bawah ini adalah YA dan AMIN dalam hidupku.

Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka; Mazmur 147:3

Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, Yesaya 61:1

Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.Yesaya 53:4-5

Mengakhiri tulisan ini, aku akan bersaksi kalau aku dulu wanita yang terluka. Aku wanita yang terluka, yang datang menghampiri Tuhan dengan luka-lukaku, mengakui rasa sakit yang aku rasakan,meluapkan segala kemarahan dan kebencian yang aku rasakan, lalu aku membiarkan Dia menjamah hidupku, menyentuhku dengan kasih-Nya. Dan oleh bilur-bilur-Nya aku sembuh. Sikap dan pemikiranku banyak diubahkan setelahnya, keberhargaanku tidak lagi  ditentukan tubuhku gemuk atau langsing, atau rankingku di kelas, atau seberapa banyak teman yang aku punya, atau apa kata orang tentang aku, atau seberapa banyak pacar yang aku punya #loh, hahahaha. Aku menyadari kalau aku berharga karena Yesus yang sudah mengasihiku \(“,)/

*tulisan ini telah dimuat di Majalah Pearl edisi 21 *

No comments: