Sewaktu pelayanan di UKM Kristen (semacam PMK) dulu,
zaman-zamannya banyak kegiatan yang membutuhkan dana macam acara YBC (Youth
Bible Camp), Paskah, Natal, Musyawarah Anggota, RG (Retreat Regenerasi)-well,
baru nyadar nih, kok disebutnya RG ya...kok bukan RR gitu, hahahaha-, dll.
Sebagai pengurus atau panitia di UKM pasti pernah lah ya ngersain cari dana
dengan berbagai cara, dari yang ngamen, jualan makan, jualan baju, jualan
stiker, jualan kaos,jualan koran, jualan bunga, bikin proposal dan masih banyak
lagi usaha dana yang dilakukan agar kegiatan bisa terselenggara. Kalo ngeliat
ke belakang lagi, mengingat-ingat ap aja yang sudah aku lakukan dulu, aku Cuma bisa
geleng-geleng, senyum sendiri, hahahahaha. Yang awalnya ngamen malu-malu,
lama-lama jadi malu-maluin :p Capek sih,
tapi it was fun ^^ Tuhan Yesus mencukupkan apa yang kami perlukan.
Di saat capek, kesal, frustasi sama deadline hari-H yang dah
deket.Waktu itu ngobrol-ngobrol dan berandai-andai, coba ya...kami punya banyak
uang, gak perlu repot cari dana, tinggal fokus memikirkan acara aja.
Ini...sudah kita yang bikin planning, terus kita yang cari dana,
ehhh...pelaksana kegiatannya kita sendiri.
Malah pernah ada satu kegiatan, yang setelahnya selesai pengurus dan
panitianya masih mencari dana yang kurang, duhhh...miris banget ya. Punya hati
buat melayani, punya tenaga, tapi terbentur dana. Anehnya, dari tahun ke tahun
sejak aku mulai mengenal UKM Kristen sampai aku lulus, semua kegiatan
penginjilan, persekutuan itu masih ada. Padahal kalau dipikir di zaman kuliah
gitu, kiriman pas-pasan, hidup jauh dari perantaun tapi kami gak Cuma mikirin
kuliah, tapi juga pelayanan. Pernah suatu kali aku membayangkan, apa kata
ortuku ya kalau aku ngamen, hahahaha...^^
Semua ada masanya. Dan masa melayani di saat kuliah, sungguh
gak terlupakan buatku. Apalagi bagian mencari dana itu, hohohoho. Dulu kami
membayangkan, seandainya ada yang menjadi donatur dan membiayai semua kegiatan,
kayaknya asyik ya. Tapi sekarang, aku malah membayangkan gini, seandainya waktu
itu kami punya dana berlimpah, belum tentu kami belajar banyak hal. Belum tentu
karakter kami terbentuk.
Kalau kami gak merasakan susahnya mencari dana, apakah kami akan berdoa dan terus mengetuk (bahkan
menggedor) pintu kemurahan Allah? Belum tentuuuu....
Kalau kami gak merasakan susahnya mencari dana, apakah kami
akan begitu mengucap syukur saat dana itu disediakan oleh Allah? Mungkin tidak.
Mungkin kami akan merasakannya sebagai hal yang biasa saja.
Kalau kami tidak pernah mengalami dana yang dibutuhkan gak
terpenuhi, apakah kami punya kesempatan belajar mengucap syukur meskipun Allah
tidak memberi?
Banyak kali, yang aku pelajari dulu. Antara lain belajar
mengerti pula posisi orang lain. Tidak kebetulan, aku sudah merasakan hampir
semua bagian. Di saat berada di seksi acara, keinginan untuk melakukan yang
terbaik, seringnya memerlukan dana yang gak sedikit. Dan kalau aku gak pernah
berada di seksi usaha dana, tentunya aku menganggarkan tanpa berpikir keas
untuk menghemat, tapi karena aku pernah merasakan susahnya di seksi usaha dana.
Kebayang gak, seksi lain mengajukan anggaran dana yang diperlukannya, sementara
seksi usaha dana bertugas mencari dana tersebut. Sedih kan? Hahahaha. Emang
sih, dalam usaha mencari dana tersebut ntar sama-sama. Tapi kan tetap aja tuh,
giliran ada kegiatan mencari dana, seksi usaha dana yang repot bin pusing,
karena itu tanggung jawabnya.
Omong-omong, pasti pada bingung ya, kok PMK kami kayaknya
organisasi banget sih. Emberrrr....!! namanya juga Unit Kegiatan Mahasiswa
Kristen, jadi ada struktur pengurusnya gitu, dam ada SK dari pihak universitas
untuk organisasi ini. Apalagi kalo udah Musyawarah Anggota, hadeehhhh...yang
namanya bahas AD/ART tuh ya, bisa 2 harian, dari pagi-malam, ckckckckck. Eh,
kok jadi ngelantur dan nostalgia gini ya :p Kembali ke laptop deh...
Aku padahal mau ngomongin betapa waktu pelayanan di kampus
dulu, dana merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam pelayanan. Apalagi
waktu itu kami belum punya penghasilan.
Dan, sampai sekarang pun, dana sangat dibutuhkan dalam
pelayanan.
Untuk pergi menjangkau suatu tempat dibutuhkan biaya,
apalagi jika yang dijangkau daerah terpencil, biayanya akan berlipat. Belum
lagi transport. Belum lagi apa yang akan kita lakukan di sana juga membutuhkan
biaya. Mungkin orang akan berkata, masa pelayanan ujung-ujungnya duit, kok
mikir duit melulu, jangan kuatir, Allah mencukupkan.
Yes. Aku mengamini itu.
Dan aku sangat mendorong kawan-kawan yang ingin mendukung
kegerakan Allah juga berpartisipasi dalam masalah dana ini.
Pengalaman mission trip kemarin mengingatkanku masa-masa
pelayanan di UKM. Aku sungguh mengucap syukur, Allah gerakkan orang-orang untuk
memenuhi keperluan dana untuk mission tri kemarin. Dari yang ikut membeli kaos
sampai mengirimkan bantuannya melalui rekening LF.
Bukannnn...aku bukannn.... mau meminta-minta dana khusus
untuk misi di LF!! ^^
Aku mendoakan dan mendorong teman-teman untuk mulai
mengambil bagian dalam memberikan persembahan dana untuk misi penginjilan di
mana saja Tuhan taruhkan di hati kita. Ini berawal dari keprihatinanku, masih
ingat gak ceritaku tentang beberapa orang yang menghubungi Cakra-kordinator
mission trip kemarin dan bilang ingin ikut, tapi tidak mempunyai dana.
Bayangkan, dia punya hati untuk pergi melayani, tapi hanya karena tidak ada
dana, dia mundur tanpa kabar.
Sebelumnya, Cakra memang sudah menginformasikan dana yang
kami perlukan untuk pergi ke desa tujuan kami beserta biaya konsumsi selama di
sana dari jauh hari. Tujuannya jelas, supaya yang ingin pergi mulai dapat membuat
rencana, baik dalam merencanakan cutinya sampai biaya yang diperlukan. Itu baik
sekali. Tapi bagaimana dengan orang-orang yang ingin berangkat tapi belum
mempunyai penghasilan tetap?
Tau gak, aku nyaris gak berangkat lo mission trip kemarin.
Gara-garanya, di ruanganku, bos-bosku merencanakan perjalanan dinas bagi mereka
di ruangan kami, jadi....aku terpaksa tinggal di kantor dunk, kan gak ada
orang. Padahal aku pengen banget pergi, tapi karena itu, aku dah bersiap
mengabari Cakra aku gak bisa pergi. Tak disangka, sehari sebelum keberangkatan
bos-bosku, tiba-tiba kepala dinasku pergi perjalanan dinas, sehingga surat
perjalanan dinas bosku tidak ada yang menandatangani, batal tuh mereka
pergi,...\(“,)/ Praise God...hohohoho. Aku berangkat dunk. Akhirnya aku bilang
bosku, aku mau izin, dan diizinkan.
Aku harus mengakui kendala terbesar untuk melakukan misi
seperti ini bagi yang sudah bekerja adalah masalah waktu.
Dan bagi yang belum bekerja adalah masalah biaya.
Ada seseorang yang bilang, ini masalah hati aja. Kalo punya
hati buat pelayanan, pasti bisa dunk menyediakan waktu dan biaya.
Okeee.....masuk akal. Tapi jangan lupa, saat kita bekerja dan tidak menjadi
bos, tentunya kita sangat terikat dengan aturan untuk masalah izin dan cuti.
Begitu pula, seandainya orang yang belum bekerja ingin mengikuti misi ini, bisa
kan dia menabung dari jauh hari, itu kata seorang kaan. Bener juga, tapi kita
juga harus mempertimbangkan, pergi saja merupakan keputusan yang berat, apalagi
jika dia harus mengumpulkan biaya yang tidak sedikit.
Baik kalau kita punya pemikiran demikian, dan juga ikut
ambil bagian dalam pelayanan. Entah itu dengan pergi langsung, memberikan
persembahan maupun mendoakan. Bukan bagian kita untuk menghakimi orang lain dan
bilang,”Ah, dia gak punya hati untuk misi ini makanya dia gak pergi/memberikan
persembahan/mendoakan.” Lah, apa gunanya?
Bagian kita adalah memberikan apa yang bisa kita berikan,
sesuai yang sudah Allah taruh di hati kita masing-masing. Dan pastinya bukan
menghakimi.
Jika bagianmu memberikan waktumu untuk pergi, pergilah
melayani di ladang misi-Nya.
Jika bagianmu mendoakan, doakanlah dengan sungguh-sungguh.
Jika bagianmu memberikan persembahanmu untuk misi,
berikanlah dengan sukacita.
Kalau dipikir Tuhan aneh ya, mengapa Dia tidak memberikan
SEMUA yang diperlukan seseorang untuk melayaniNya lengkap dalam satu waktu.
Kenapa sih waktu kita muda dan imut, zaman-zaman kuliah
gitu, waktu kita punya waktu dan tenaga untuk melayani, ehhh....Dia gak ngasih
dana juga sekalian? Harus mencari dana dulu dunkkk...baru Tuhan kasih.
Kenapa juga, waktu kita dah bekerja dan masih punya tenaga,
punya biaya tapi kesulitan mencari waktu melayaniNya (karena kesibukan
pekerjaan dan keluarga)? Untuk mencari jadwal itu sendiri merupakan perjuangan
looo....
Lah, di waktu tua, kita punya uang dan waktu, tapi tenaga
sudah gak kuat kesana kemari. Gimana dunk?
Kenapa Tuhan gak berikan semua yang diperlukan pada satu
masa?
Dan jawabannya indah sekali, supaya kita semua dapat
mengambil bagian dalam pekerjaanNya.
Sesuai kasih karuniaNya, Dia berikan kekuatan dan kemampuan
yang berbeda di tiap masa kita, dan Dia memberikan kesempatan bag kita untuk
memilih persembahan apa yang ingin kita berikan padaNya,sesuai apa yang kita
miliki saat itu. Bukan berarti kita tidak bisa melakukan semuanya, bisa kok dengan pertolongan Tuhan, yakin. Tapi memang ada masa dimana kita bisa maksimal dengan beberpa hal yang kita miliki, namun tidak maksimal dalam hal lain. Tuhan mengenal kita. Tuhan tahu kita adalah debu yang
terbatas. Dan dalam tiap keterbatasan kita, dalam setiap masa, Dia memampukan
kita melampaui keterbatasan kita, karena Dia Allah yang tak terbatas.
Selamat melayani Dia dalam setiap masamu, dan persembahkan
apa yang terbaik yang kau miliki pada masamu.
Kasongan, 30 Mei 2013
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment