Thursday, June 12, 2014

SKP oh SKP



Beberapa bulan yang lalu, kalo gak salah bulan Maret gitu, lupa aku persisnya, setiap PNS di kantor kami diminta membuat SKP. SKP adalah Sasaran Kinerja Pegawai, ada pula yang menyebutnya Sasaran Kerja Pegawai. Konon katanya ini untuk menggantikan DP3, untuk lebih jelasnya baca penjelasan di link ini ya . Mungkin agar setiap PNS segera mengumpulan SKPnya, kami diiming-imingi kalau SKP ini akan menjadi dasar penilaian pembayaran remunerasi kami. Well, gak mempan sih iming-imingnya. Wong tetap aja pada telat ngumpul dan harus dikejar-kejar tuh sama kasubag kepegawaian baru pada ngumpul :p


Berhubung aku baru aja kerja di bagian ini (akhir November tahun lalu), tentunya aku belum ngerti banget apa saja yang harus aku kerjakan, karena itu aku minta bantuan seorang kawan yang dulunya kerja di bagian ini untuk merumuskan SKP-ku. Aku datangi dia di kantornya yang baru (dia baru saja pindah kantor). Dia sangat membantu (makasih banyak bu Diah ^^). DONE. Dalam sehari SKPku jadi, udah diprint, dan diserahkan ke Kasubag Kepegawaian.

Tapi aku urung menyerahkannya keesokan harinya.
Penyebabnya, aku mendengar kasi A (gak boleh sebut nama,hahaha) yang minta tolong ke kasi B untuk mengerjakan SKP miliknya. Dan tau gak jawab kasi B apa?
Dia bilang gini,”Ya mana tau pak, apa yang bapak kerjakan (ya iya lah, beda urusan). Ngga usah susah-susah pak, kita ni kan kasi, jadi gampang. Kalo punya staf ntar MENGETIK ato MEMBUAT laporan A, kita tinggal buat punya kita dan pakai kata MENGONSEP.”

Wahhhh….Aku menganga mendengar yang kayak gini, ko enak banget ya si kasi. Udah ga bikin SKPnya bener-bener ehhhh….ngaku-ngaku pulak mengerjakan kerjaan si staf.
Iyeeee…NGAKU-NGAKU!
Karena di banyak kantor pemerintahan di Indonesia, aku yakin ada aja staf yang mengerjakan dari awal sampe akhir semuanya, dari yang mikir, ngumpul data, mengonsep, ngetik, ngeprint dan CLING jadi sendirian, sementara atasannya gak mengerjakan apa-apa. Eh ralat, bukan gak mengerjakan apa-apa, tapi tanda tangan doang.
Wuihhhh, enak banget kan?
Udah nyata gaji lebih gede, tunjangan dapat, kerjaan tinggal tanda tangan doang.
Pedih kan jadi staf yang kayak gitu?

Saat aku berpikir demikian, ada bagian lain dari diriku yang mengingatkanku dan bilang kalo segala sesuatu ada waktunya. Mungkin ini waktunya aku mengerjakan segala sesuatunya, dan ntar ada waktunya kalau Tuhan izinkan aku jadi kasi, aku juga akan merasakan hal yang demikian #eh
TUNGGUUU DULUUUU….!!!
NGGA KOK.
Aku gak mau jadi kasi yang kayak gitu.  Well, bagian dapat kenaikan gaji dan tunjangan ya mau lah, wakakakak. Jujur nih aku :p Tapi bagian gak mengerjakan apa-apa lalu mengakui pekerjaan orang lain sebagai pekerjaannya tentu saja aku gak mau. MALU. Ngapain pula bohong-bohong gitu. Ogah.

Kalo aku bilang sih, SKP ini bagus kok konsepnya, bisa kelihatan tuh mana PNS yang bener-bener kerja, mana yang ngga, KALO BENERAN PRAKTEKNYA. Tapi kalo kagak ma boong doang, nambah-nambah kerjaan doang, asli. Karena di SKP ini kelihatan target kinerja kita, apa-apa yang dikerjakan, mana yang tercapai, mana yang ngga. Terus, pekerjaan yang kita akui kita kerjakan, harus ada tuh bukti fisiknya. Misalnya aku bilang aku membuat dokumen A, tapi kalo diminta fisiknya aku gak punya dokumen A, ya keliatan bangetlah boongnya.

TAPIIII….
Prakteknya boong banget bo.
Ada seorang teman yang cerita  kalo dia yang bikin dari awal satu kerjaan sampai selesai, dan si bos tinggal tanda tangan, eh…si bos ngaku di SKPnya, dia ngonsep. Persis kayak yang aku bilang.
Ada juga yang gak pernah ngerjain apa-apa terus SKPnya dibuatin orang lain yang terpaksa membagi pekerjaannya untuk yang nggak pernah ngerjain (karena mereka satu bidang), gila kan?
Dan masih banyak lagi.

Saat aku share dengan seorang  teman tentang hal ini, dia bilang ini masalah ego.
Mungkin kamu benar teman.
Aku sendiri berasa gak rela kalau harus menulis cuma “mengetik” tok di SKPku, padahal yang aku lakukan lebih dari itu. Kenapa kita harus berbohong untuk orang yang gak bekerja sama sekali? Yang mendapatkan bayaran lebih besar dari yang bekerja. This is not fair.

Aku egois? Terserahlah orang lain bilang aku egois, aku terima-terima aja.
Ada yang bilang, harusnya aku memaklumi dan mengasihani mereka-mereka yang gak bekerja.
Eittt… Alasannya apa dia gak bekerja?
Kenapa dia tidak mengerjakan apa yang bisa dia kerjakan?
Lalu silahkan tulis di SKPnya apa yang dia kerjakan.
Gak bisa bekerja dan gak mau bekerja tuh beda kaleee….

Aku marah.
Aku kesal.
Karena banyak orang yang sepertinya menyalahkan aku.
Ya iya lah, mereka gak merasakan yang aku rasakan :p
Aku gak mau peduli. Terlalu banyak kebohongan bikin muak. Munafik banget aku kalo aku bilang aku gak marah dan aku menerima apa yang terjadi.
Kenapa sih kita harus membela yang salah dengan topeng “kasih”, atau membiarkan seseorang melakukan kesalahannya dengan alasan “kasih”. Kupikir gak gitu lah, wong katanya kasih tu gak bersukacita karena ketidakadilan kok.

Well,itu baru SKP, belum lagi masalah laporan realisasi anggaran, laporan akuntabilitas kinerja, dan banyak lagi laporan yang dibuat di pemerintahan, weleh-weleh…banyak rekayasanya. Demi menyenangkan pemimpin, banyak kebohongan. Sayang sekali, program yang bagus, rencana pengawasan yang bagus jadi sia-sia karena prakteknya NOL. Ini lain cerita. Mungkin akan aku ceritakan di lain waktu ^^

Pada akhirnya, aku baru mengumpulkan SKPku di menit-menit terakhir :p
Tepatnya seminggu yang lalu.LOL

Kasongan, 12 Juni 2014
-Mega Menulis-




2 comments:

Unknown said...

megaaaaa....kerjain punya aku yach...ntar ak buat konsep juga ahahahahahahahaha *masih ngga mudeng kerjain SKP lho

Mega said...

abeth:aku juga gak mudeng beth,wakakakak. Banyak nanya2 juga waktu itu gimana bikinnya. Kalo aq liat sih intinya bikin target dr yang selama ini kita kerjakan selama setahun. Kalo emang kita biasa ngerjainnya, tahu lah apa yang diisi. Bikin targetnya realistis lah ya, jangan karena mo dapat penilaian gede lalu targetnya terlampau kecil dan beda banget sama kenyataan selama ini.