Thursday, May 12, 2016

Berbuat Baik Kepada Suami

Judul yang aneh bukan? Kebanyakan dari kita akan mengerutkan dahi dan berpikir, memang ada ya istri yang mau berbuat jahat pada suaminya? Bukannya semua istri ingin memberikan dan melakukan yang terbaik bagi suaminya.

Nah,sekarang perhatikan ayat berikut:

Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.
Mazmur 31:12

Ayat ini mungkin akan membuat kita heran, terutama pada saat membaca bagian "sepanjang umurnya". Seorang kawan wanitaku bahkan pernah berkata, “Aku dulu nemu ayat ini rasanya gileee banget, gimana caranya berbuat baik seumur hidup gitu ya? Ga bikin yang jahat-jahat sama sekali. Sampe mikir, ‘Tuhan kenapa ayat ini Cuma buat isteri? Yang buat suami mana?’”

Kalau dipikir-pikir, bener juga sih. Aku juga bingung, ada ya wanita kayak gitu^^’ SEPANJANG UMURNYA! SEUMUR HIDUP! How can? I cannot understand.


Seumur hidup selalu berbuat baik dan tidak pernah berbuat jahat kepada suaminya. Wanita yang di Amsal 31 ini manusia atau malaikat ya? SEUMUR HIDUP! Ayat ini bisa saja membuat istri-istri merasa terintimidasi, merasa gagal menjadi seorang istri. Rasanya mustahil melakukan prinsip ini.

Berbuat baik terus-menerus kepada suami, selalu melakukan yang baik bagi dia yang kadang mengecewakan kita tentu bukan hal yang mudah. Banyak alasan untuk berlaku tidak baik pada suami. Secara sengaja atau tidak sengaja alasan ini sering kita gunakan

-       PMS
Jujur saja. hormon selalu bisa jadi kambing hitam saat kita berlaku jahat kepada suami, Misalnya, saat kita marah besar karena hal kecil atau saat kita berlaku kasar dan tidak sabar. Memang sih, hormon dapat mempengaruhi perilaku kita, tapi bukankah Allah ingin kita hidup dalam pengendalian diri?

-       Kelelahan
Kelelahan mengerjakan banyak hal di rumah atau di kantor sering membuat suami menjadi sasaran tembak. Kita perlu pelampiasan dan siapa lagi yang siap sedia menjadi korban kalau bukan suami tercinta.

-       Suami melakukan kesalahan
Yup, suami melakukan kesalahan, lalu kita membalasnya dengan berbuat jahat. Tapi bukankah sebagai manusia kita masih bisa melakukan kesalahan? Bukankah saat kita berbuat salah, kita ingin diampuni? Mengapa kita tidak belajar memberikan pengampunan sebagaimana kita ingin diampuni?

Kita bisa saja punya banyak alasan untuk berbuat tidak baik kepada suami. Sebaliknya, kita kadang merasa tidak punya alasan untuk berbuat baik. Padahal, berbuat baik sesungguhnya tidak membutuhkan alasan. Cukup karena kita tahu Allah menghendaki kita melakukan itu.

Stephen Kendrick dan Alex Kendrick dalam bukunya The Love Dare menuliskan demikian: Kemurahan atau kebaikan adalah cinta yang bertindak. Jika kesabaran adalah bagaimana cinta untuk meminimumkan keadaan yang negatif, kebaikan adalah bagaimana cinta bertindak untuk memaksimumkan keadaan yang positif. Kesabaran menghindari masalah; kebaikan menciptakan berkat. Yang satu mencegah, yang lain proaktif.

Bagaimana berbuat baik khususnya kepada suami?

1.    Kelembutan

Tidak ada yang senang dengan orang yang kasar. Bukankah kita pun demikian? Maka berhati-hatilah memperlakukan suami kita. Kita harus peka dengan apa yang dapat menyakiti hatinya. Ingat, jika hidup dan mati kita dikuasai lidah maka tentunya perkataan kita dapat mematikan dan membangkitkan semangat suami. Ucapkan perkataan yang tepat di waktu yang tepat dengan cara yang tepat, bahkan teguran pun dapat terdengar manis di telinga suami jika kita menegur dengan kelembutan.

Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak. Amsal 25:11

Sangat mudah bagi kita mengkritik suami di hadapan orang lain. Sekalipun suami salah, belajarlah menahan diri, tegurlah suami empat mata, hindari mengkritiknya di hadapan orang lain. Bagaimanapun, ia adalah partner kita, jangan mengambil posisi berlawanan dengannya. Selalu berpikir sebelum berbicara. Jangan bersikap kasar lalu meyesalinya belakangan. Bahkan bila kita perlu mengatakan hal-hal yang keras, kita berusaha sebisa mungkin supaya apa yang kita sampaikan terdengar halus di telinganya. Kita sungguh-sungguh peduli pada perasaan suami.

2.Berinisiatif membantu

Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Galatia 6:2

Saat kita bermurah hati sedia menolong suami, kita akan mendapati jika ini melelahkan pada awalnya. Bayangkan,kita berespon pada setiap kebutuhan dan keperluannya di saat sebenarnya kita tak ingin, kita memilih melayaninya saat kita lebih butuh dilayani, saat kita lelah alih-alih beristirahat namun kita menyempatkan diri membuat kopi kesukaannya. Tapi,itulah kemurahan hati dan kebaikan. Kita belajar fokus pada kebutuhan suami dibanding kebutuhan kita sendiri. Kebaikan hati membuat kita mengambil langkah tanpa diminta. Lebih dahulu. Sebagai suami maupun istri, kita perlu belajar mendahulukan kepentingan maupun keinginan pasangan hingga ini menjadi gaya hidup kita.

2.    Kerelaan

dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri. Filipi 2:3

Sejujurnya,ini pergumulan bagiku pribadi.Aku tahu kebutuhan suamiku,aku meresponinya tapiiiii...tak jarang aku mengeluh dan bersungut-sungut dalam hati #sigh. Aku bersikap tidak menyenangkan. Aku sedang berbuat jahat pada suamiku. Bukan bermurah hati jika kita melakukan sesuatu dengan rasa terpaksa.Tidak ada kebaikan jika kita mengerjakan sesuatu bagi suami dengan mengeluh dan bersungut-sungut. Kita perlu belajar sungguh-sungguh bermurah hati melakukan kebaikan tanpa menghitung-hitung apa yang sudah dikerjakan.

Pernah aku melayani suamiku karena ingin mendengar pujian darinya, oke…aku memasak makanan kesukaannya dan aku ingin mendengar dia berkata masakanku enak, hohoho. Sebelumnya ia pernah melakukannya, enak ya dipuji tu ternyata ^^’ Tapi, kali ini dia tidak memuji masakanku (mungkin karena lupa atau memang tidak enak :p). Aku sangat kecewa. Dan aku belajar, melakukan hal yang baik dengan pamrih ternyata mendatangkan kekecewaan saat apa yang kita harapkan tidak kita dapati. Konyol bukan? Tapi sejak itu, aku belajar untuk melakukan sesuatu dengan tulus, dengan sukacita. Motivasiku hanyalah karena aku mengasihi dia dan ingin menyenangkan suamiku.

Berbuat baik pada suami tidak perlu dengan hal yang WAH. Lakukan kebaikan-kebaikan kecil yang kamu tahu akan menyenangkan dia, membuatkan kopi setiap hari, menyajikan kue manis yang dia suka, tidak mengomel/cemberut sewaktu menemaninya berkeliling di toko elektronik kesukaannya, dan banyak lagi pastinya yang kamu tahu akan membuatnya tersenyum. Biasakan dirimu. Sebagai istri pasti kamu tahu apa yang akan menyenangkan dia. Kalau tidak tahu, bertanyalah pada suami. Suami mana sih yang tidak senang jika istrinya ingin tahu bagaimana menyenangkan suaminya ^^ Sssttt…sesekali (atau sering ^^V) berpakaian seksi di tempat tidur tentunya akan sangat menyenangkan suami loooo…Hahahaha.


Yuk,kita berbuat baik bagi suami kita seumur hidup kita!\(",)/

Ditulis untuk Majalah Pearl edisi 33

No comments: