Judul
yang aneh bukan? Kebanyakan dari kita akan mengerutkan dahi dan berpikir, memang
ada ya istri yang mau berbuat jahat pada suaminya? Bukannya semua istri ingin
memberikan dan melakukan yang terbaik bagi suaminya.
Nah,sekarang
perhatikan ayat berikut:
Ia
berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya.
Mazmur
31:12
Ayat
ini mungkin akan membuat kita heran, terutama pada saat membaca bagian
"sepanjang umurnya". Seorang kawan wanitaku bahkan pernah berkata, “Aku
dulu nemu ayat ini rasanya gileee banget, gimana caranya berbuat baik seumur
hidup gitu ya? Ga bikin yang jahat-jahat sama sekali. Sampe mikir, ‘Tuhan
kenapa ayat ini Cuma buat isteri? Yang buat suami mana?’”
Kalau
dipikir-pikir, bener juga sih. Aku juga bingung, ada ya wanita kayak gitu^^’
SEPANJANG UMURNYA! SEUMUR HIDUP! How can?
I cannot understand.
Seumur
hidup selalu berbuat baik dan tidak pernah berbuat jahat kepada suaminya. Wanita
yang di Amsal 31 ini manusia atau malaikat ya? SEUMUR HIDUP! Ayat ini bisa saja
membuat istri-istri merasa terintimidasi, merasa gagal menjadi seorang istri.
Rasanya mustahil melakukan prinsip ini.
Berbuat
baik terus-menerus kepada suami, selalu melakukan yang baik bagi dia yang
kadang mengecewakan kita tentu bukan hal yang mudah. Banyak alasan untuk
berlaku tidak baik pada suami. Secara sengaja atau tidak sengaja alasan ini
sering kita gunakan
- PMS
Jujur
saja. hormon selalu bisa jadi kambing hitam saat kita berlaku jahat kepada
suami, Misalnya, saat kita marah besar karena hal kecil atau saat kita berlaku
kasar dan tidak sabar. Memang sih, hormon dapat mempengaruhi perilaku kita, tapi
bukankah Allah ingin kita hidup dalam pengendalian diri?
- Kelelahan
Kelelahan
mengerjakan banyak hal di rumah atau di kantor sering membuat suami menjadi
sasaran tembak. Kita perlu pelampiasan dan siapa lagi yang siap sedia menjadi
korban kalau bukan suami tercinta.
- Suami
melakukan kesalahan
Yup,
suami melakukan kesalahan, lalu kita membalasnya dengan berbuat jahat. Tapi
bukankah sebagai manusia kita masih bisa melakukan kesalahan? Bukankah saat
kita berbuat salah, kita ingin diampuni? Mengapa kita tidak belajar memberikan
pengampunan sebagaimana kita ingin diampuni?
Kita
bisa saja punya banyak alasan untuk berbuat tidak baik kepada suami.
Sebaliknya, kita kadang merasa tidak punya alasan untuk berbuat baik. Padahal, berbuat
baik sesungguhnya tidak membutuhkan alasan. Cukup karena kita tahu Allah
menghendaki kita melakukan itu.
Stephen
Kendrick dan Alex Kendrick dalam bukunya The Love Dare menuliskan demikian:
Kemurahan atau kebaikan adalah cinta yang bertindak. Jika kesabaran adalah
bagaimana cinta untuk meminimumkan keadaan yang negatif, kebaikan adalah
bagaimana cinta bertindak untuk memaksimumkan keadaan yang positif. Kesabaran
menghindari masalah; kebaikan menciptakan berkat. Yang satu mencegah, yang lain
proaktif.
Bagaimana
berbuat baik khususnya kepada suami?
1. Kelembutan
Tidak
ada yang senang dengan orang yang kasar. Bukankah kita pun demikian? Maka
berhati-hatilah memperlakukan suami kita. Kita harus peka dengan apa yang dapat
menyakiti hatinya. Ingat, jika hidup dan mati kita dikuasai lidah maka tentunya
perkataan kita dapat mematikan dan membangkitkan semangat suami. Ucapkan
perkataan yang tepat di waktu yang tepat dengan cara yang tepat, bahkan teguran
pun dapat terdengar manis di telinga suami jika kita menegur dengan kelembutan.
Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak. Amsal 25:11
Sangat
mudah bagi kita mengkritik suami di hadapan orang lain. Sekalipun suami salah,
belajarlah menahan diri, tegurlah suami empat mata, hindari mengkritiknya di
hadapan orang lain. Bagaimanapun, ia adalah partner kita, jangan mengambil
posisi berlawanan dengannya. Selalu berpikir sebelum berbicara. Jangan bersikap
kasar lalu meyesalinya belakangan. Bahkan bila kita perlu mengatakan hal-hal
yang keras, kita berusaha sebisa mungkin supaya apa yang kita sampaikan
terdengar halus di telinganya. Kita sungguh-sungguh peduli pada perasaan suami.
2.Berinisiatif
membantu
Bertolong-tolonganlah
menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Galatia 6:2
Saat
kita bermurah hati sedia menolong suami, kita akan mendapati jika ini melelahkan
pada awalnya. Bayangkan,kita berespon pada setiap kebutuhan dan keperluannya di
saat sebenarnya kita tak ingin, kita memilih melayaninya saat kita lebih butuh
dilayani, saat kita lelah alih-alih beristirahat namun kita menyempatkan diri
membuat kopi kesukaannya. Tapi,itulah kemurahan hati dan kebaikan. Kita belajar
fokus pada kebutuhan suami dibanding kebutuhan kita sendiri. Kebaikan hati
membuat kita mengambil langkah tanpa diminta. Lebih dahulu. Sebagai suami
maupun istri, kita perlu belajar mendahulukan kepentingan maupun keinginan
pasangan hingga ini menjadi gaya hidup kita.
2. Kerelaan
dengan
tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya
hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari
pada dirinya sendiri. Filipi 2:3
Sejujurnya,ini
pergumulan bagiku pribadi.Aku tahu kebutuhan suamiku,aku meresponinya
tapiiiii...tak jarang aku mengeluh dan bersungut-sungut dalam hati #sigh. Aku
bersikap tidak menyenangkan. Aku sedang berbuat jahat pada suamiku. Bukan
bermurah hati jika kita melakukan sesuatu dengan rasa terpaksa.Tidak ada
kebaikan jika kita mengerjakan sesuatu bagi suami dengan mengeluh dan
bersungut-sungut. Kita perlu belajar sungguh-sungguh bermurah hati melakukan
kebaikan tanpa menghitung-hitung apa yang sudah dikerjakan.
Pernah
aku melayani suamiku karena ingin mendengar pujian darinya, oke…aku memasak
makanan kesukaannya dan aku ingin mendengar dia berkata masakanku enak, hohoho.
Sebelumnya ia pernah melakukannya, enak ya dipuji tu ternyata ^^’ Tapi, kali
ini dia tidak memuji masakanku (mungkin karena lupa atau memang tidak enak :p).
Aku sangat kecewa. Dan aku belajar, melakukan hal yang baik dengan pamrih
ternyata mendatangkan kekecewaan saat apa yang kita harapkan tidak kita dapati.
Konyol bukan? Tapi sejak itu, aku belajar untuk melakukan sesuatu dengan tulus,
dengan sukacita. Motivasiku hanyalah karena aku mengasihi dia dan ingin
menyenangkan suamiku.
Berbuat
baik pada suami tidak perlu dengan hal yang WAH. Lakukan kebaikan-kebaikan
kecil yang kamu tahu akan menyenangkan dia, membuatkan kopi setiap hari,
menyajikan kue manis yang dia suka, tidak mengomel/cemberut sewaktu menemaninya
berkeliling di toko elektronik kesukaannya, dan banyak lagi pastinya yang kamu
tahu akan membuatnya tersenyum. Biasakan dirimu. Sebagai istri pasti kamu tahu
apa yang akan menyenangkan dia. Kalau tidak tahu, bertanyalah pada suami. Suami
mana sih yang tidak senang jika istrinya ingin tahu bagaimana menyenangkan
suaminya ^^ Sssttt…sesekali (atau sering ^^V) berpakaian seksi di tempat tidur
tentunya akan sangat menyenangkan suami loooo…Hahahaha.
Yuk,kita
berbuat baik bagi suami kita seumur hidup kita!\(",)/
Ditulis untuk Majalah Pearl edisi 33
No comments:
Post a Comment