Perintah-Mu membuat aku
lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku. Aku
lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu
kurenungkan. Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang
titah-titah-Mu.
(Mazmur 119:98-100)
Bijak. Bijaksana. Kebijaksanaan. Apakah itu?
Kamus Besar Bahasa
Indonesia mendefinisikan bijaksana sebagai berikut:
bijaksana/bi·jak·sa·na/
a1 selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan
pengetahuannya); arif; tajam pikiran; 2 pandai dan hati-hati (cermat,
teliti, dsb) apabila menghadapi kesulitan dsb: dng -- ia menjawab pertanyaan
yg bersifat menjerat;
kebijaksanaan/ke·bi·jak·sa·na·an/ n1 kepandaian menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya): berkat - beliau, terlepaslah kita dr bahaya besar;2 kecakapan bertindak apabila menghadapi kesulitan dsb: perkara ini terserah kpd - orang tua si anak
-
Mengerti maksud Tuhan dan
tahu apa yang harus dilakukan
Kata Firaun kepada Yusuf:
"Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah
ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana
seperti engkau. (Kejadian 41:39)
Di seluruh Mesir saat itu hanyalah
Yusuf yang disebut Firaun bijaksana karena hanya Yusuf yang dapat mengartikan
dengan tepat mimpi yang diberikan TUHAN kepada Firaun. Dia mengerti maksud TUHAN karena Tuhan telah
memberitahukannya. Namun tidak hanya
itu, dia mengerti tindakan apa yang harus dilakukan jika terjadi seperti arti
mimpi Firaun tersebut.
-
Memiliki hikmat dan
pengertian sehingga dapat memutuskan suatu perkara
Lalu Huram melanjutkan:
"Terpujilah TUHAN, Allah orang Israel, yang menjadikan langit dan bumi,
karena Ia telah memberikan kepada raja Daud seorang anak yang bijaksana, penuh akal budi dan
pengertian, yang akan mendirikan suatu rumah bagi TUHAN dan suatu istana
kerajaan bagi dirinya sendiri! (2 Tawarikh 2:12)
Salomo anak Daud disebut
bijaksana karena ia meminta kepada TUHAN supaya diberikan hati yang paham
menimbang suatu perkara, kemudian Tuhan memberikan hati yang penuh hikmat dan
pengertian (1 Raja-Raja 3:9-12). Masih ingat saat Salomo dihadapkan pada 2
orang ibu yang berebut bayi? Tentu kita
tahu akhir kisah ini, ia dapat menyelesaikan perkara ini.
- Tidak menolak firman Tuhan
Orang-orang bijaksana akan
menjadi malu, akan terkejut dan tertangkap. Sesungguhnya, mereka telah menolak
firman TUHAN, maka kebijaksanaan apakah
yang masih ada pada mereka? (Yeremia 8:9)
-
Mendengarkan perkataan
Tuhan dan melakukannya.
Setiap orang yang
mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di
atas batu. (Matius 7:24)
Bijaksana ternyata tidak
hanya berarti pintar atau cerdas, bahkan mengerti pun belum disebut bijaksana.
Bijaksana berkaitan erat dengan apakah kita yang kita mengerti apa yang kita
lakukan berserta konsekuensinya, dan apa tindakan yang perlu dilakukan selanjutnya.
Lalu, bagaimana bisa firman
Tuhan membuat bijaksana? Check this out!
Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. (Mazmur 19:7)
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 3:16)
Bagaimana seseorang tidak
menjadi bijaksana jika ia diajar siang dan malam oleh firman Tuhan yang
dibacanya?
Bagaimana seseorang tidak
gelisah hidup dalam dosa jika firman Tuhan terus-menerus mengkoreksi
kesalahannya?
Bagaimana mungkin
seseorang tinggal dalam kelakuannya yang buruk jika ia bergaul akrab dengan firman
Tuhan yang terus menerus memperbaiki kelakuannya?
Dan bagaimana mungkin
seseorang tahan hidup dalam ketidakbenaran jika firman Tuhan terus-menerus
mendidiknya untuk hidup dalam kebenaran?
Firman Tuhan berkuasa
mengubah hidup seseorang karena firman-Nya hidup. FirmanNya bukan perkataan manusia atau tulisan
karangan manusia belaka. Firman Tuhan adalah perkataan Tuhan yang diilhamkannya
melalui penulis-penulis-Nya. Firman-Nya akan ‘mengganggu’ kita dan
menggelisahkan kita saat kita memilih melakukan sesuatu yang bertentangan
dengan firman-Nya. Pilihan untuk menjadi bijaksana dan tidak menolak firman
Tuhan kembali pada kita, maukah kita tunduk pada firman-Nya yang akan menjadikan
kita bijaksana?
Suatu kali, aku membagikan
informasi lowongan pekerjaan sebuah stasiun televisi rohani yang mencari host untuk salah satu acaranya, salah
satu kriterianya adalah menguasai injil. Salah seorang kawanku menanggapi
dengan bertanya demikian: menguasai
injil atau dikuasai injil?
Pertanyaan tersebut begitu
menggelitik-ku. “Apakah hidupku menguasai firman Tuhan atau dikuasai firman
Tuhan?”
Ada perbedaan besar antara menguasai injil dan
dikuasai injil, ada jurang yang lebar antara menguasai firman Tuhan dan
dikuasai firman Tuhan. Jika kita hanya menguasai firman Tuhan, belum tentu kita
menjadi pribadi yang bijaksana. Bisa jadi kita menjadi ahli taurat dan orang
farisi yang hapal mati firman-Nya, tapi tidak melakukan firman-Nya. Dikuasai
firman Tuhan berbeda, firman Tuhan telah mempengaruhi hidup kita sedemikian
rupa sehingga kita memilih berlari pada firman-Nya saat harus memutuskan
sesuatu, firman-Nya yang menuntun kita dalam perjalanan hidup yang tak tentu,
firman-Nya yang meneguhkan kita saat bimbang melangkah karena kita tahu hanya
firman-Nya yang sempurna memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.
Mungkin ada beberapa di
antara kita yang berpikir, “Bukankah jika kita kekurangan hikmat maka kita
tinggal meminta pada TUHAN yang empunya hikmat saja, tidak perlu membaca firman
TUHAN bukan untuk mengerti dan tahu apa yang harus kita lakukan?”
Benar, kita perlu meminta
hikmat kepada Tuhan, tapi bagaimana jika Tuhan menyediakan hikmat itu dalam
firman-Nya. Bagaimana kita tahu, pemikiran yang timbul kemudian adalah hikmat
dari Tuhan atau bukan jika kita tidak pernah membaca atau menyelidiki firman-Nya?
Hikmat yang datang dari
Tuhan tidak akan bertentangan dengan firman Tuhan. Ya iya lah, wong sumbernya
sama. Mungkin ada pula yang berkata begini, “Ah, aku tinggal bertanya langsung
ke TUHAN, biasanya Roh Kudus akan menjawab melalui suara hatiku, tak perlulah
aku membaca firman-Nya.”
Well, bagi yang berpikir demikian, silakan baca ini:
Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya. (Yeremia 17:9)
Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. (Matius 15:19)
Percaya tidak percaya,
hati kita dapat menipu kita dan membuat kita melakukan pilihan-pilihan yang
salah ... hati kita bisa tidak murni dan dapat membuat kita memilih melakukan
yang tidak benar, karena kecenderungan hati kita adalah melakukan yang jahat. Lalu, bagaimana kita dapat memilih melakukan
yang benar jika demikian? Bagaimana kita
menjadi bijaksana jika hanya mendengarkan suara hati kita? Firman Tuhan saja yang dapat membedakan
pertimbangan dan pikiran hati kita. Firman-Nya mengoreksi hati dan keinginan
kita.
Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Ibrani 4:12
Kita perlu kudu wajib
harus cross check setiap kata hati
kita dengan firman Tuhan, sudah sesuaikah dengan firman-Nya. Ujilah dulu segala
sesuatu yang kamu dengar, benar dari Tuhan apa ngga. Jangan asal percaya
seseorang yang bilang, ”Roh Kudus bilang bla..bla…bla…”, ingat, ujilah segala
perkataan tersebut. Gimana ngujinya? Cek
dengan firman TUHAN! Biar pun yang
ngomong hamba Tuhan, kalau itu bertentangan dengan firman Tuhan, jangan
percaya! Manusia gak sempurna, tapi taurat Tuhan itu sempurna loh, karenanya
kita perlu memahami firman-Nya supaya tahu dan melakukan yang benar.
Apalagi di dunia ini sudah
semakin jahat, seringkali mungkin kita bingung menilai sesuatu, karena yang
benar dianggap salah, yang salah bisa dianggap benar. Untuk itulah kita perlu
membaca firmanNya, jangan malas memahami dan merenungkan firman Tuhan. Jangan
hanya mengandalkan orang lain (termasuk khotbah dan bahan perenungan), karena
pengajaran di dalam gereja pun bisa melenceng, selidiki dan belajar langsung
dari firman itu sendiri.
Karena hanya lewat firman
Tuhan yang dapat memberikan pengetahuan yang benar tentang Allah yang benar, menumbuhkan
iman kita, mengubah karakter kita semakin serupa dengan Kristus, membuatnya
teguh sehingga tidak diombang-ambingkan pengajaran manusia yang menyesatkan.
Terakhir, aku ingin membagikan sebuah kutipan
yang pernah aku dapatkan bertahun-tahun lalu: Tidak pernah aku menemukan orang yang Alkitabnya hancur (karena
dibaca) memiliki hidup yang hancur. Anonim
Ditulis untuk Majalah Pearl edisi 30
No comments:
Post a Comment