Thursday, May 5, 2016

Firman Allah Menjadikan Kita Bijaksana


Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku. Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan. Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu. 
(Mazmur 119:98-100)

Bijak. Bijaksana. Kebijaksanaan.  Apakah itu?
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan bijaksana sebagai berikut:
bijaksana/bi·jak·sa·na/ a1 selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya); arif; tajam pikiran; 2 pandai dan hati-hati (cermat, teliti, dsb) apabila menghadapi kesulitan dsb: dng -- ia menjawab pertanyaan yg bersifat menjerat;

kebijaksanaan/ke·bi·jak·sa·na·an/ n1 kepandaian menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya): berkat - beliau, terlepaslah kita dr bahaya besar;2 kecakapan bertindak apabila menghadapi kesulitan dsb: perkara ini terserah kpd - orang tua si anak

Mari kita lihat menurut firman Tuhan, apa sih sebenarnya bijaksana itu:
-       Mengerti maksud Tuhan dan tahu apa yang harus dilakukan
Kata Firaun kepada Yusuf: "Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau. (Kejadian 41:39)
Di seluruh Mesir saat itu hanyalah Yusuf yang disebut Firaun bijaksana karena hanya Yusuf yang dapat mengartikan dengan tepat mimpi yang diberikan TUHAN kepada Firaun.  Dia mengerti maksud TUHAN karena Tuhan telah memberitahukannya.  Namun tidak hanya itu, dia mengerti tindakan apa yang harus dilakukan jika terjadi seperti arti mimpi Firaun tersebut.

-       Memiliki hikmat dan pengertian sehingga dapat memutuskan suatu perkara
Lalu Huram melanjutkan: "Terpujilah TUHAN, Allah orang Israel, yang menjadikan langit dan bumi, karena Ia telah memberikan kepada raja Daud seorang anak yang bijaksana, penuh akal budi dan pengertian, yang akan mendirikan suatu rumah bagi TUHAN dan suatu istana kerajaan bagi dirinya sendiri! (2 Tawarikh 2:12)
Salomo anak Daud disebut bijaksana karena ia meminta kepada TUHAN supaya diberikan hati yang paham menimbang suatu perkara, kemudian Tuhan memberikan hati yang penuh hikmat dan pengertian (1 Raja-Raja 3:9-12). Masih ingat saat Salomo dihadapkan pada 2 orang ibu yang berebut bayi?  Tentu kita tahu akhir kisah ini, ia dapat menyelesaikan perkara ini.

-  Tidak menolak firman Tuhan
Orang-orang bijaksana akan menjadi malu, akan terkejut dan tertangkap. Sesungguhnya, mereka telah menolak firman TUHAN, maka kebijaksanaan apakah yang masih ada pada mereka?  (Yeremia 8:9)

-       Mendengarkan perkataan Tuhan dan melakukannya.
Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.  (Matius 7:24) 

Bijaksana ternyata tidak hanya berarti pintar atau cerdas, bahkan mengerti pun belum disebut bijaksana. Bijaksana berkaitan erat dengan apakah kita yang kita mengerti apa yang kita lakukan berserta konsekuensinya, dan apa tindakan yang perlu dilakukan selanjutnya.
Lalu, bagaimana bisa firman Tuhan membuat bijaksana? Check this out!

Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. (Mazmur 19:7)
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.  (2 Timotius 3:16)
Bagaimana seseorang tidak menjadi bijaksana jika ia diajar siang dan malam oleh firman Tuhan yang dibacanya?
Bagaimana seseorang tidak gelisah hidup dalam dosa jika firman Tuhan terus-menerus mengkoreksi kesalahannya?
Bagaimana mungkin seseorang tinggal dalam kelakuannya yang buruk jika ia bergaul akrab dengan firman Tuhan yang terus menerus memperbaiki kelakuannya?
Dan bagaimana mungkin seseorang tahan hidup dalam ketidakbenaran jika firman Tuhan terus-menerus mendidiknya untuk hidup dalam kebenaran?

Firman Tuhan berkuasa mengubah hidup seseorang karena firman-Nya hidup.  FirmanNya bukan perkataan manusia atau tulisan karangan manusia belaka. Firman Tuhan adalah perkataan Tuhan yang diilhamkannya melalui penulis-penulis-Nya. Firman-Nya akan ‘mengganggu’ kita dan menggelisahkan kita saat kita memilih melakukan sesuatu yang bertentangan dengan firman-Nya. Pilihan untuk menjadi bijaksana dan tidak menolak firman Tuhan kembali pada kita, maukah kita tunduk pada firman-Nya yang akan menjadikan kita bijaksana?

Suatu kali, aku membagikan informasi lowongan pekerjaan sebuah stasiun televisi rohani yang mencari host untuk salah satu acaranya, salah satu kriterianya adalah menguasai injil. Salah seorang kawanku menanggapi dengan bertanya demikian: menguasai injil atau dikuasai injil?

Pertanyaan tersebut begitu menggelitik-ku. “Apakah hidupku menguasai firman Tuhan atau dikuasai firman Tuhan?”

Ada perbedaan besar antara menguasai injil dan dikuasai injil, ada jurang yang lebar antara menguasai firman Tuhan dan dikuasai firman Tuhan. Jika kita hanya menguasai firman Tuhan, belum tentu kita menjadi pribadi yang bijaksana. Bisa jadi kita menjadi ahli taurat dan orang farisi yang hapal mati firman-Nya, tapi tidak melakukan firman-Nya. Dikuasai firman Tuhan berbeda, firman Tuhan telah mempengaruhi hidup kita sedemikian rupa sehingga kita memilih berlari pada firman-Nya saat harus memutuskan sesuatu, firman-Nya yang menuntun kita dalam perjalanan hidup yang tak tentu, firman-Nya yang meneguhkan kita saat bimbang melangkah karena kita tahu hanya firman-Nya yang sempurna memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.

Mungkin ada beberapa di antara kita yang berpikir, “Bukankah jika kita kekurangan hikmat maka kita tinggal meminta pada TUHAN yang empunya hikmat saja, tidak perlu membaca firman TUHAN bukan untuk mengerti dan tahu apa yang harus kita lakukan?”

Benar, kita perlu meminta hikmat kepada Tuhan, tapi bagaimana jika Tuhan menyediakan hikmat itu dalam firman-Nya. Bagaimana kita tahu, pemikiran yang timbul kemudian adalah hikmat dari Tuhan atau bukan jika kita tidak pernah membaca atau menyelidiki firman-Nya? 

Hikmat yang datang dari Tuhan tidak akan bertentangan dengan firman Tuhan. Ya iya lah, wong sumbernya sama. Mungkin ada pula yang berkata begini, “Ah, aku tinggal bertanya langsung ke TUHAN, biasanya Roh Kudus akan menjawab melalui suara hatiku, tak perlulah aku membaca firman-Nya.”

Well, bagi yang berpikir demikian, silakan baca ini:
Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya.  (Yeremia 17:9)
Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.  (Matius 15:19)
Percaya tidak percaya, hati kita dapat menipu kita dan membuat kita melakukan pilihan-pilihan yang salah ... hati kita bisa tidak murni dan dapat membuat kita memilih melakukan yang tidak benar, karena kecenderungan hati kita adalah melakukan yang jahat.  Lalu, bagaimana kita dapat memilih melakukan yang benar jika demikian?  Bagaimana kita menjadi bijaksana jika hanya mendengarkan suara hati kita?  Firman Tuhan saja yang dapat membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Firman-Nya mengoreksi hati dan keinginan kita.

Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Ibrani 4:12
Kita perlu kudu wajib harus cross check setiap kata hati kita dengan firman Tuhan, sudah sesuaikah dengan firman-Nya. Ujilah dulu segala sesuatu yang kamu dengar, benar dari Tuhan apa ngga. Jangan asal percaya seseorang yang bilang, ”Roh Kudus bilang bla..bla…bla…”, ingat, ujilah segala perkataan tersebut. Gimana ngujinya?  Cek dengan firman TUHAN!  Biar pun yang ngomong hamba Tuhan, kalau itu bertentangan dengan firman Tuhan, jangan percaya! Manusia gak sempurna, tapi taurat Tuhan itu sempurna loh, karenanya kita perlu memahami firman-Nya supaya tahu dan melakukan yang benar.

Apalagi di dunia ini sudah semakin jahat, seringkali mungkin kita bingung menilai sesuatu, karena yang benar dianggap salah, yang salah bisa dianggap benar. Untuk itulah kita perlu membaca firmanNya, jangan malas memahami dan merenungkan firman Tuhan. Jangan hanya mengandalkan orang lain (termasuk khotbah dan bahan perenungan), karena pengajaran di dalam gereja pun bisa melenceng, selidiki dan belajar langsung dari firman itu sendiri.

Karena hanya lewat firman Tuhan yang dapat memberikan pengetahuan yang benar tentang Allah yang benar, menumbuhkan iman kita, mengubah karakter kita semakin serupa dengan Kristus, membuatnya teguh sehingga tidak diombang-ambingkan pengajaran manusia yang menyesatkan.

Terakhir, aku ingin membagikan sebuah kutipan yang pernah aku dapatkan bertahun-tahun lalu: Tidak pernah aku menemukan orang yang Alkitabnya hancur (karena dibaca) memiliki hidup yang hancur. Anonim



Ditulis untuk Majalah Pearl edisi 30 

No comments: