Wednesday, April 10, 2013

Belajar Berkata "CUKUP"



Beberapa hari yang lalu, aku membantu Fani membersihkan lemari pakaiannya (yang dua lemari gede itu). Membantunya menyortir, mana yang  akan dipakai dan yang mana yang akan diberikannya kepada orang lain. Alhasil, hari itu aku membuktikna bahwa prinsip 80/20 memang berlaku, lebih banyak pakaian yang gak terpakai ternyata yang ada di lemarinya, ckckckckc....Terinspirasi Fani, kemaren sore aku mulai menata lemari pakaianku yang ada di Kasongan (jadi yang di Palangka Raya belum nih), aku menyortir pakaian-pakaianku, dan sangat terkejut, ternyata pakaianku buanyakkk, ckckckckc, aku hanya punya 7 hari dalam seminggu dan 30 hari dalam sebulan. Jadi harus tobat dan membatasi diri nih, sepertinya aku memang gak perlu beli baju baru untuk tahun ini (tapi kalo ada yang ngasih aku gak nolak kok, hohohohoho). Aku harus belajar berkata “CUKUP” pada keinginan-keinginanku, harus belajar mengendalikan diri. Belajar mensyukuri apa yang ada dan gak jadi orang yang serakah. Toh gak ada gunanya aku memiliki semua baju yang ada di dunia (dan muat aku pakai tentunya, gkgkgkgk).


Ngomong-ngomong tentang kata “CUKUP”, kupikir ini memang kata yang sulit ya diucapkan manusia, siapapun itu, secara, memang kita pada dasarnya gak pernah puas dengan apa yang kita miliki. Pada awal menuliskan kata “CUKUP” tadi, aku ingin bercerita tentang seseorang yang kukenal dan sepertinya tidak mengenal kata ini. Believe me, I learn so much from her, tapi aku malah diingatkan kalau sebenarnya barang bukti berupa pakaian dan tas ku yang lumayan banyak itu (well, gak sebanyak orang lain si *ngeles* tapi dihitung-hitung, tetap aja buatku kaget, banyak juga ya ternyata), aku menyadari rupanya aku juga bergumul dengan kata “CUKUP” ini. Setiap kita kupikir punya pergumulan yang sama, keinginan kita gak ada habisnya, makanya kan samapi muncul ilmu ekonomi, ilmu yang mempelajari bagaimana memenuhi kebutuhan manusia yang gak terbatas dengan sumber dayanya yang terbatas.

HER-yang aku bilang tadi juga sama denganku, gak pernah puas. We all the same, dengan berat hati aku harus mengakui itu, walaupun dalam hati aku berteriak,”Aku gak sama dengan dia, tidaaaaakkk...!!!! “Aku gak rela disamakan dengannya. Tapi hasil sortiranku kemaren membuktikan sebaliknya, duh...untung aku cepat sadar .  Aku tersadar, sesadar-sadarnya, ya, aku harus punya batasan. Karena kalo aku jatuh dalam ketidakpuasan yang gak berbatas, aku bakal jadi manusia yang serakah, selalu merasa kurang dan gak pernah merasa cukup. Mengerikan!!! Aku gak mau itu terjadi. Aku sudah mengecap kebaikan tuhan setiap hari, tapi kemudian hidup hanya dengan keluhan karena selalu ingin lebih dan lebih? Sungguh tak tahu diri!

Berkali-kali aku bilang Kristus cukup buatku. Tapi berbicara dan bertindak adalah dua hal yang sangat jauh berbeda.  Kalau aku sungguh punya Kristus, aku akan puas dengan hidupku. Bukan hanya karena Dia akan memenuhi segala keperluanku menurut kekayaan dan kemulianNya (bdk Filipi 4:19), tapi memang kehadiranNya dalam hidupku yang akan memuaskanku. KehadiranNya, dan bukan pemberianNya.

Belajar berkata “CUKUP”, itu gak mudah. Yang perlu dilakukan adalah:
1.       Menghitung berkat yang dimiliki dan bersyukur
Seperti yang kulakukan tadi, saat aku mulai menghitung pakaian atau tas yang aku miliki, aku baru menyadari betapa aku memiliki banyak. Mungkin selama ini masalah kita dengan merasa gak puas dan gak bisa bilang cukup adalah karena kita tidak menyadari betapa banyak yang kita miliki. Please start to count you blessing! Dan kamu akan menemukan, bahwa begitu melimpahnya kebaikan Tuhan. Aku sendiri, kalau gak menghitung-hitung, mungkin gak akan menemukan hal ini. Dan saat aku bersyukur sama Tuhan, aku merasa memiliki yang berlimpah. Bersyukur meningkatkan rasa puas adalm hidup ternyata ^^ Jadi urutannya bukan karena kita puas lalu bersyukur, tapi kita bersyukur dan Allah akan memuaskan kita.

2.       Berhenti membandingkan diri dengan orang lain
Ini yang paling sering bikin gak puas, dan bikin kita ngerasa kurang melulu. Ngeliat orang lain punya baju baru, jadi pengen juga, ngeliat orang punya tas keren jadi pengen, ngeliat orang laen punya pacar eh jadi pengen, upsss... Padahal sebelumnya hidup kita baek-baek aja tanpa memiliki semuanya itu. Tapi begitu ngeliat orang laen punya dan bahagia, kita jadi ngerasa gak bahagia karena gak memilikinya. Aneh kan, padahal sebelumnya pas gak membanding-bandingkan, hepi-hepi aja tuh.  Sebenare, yang bisa bikin kita ngerasa puas tuh Cuma Tuhan Yesus. Kita bisa memiliki apapun yang ada di dunia ini dan tetap merasa gak puas.

3.       Memberi dan berbagi pada orang lain
Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima, itu bener banget lo. Memberi  dan berbagi adalah hal yang membuat kita merasa kaya dan diberkati. Bukan hanya merasa cukup lo saat kita melakukan ini, kita malah merasa memiliki berlebihan, karena kita jadi sadar ternyata yang kita miliki tidak hanya “CUKUP”. Kita punya lebih dari cukup, ya kan? Buktinya...kita masih dapat berbagi ^^ Berarti selama ini kita memiliki lebih daripada yang kita butuhkan.

 Yok, sama-sama belajar mencukupkan diri dengan yang ada, bener-bener gak Cuma bilang “CUKUP” tapi hidup berkecukupan di dalam Tuhan.

Kasongan, 10 April 2013
-Mega Menulis- 


5 comments:

lia said...

BArU per1 liat blog Mega :) bagus sekali :) artikel ini sgt menguatkan dan menghiburku GBUUU

Lia said...

BArU per1 liat blog Mega :) bagus sekali :) artikel ini sgt menguatkan dan menghiburku GBUUU

Mega said...

Lia: makasih yaaaa liaaaaa...mampir lagi ya ^^ GBu too

Lasma Manullang said...

Setuju!! Cukupkan dengan apa yang ada. Ngerasa cukup bikin hati tenang.

Mega said...

Lasma: kalo ngerasa gak cukup jadi grasak-grusuk ya bu...bingung cari tambahan biar cukup, gkgkgkgk

Karakter di Dunia Kerja

Dari kecil karakter seseorang mulai terbentuk. Kalau sudah dewasa, sulit mengubah karakter seseorang. Jadi kalau kamu berkarakter buruk saat...