Kepemimpinan sejati tidak dapat dianugerahkan, ditunjuk,
atau ditugaskan. Kepemimpinan hanya datang dari pengaruh.
John C. Maxwell
Aku jatuh cinta dengan Maxwell sejak membaca bukunya yang
berjudul 21 Hukum Kepemimpinan Sejati. Wow. Wow. Wow. Strongly reccomended dah
buat yang tertarik dengan leadership, bagi yang ingin menjadi pemimpin apalagi.
Dan, setelahnya nama Maxwell yang terpampang di sebuah buku, gak bisa ngga,
pasti membuatku menyempatkan diri paling ngga sejenak untuk melihat ringkasan
buku itu (kalau sedang gak punya anggaran buat belanja buku). Dan aku memang
tertarik dengan kepemimpinan sejak di zaman kuliah, kepemimpinan adalah satu
dari 3 tema buku yang biasanya jadi incaranku dahulu, well, kita akan bicarakan
ini lain kali.
Beberapa minggu ini sejak buku-bukuku nangkring di rak
bukuku, aku kembali ngerasain magnetnya buku-buku Maxwell. Mau ngulang baca
lagi dah, dan buku yang aku pilih semalam adalah sebuah buku imut berjudul
KEPEMIMPINAN 101. Aku baru membaca bab 3 yang berjudul “Mengapa Pengaruh Itu
Penting?” Dan tepat di bagian bawah judulnya terdapat sebuah kalimat yang
membuatku teringat beberapa kejadian di kantor, kalimat itu berbunyi demikian:
Ukuran sebenarnya dari kepemimpinan adalah pengaruh-tidak
lebih, tidak kurang.
Singkatnya sih, kalo kamu punya pengaruh, kamu adalah
pemimpin.
Gak peduli kamu punya jabatan apa gak, gak peduli
kedudukanmu apa.
Sebaliknya, walaupun kamu punya jabatan, tapi bila kamu
tidak dapat membuat siapapun mengikuti pimpinanmu, kamu bukan pemimpin.
Pengaruh yang dimaksud tentunya adalah saat seseorang mau mengikutimu DENGAN
SUKARELA, bukan karena takut dengan jabatan, takut gak dapat bonus, takut
dipecat, takut nilai DP3 jelek, takut gak dapat SPPD (PNS banget gak sih.. :p).
I tell you, jika ada “pemimpin” yang suka menakut-nakuti bawahannya dengan ancaman
atau intimidasi, he is not the real leader.
Kalau mau tahu siapa pemimpin sesungguhnya di sekeliling
kita, coba deh amati orang-orang yang ada di lingkungan kita, yang mampu
membuat orang lain dengan senang hati bahkan bernyanyi syubidu-bidu dam-dam
saat mengikutinya, bahkan tanpa dibayar. Dengan rela hati orang mengikutinya
bahkan saat mereka tahu tidak akan mendapat apa-apa yang menguntungkan dirinya.
Orang lain mengagumi pemimpin ini, melakukan pekerjaan dengan senang hati di
bawah sang pemimpin, senang melihat keberhasilan pemimpin ini bahkan turut
bersukacita di dalamnya, turut merasa terhina jika sang pemimpin dihina. Adakah
orang seperti ini di sekitarmu? Jika tidak ada, kasihan deh lo..... :p
Di kantorku ada loooo... ^^ Thank’s GOD, masih ada pemimpin
di tempatku, aku bersyukur buat itu. Dan tentunya banyak pula yang katanya “pimpinan”
atau merasa dirinya memimpin, padahal tidak. Orang mengikutinya hanya karena
itu bagian dari pekerjaan mereka, atau lebih buruk lagi karena berbagai
ketakutan yang aku sebutkan di atas.
Seorang di kantorku, oke kita sebut saja dia Mr.X pernah
mengeluhkan betapa orang-orang di kantor susah banget dimintain tolong
melakukan sesuatu olehnya, tapi giliran Mr.Y yang meminta tolong, bahkan belum
jelas pun orang lain akan pergi. “That means you’re not a leader”, ucapku dalam
hati saat itu. Dan aku mengakui Mr.X ini bener banget, Mr.Y memang punya karisma
tersendiri, orang lain senang mengikutinya. Aku mulai berpikir, apa sih yang
membuat seseorang bisa terpengaruh sedemikian rupa dengan orang lain, dan aku
menemukan beberapa hal.
Orang tidak suka mengikuti seseorang yang mementingkan diri
sendiri
Jika kamu ingin memimpin orang lain dan semua orang
mengenalmu sebagai seseorang yang hanya mementingkan diri sendiri, maka katakan
selamat tinggal pada keinginanmu itu. Serius! For me gini sih, untuk apa aku
mengorbankan diriku demi seseorang yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Untuk
apa aku mengikuti seseorang yang berjalan sesukanya sendiri, tanpa
memperhatikan tujuan bawahannya. Satu kalimat lain yang aku suka berkata,”Orang
tidak peduli apa yang kita ucapkan sampai mereka mengetahui bahwa kita peduli
pada mereka”. Dalam dunia yang egois ini, hampir semua orang punya keinginan,
dan seorang pemimpin tidak hanya memikirkan keinginannya. Dia memikirkan orang lain. Dunianya tidak
terpusat pada dirinya sendiri. Dan saat kita tahu orang lain peduli, bukankah
tanpa kita sadari tumbuh rasa kagum dan keinginan untuk peduli pula pada apa
yang menjadi keinginanya.
Pemimpin bisa berbuat kesalahan dalam kerjanya
Yes, nobody’s perfect, siapapun tahu itu. Dan para pemimpin
yang kukenal (yang aku maksudkan adalah the real leaders yaaaa...) juga
demikian, tetapi entah bagaimana terkadang kesalahan dalam kerja ini tidak
dipermasalahkan oleh pengikutnya. Serius. Tapi jika karakter salah yang
dimiliki seorang pemimpin, well...selamat tinggal, tidak akan ada bawahan yang
mempercayai diri mereka di baah pimpinan yang karakternya tercela. Pemimpin
boleh saja diampuni bawahannya untuk kebijakan yang salah, tapi karakter?
Hmm...Tunggu dulu! Karakter seseorang yang menentukan apakah seseorang mampu
menjadi pemimpin yang sesungguhnya apa tidak.
Ngomong-ngomong tentang kesalahan, ada satu perbedaan yang
aku temui antara pemimpin sungguhan dan bukan. Saat terjadi kesalahan,”
pemimpin” akan mencari siapa yang salah, tetapi pemimpin sejati mencari
penyebab kesalahan dan memperbaikinya.
Sadar gak sadar, setiap pengikut Kristus punya tanggung
jawab menjadi pemimpin. Dan jika pengikut Kristus menjadi pemimpin, bukanlah
banyak orang juga yang akan mengikut Kristus nantinya. Nah, the problem is, “Sudahkah
kita memiliki karakter yang membuat orang lain mengikuti kita?”.
Sudahkah karakter kita, paling ngga, membuat orang lain
tertarik?
Atau, jangan-jangan kita sama aja dengan orang dunia.
Jangan sampai lah ya, pengikut Kristus malah punya karakter
sama (atau lebih buruk) dengan orang dunia ini?
Btw, pernah gak dengar orang bilang,yang membuat seseorang
bertobat ato mengenal Kristus adalah Roh Kudus, bukan manusia. Ini seperti jadi
pembelaan diri untuk sikap dan karakter kita yang buruk. Jika orang lain tidak
ingin mengenal Kristus, sepertinya bukan salah kita kan? Tapi, mari kita
perhatikan ayat ini, yang entah kenapa melintas di pikiranku, padahal awalnya aku
hanya mau menuliskan tentang kepemimpinan ^^’ Oke, kembali ke laptop :p Mari
kita lihat ayat ini:
Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana meraka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakanNya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis:”Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!”Roma 10:13-15
Aku percaya, setiap kita muridNya diutus untuk memberitakan
kabar baik-memberitakan Kristus,tapi bagaimana orang lain percaya pada Kristus
yang kita beritakan jika kita yang memberitakannya tidak dapat dipercaya?
Tidak semua orang ingin menjadi pemimpin, I know.
Pikir sebagian orang, “Untuk apa aku memperhatikan
karakterku, toh aku tidak punya keinginan memimpin orang lain.”
Okay, maybe we are not born to be a leader, we lose nothing!
Tapi bayangkan, jika “hanya” karena karakter yang kita miliki, lalu menghalangi
orang lain mengenal Kristus, tidakkah ini akan menjadi penyesalan kita?
Kasongan, 18 April
2013
-Mega Menulis-
1 comment:
Suka banget sama postinganmu ini, Meg. Jadi pemimpin ga harus selalu di atas. Saat jadi bawahan kita bisa kok punya kualitas pemimpin juga.
Buku pertama yang bikin aku jatuh cinta sama kepemimpinan buku John C. Maxwell juga.
Banyak belajar dari buku itu dan apa yang aku pelajari aku praktekin dan memang pengaruh kita mempengaruhi hidup kita juga.
Kita anak Tuhan memang kudu punya pengaruh di lingkungan kita, kalo ga apa gunanya kita? Yang ada di buang dan diinjak orang (garam yang tawar).
NGomong-ngomong judul buku yang saya maksud tadi MENJADI ORANG YANG BERPENGARUH .... sukaaaa banget sama buku itu. Jadi ngerti tentang jadi pemimpin yang rendah hati dan memikirkan orang lain.
Post a Comment