Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis! Roma 12:15
Dulu aku mengira menangis dengan orang yang menangis lebih
susah dibandingkan dengan bersukacita dengan orang yang bersukacita.
Berempati-turut merasakan yang orang lain rasakan hanya susah jika berkaitan
dengan rasa duka. Benarkah demikian? Jika demikian, mungkin ayat di atas
seharusnya hanya berbunyi ‘Menangislah dengan orang yang menangis’ TOK, toh
bersukacita dengan orang yang bersukacita gampang dilakukan. Tapi ternyata
tidak.
Aku mendapati, bersukacita dengan mereka yang bersukacita
gampang dilakukan apabila yang dimiliki/didapatkan orang lain lebih kecil
daripada yang kita milik, tapi bila yang terjadi sebaliknya? Huaaaa…susah
booo!!! ^^’ Serius. Apalagi jika kita merasa orang tersebut tidak pantas
mendapatkannya. Suatu hari, aku mendapatkan perjalanan dinas dalam daerah di
Kasongan, aku seneng banget, secara dah jarang dinas sejak di bagian penyusunan
program dan laporan. Lumayaaannn, dapat tambahan penghasilan dan refreshing
dari kejenuhan di kantor. Tapi, you know what, rasa senang itu hanya bertahan sesaat.
Tiba-tiba aku mendengar kalau seorang teman yang gak ada kerjaannya di kantor,
yang masuk kantor suka-suka mendapatkan perjalanan dinas ke kecamatan lain
(yang artinya uang harian lebih besar, lebih lama harinya, refreshing bangetlah
ke luar daerah), sekejap saja rasa senangku menguap entah kemana. Jengkel. Marah.
Iri. Yes, aku mengakui kalau aku iri. Ini gak adil.
See? Siapa bilang bersukacita dengan orang yang bersukacita
itu gampang? SULIT.
Mungkin karena inilah Tuhan juga memberikan ayat ‘Bersukacitalah
dengan orang yang bersukacita ‘ ^^V
Dia sangat tahu betapa kita perlu diingatkan untuk tetap beryukur
untuk apa yang terjadi atas orang lain.
Dia tahu sulitnya kita bergumul dengan rasa iri, dan Dia
ingin kita menang.
Dia ingin mengingatkan kalau Ia adalah BAPA yang baik.
Bahkan jika kebaikanNya terlihat begitu besar di hidup orang lain dibandingkan
di hidup kita, still, Dia Bapa yang sangat baik.
Dia ingin kita belajar untuk tidak iri alih-alih mensyukuri
karuniaNya pada kita, besar ataupun kecil. Dia mau kita memahami bahwa berkat
yang diberikanNya pada setiap orang berbeda dan kita diberiNya kesempatan
bersukacita atas perbuatanNya, bahkan jika itu bagi orang lain.
Dia mau kita belajar mengasihi orang lain seperti mengasihi
diri kita sendiri.
Dia mau mengingatkan kalau sukacita dan dukacita kita
seharusnya tidak bergantung pada keadaan, tapi bergantung padaNya, pada
kasihNya.
Dia ingin kita memiliki roh yang penuh sukacita,sehingga apa
yang terjadi di luar, tidak mengusik kita.
Dia ingin agar damai sejahteraNya yang melampaui segala akal
ada dalam hidup kita sehingga kita tidak perlu terguncang oleh rasa iri.
Dia ingin aku berlari padaNya, jujur mengungkapkan semua
yang kurasa dan Dia ingin aku membiarkanNya memelukku dan berkata,”Mega,aku
tahu yang terbaik untukmu. Bersukacitalah untuknya. ”.
Fiuhhh…
Kasongan, 2 September 2015
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment