“Eh….mau angkat galon dek? Gak usah, abang ajaa….”
Aku ngeyel dan tetap angkat sebuah galon, yes...masih bisa
^^V
“Loh dek? Bisa aja tuh kamu angkat galon”. Abangku keheranan
melihatku dengan mudahnya (tsahhh….boong deng :p susah payah juga) mengangkat sebuah
galon. Maklum, sejak menikah dia gak pernah melihatku mengangkat galon air (eh,
ini galon air yang berisi ya, bukannya yang kosong, hehehe).
“Bisa lah bang, emang kapan aku bilang gak bisa?”, balik aku
yang heran.
“Bukannya dulu kamu bilang kalo ngisi galon air di rumah
Kasongan, ada tukang air yang angkatin sampe dispenser?”
“Ooo….itu, itu kan pas ada tukang jual air keliling bang,
kalo ngga biasanya aku sendirian beli dan angkatnya”.
“Kok, baru ini kamu angkat sendirian abang lihat dek?”
“Iya lah, kan ada abang, hahahaha. Nah, kali ini karena
banyak banget galon yang harus abang angkat (4 biji), makanya aku bantuin. “
“Oooo….kirain emang gak kuat”
“Ngga lah bang, binimu ni aslinya Wonder Woman” ^^V
Memanfaatkan pria kah aku? Of course not laaa….
Aku belajar, membiarkan para pria di sekelilingku bertindak
sebagaimana seharusnya seorang pria. Dan bagaimana aku melakukannya jika aku
menunjukkan kewonderwomananku (halaaaahhh… bahasa apa ini) setiap saat?
Hai wanita, seandainya dirimu melihat seorang pria yang gak
gentleman, tidak mampu melindungi orang-orang di sekitarnya, kurang inisiatif,
tidak bertindak sebagai pemimpin, tidak mampu mengatur segala sesuatu, tidak bertanggung jawab, tidak berani
mengambil keputusan, atau yang omongannya tidak bisa dipegang,bagaimana
perasaanmu? Kesel gak sih?
Aku kesal.
Sampai suatu hari aku sadar, bisa jadi pria-pria ini menjadi
demikian karena lingkungannya tidak memberikan kesempatan untuk menjadi seorang
pria sejati (tsahhhh…).
Seorang wanita, bisa menjadi penolong para pria di
sekitarnya menjadi pria sejati dengan memberikan dorongan yang dia bisa pada
pria di sekitarnya. Coba pikirkan, bagaimana seorang pria menjadi suami yang mengatur kehidupan rumah tangganya jika
istrnya tidak mau diatur, bagaimana dia memimpin jika istrinya menolak untuk
tunduk pada pimpinannya, bagaimana ia akan berani mengambil keputusan jika
orang-orang di sekelilingnya (ibunya, saudara perempuannya sering
mempertanyakan keputusannya), bagaimana ia berinisiatif jika selalu didikte
oleh orang di sekitarnya?
Biarkan seorang pria bertindak sebagai pria.
Berikan dia kesempatan bertumbuh menjadi seorang pria sejati
melalui perkataan maupun sikap kita.
Memang gak mudah.
Aku melihat sendiri bagaimana seorang wanita bisa sangat
tidak sabaran menghadapi pria yang ada di sekitarnya. Aku merasakan
ketidaksabaran yang sama. Sebagai tipe wanita yang mandiri, belajar mempercayai
seorang pria bukan hal yang mudah, banyak kesabaran diperlukan, serius. Dalam
keseharian pekerjaan saja, aku melihat banyak pria yang tidak bisa diandalkan
dalam pekerjaannya, yang lambat, suka menunda-nunda, haisss….sangat tergoda
untuk mengambil alih pekerjaan mereka, kupikir, daripada lama mending aku saja
yang mengerjakan. Dulu aku berpikir demikian, tapi itu tidak mendidik mereka.
Mereka tidak akan bertumbuh. Bagaimana mereka akan belajar arti tanggung jawab
jika kita mengambil apa yang menjadi tanggung jawab mereka?
Dalam hubungan pun, beberapa kali aku menerima curhatan
beberapa kawan wanita yang frustasi karena mereka yang harus berinisiatif dalam
hubungan percintaannya. Mereka menelpon duluan, SMS duluan, menyatakan
perasaannya duluan. Wah….sayang sekali, akan banyak kekecewaan saat ini
terjadi, serius. Taruhlah sang pria memang menyukainya, tapi nantinya wanita
tersebut akan merasa insecure dalam hubungannya karena merasa sang pria tidak
berjuang untuk mendapatkannya. Mengapa? Karena sejak awal sang wanita tidak
membiarkan prianya bertindak sebagai pria sejati.
Hai wanita, bersikaplah sesuai dengan peranmu, jangan
mengambil peran yang bukan bagianmu. Akan banyak kekecewaan bagimu. Dan yang
terpenting, melakukan hal itu tidak akan menolong pria di sekitar kita
bertumbuh menjadi pria yang diinginkan Allah.
Kasongan, 29 September 2015
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment