Tuesday, September 29, 2015

Menjadikan Seorang Pria sebagai Pria



“Eh….mau angkat galon dek? Gak usah, abang ajaa….”
Aku ngeyel dan tetap angkat sebuah galon, yes...masih bisa ^^V
“Loh dek? Bisa aja tuh kamu angkat galon”. Abangku keheranan melihatku dengan mudahnya (tsahhh….boong deng :p susah payah juga) mengangkat sebuah galon. Maklum, sejak menikah dia gak pernah melihatku mengangkat galon air (eh, ini galon air yang berisi ya, bukannya yang kosong, hehehe).
“Bisa lah bang, emang kapan aku bilang gak bisa?”, balik aku yang heran.
“Bukannya dulu kamu bilang kalo ngisi galon air di rumah Kasongan, ada tukang air yang angkatin sampe dispenser?”
“Ooo….itu, itu kan pas ada tukang jual air keliling bang, kalo ngga biasanya aku sendirian beli dan angkatnya”.
“Kok, baru ini kamu angkat sendirian abang lihat dek?”
“Iya lah, kan ada abang, hahahaha. Nah, kali ini karena banyak banget galon yang harus abang angkat (4 biji), makanya aku bantuin. “
“Oooo….kirain emang gak kuat”
“Ngga lah bang, binimu ni aslinya Wonder Woman” ^^V


Memanfaatkan pria kah aku? Of course not laaa….
Aku belajar, membiarkan para pria di sekelilingku bertindak sebagaimana seharusnya seorang pria. Dan bagaimana aku melakukannya jika aku menunjukkan kewonderwomananku (halaaaahhh… bahasa apa ini) setiap saat?

Hai wanita, seandainya dirimu melihat seorang pria yang gak gentleman, tidak mampu melindungi orang-orang di sekitarnya, kurang inisiatif, tidak bertindak sebagai pemimpin, tidak mampu mengatur segala sesuatu,  tidak bertanggung jawab, tidak berani mengambil keputusan, atau yang omongannya tidak bisa dipegang,bagaimana perasaanmu? Kesel gak sih?
Aku kesal.
Sampai suatu hari aku sadar, bisa jadi pria-pria ini menjadi demikian karena lingkungannya tidak memberikan kesempatan untuk menjadi seorang pria sejati (tsahhhh…).
Seorang wanita, bisa menjadi penolong para pria di sekitarnya menjadi pria sejati dengan memberikan dorongan yang dia bisa pada pria di sekitarnya. Coba pikirkan, bagaimana seorang pria menjadi suami  yang mengatur kehidupan rumah tangganya jika istrnya tidak mau diatur, bagaimana dia memimpin jika istrinya menolak untuk tunduk pada pimpinannya, bagaimana ia akan berani mengambil keputusan jika orang-orang di sekelilingnya (ibunya, saudara perempuannya sering mempertanyakan keputusannya), bagaimana ia berinisiatif jika selalu didikte oleh orang di sekitarnya?

Biarkan seorang pria bertindak sebagai pria.
Berikan dia kesempatan bertumbuh menjadi seorang pria sejati melalui perkataan maupun sikap kita.
Memang gak mudah.
Aku melihat sendiri bagaimana seorang wanita bisa sangat tidak sabaran menghadapi pria yang ada di sekitarnya. Aku merasakan ketidaksabaran yang sama. Sebagai tipe wanita yang mandiri, belajar mempercayai seorang pria bukan hal yang mudah, banyak kesabaran diperlukan, serius. Dalam keseharian pekerjaan saja, aku melihat banyak pria yang tidak bisa diandalkan dalam pekerjaannya, yang lambat, suka menunda-nunda, haisss….sangat tergoda untuk mengambil alih pekerjaan mereka, kupikir, daripada lama mending aku saja yang mengerjakan. Dulu aku berpikir demikian, tapi itu tidak mendidik mereka. Mereka tidak akan bertumbuh. Bagaimana mereka akan belajar arti tanggung jawab jika kita mengambil apa yang menjadi tanggung jawab mereka?

Dalam hubungan pun, beberapa kali aku menerima curhatan beberapa kawan wanita yang frustasi karena mereka yang harus berinisiatif dalam hubungan percintaannya. Mereka menelpon duluan, SMS duluan, menyatakan perasaannya duluan. Wah….sayang sekali, akan banyak kekecewaan saat ini terjadi, serius. Taruhlah sang pria memang menyukainya, tapi nantinya wanita tersebut akan merasa insecure dalam hubungannya karena merasa sang pria tidak berjuang untuk mendapatkannya. Mengapa? Karena sejak awal sang wanita tidak membiarkan prianya bertindak sebagai pria sejati.

Hai wanita, bersikaplah sesuai dengan peranmu, jangan mengambil peran yang bukan bagianmu. Akan banyak kekecewaan bagimu. Dan yang terpenting, melakukan hal itu tidak akan menolong pria di sekitar kita bertumbuh menjadi pria yang diinginkan Allah.

Kasongan, 29 September 2015
-Mega Menulis-

No comments: