Membaca tulisan Bu Meicky Dukanya Senang Menulis di Negarayang Rakyatnya Malas Baca
mengingatkanku pada cerita seorang sepupuku yang menjadi guru, ia diminta
kepala sekolahnya untuk memberikan pelajaran membaca tambahan untuk beberapa
anak kelas 1 SD. Bagian yang menganggu
sepupuku adalah saat ia bertemu orang tua dari anak yang diajarinya adalah sang
orang tua tersebut berkata:
Tolong pak lah, supaya anakku lakas kawa membaca, gimana kah caranya, soalnya supan aku, anak kawanku sudah bisa membaca dari TK. Anakku ni susah diajari, kada sabar aku ngajarnya.
(nyang artinya: Tolong pak, bagaimana caranya supaya anakku cepat bisa membaca, aku malu, anak temanku sudah bisa membaca sejak TK. Anakku susah diajari, gak sabar aku mengajarnya)
Mendengar cerita itu, seketika juga aku kasihan pada anak
tersebut. Sebel juga sama orang tuanya, bayangkan! Orang tua ini ingin anaknya
belajar membaca hanya karena dia malu saat membandingkan keadaan anaknya dengan
anak kawannya. Well, jadi gak heran banyak orang yang tidak suka membaca karena
pengenalan awalnya pada kegiatan membaca saat kecil pake acara dipaksa dan
dimarahin, belum lagi aku membayangkan dia dibanding-bandingkan dengan anak
orang lain. Helllloowwww…!!! Tiap anak tu kecepatan belajarnya berbeda. Bisa
jadi dia gak tertarik belajar membaca karena orang mengajarnya menggunakan cara
yang tidak menyenangkan.
Aku kenal dua orang sepupuku yang seumuran. Sampai kelas 2
SD belum bisa membaca dengan lancar, nilai-nilainya pun jelek, gimana bisa
bagus nilainya wong kalo ada PR/tugas/ulangan mereka tidak mengerti apa yang
ditanyakan (mereka belum bisa membaca). Salah satu dari mereka bahkan nyaris
tidak naik kelas sewaktu kelas 1. Bukannya tidak diajari di rumah, wong tante
dan mamahku terkadang gemas mengajarinya. Tiba-tiba di kelas 3, entah mendapat
ilham dari mana, mengajari mereka membaca tidak sesulit sebelumnya. Mereka
mulai lancar membaca tanpa mengeja, seperti KLIK, waktunya mereka untuk paham
dan mangerti bagaimana membaca rangkaian huruf tiba. VOILA, mereka membaca
dengan lancar. Aneh, tapi itu terjadi. Aku belajar, memaksakan sesuatu sebelum
waktunya tiba memang dapat mendatangkan frustasi. Sejauh ini,hanya salah satu dari mereka yang menyukai membaca.
Dan itu dimulai dari ketertarikannya akan komik yang dibaca adekku, sepupuku
penasaran, dan dia mulai dipinjami komik anak-anak. Bagaimana membuat anak-anak
tertarik membaca lah yang terpenting. Hobi membaca yang perlu dimiliki seorang anak.
Memangnya kenapa sih orang tua malu saat anaknya lambat
belajar membaca?
Gengsi gitu?
Artinya anak belajar cuma untuk menjaga muka orang tuanya doang?
Hadehhhh…#speechless
Aku tidak tahu apa kami akan menjadi orang tua yang seperti
ini suatu hari nanti atau tidak, semoga tidak, mengerikan sekali, memaksa anak
belajar hanya karena gengsi orang tua. Aku dan abangku sepakat, tidak penting
anak kami nanti lancar membaca pada umur berapa, yang terpenting ialah
menanamkan kesukaan membaca padanya. Biar saja anak orang lain membaca lebih
cepat. Pada waktunya nanti, anak kami akan membaca dengan lancar dan suka
membaca.
Semoga saat benar-benar telah menjadi orang tua kami tidak
melupakan hal ini.
Kasongan, 30 September 2015
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment