Wednesday, September 30, 2015

Cepat Membaca atau Gemar Membaca?



Membaca tulisan Bu Meicky Dukanya Senang Menulis di Negarayang Rakyatnya Malas Baca  mengingatkanku pada cerita seorang sepupuku yang menjadi guru, ia diminta kepala sekolahnya untuk memberikan pelajaran membaca tambahan untuk beberapa anak kelas  1 SD. Bagian yang menganggu sepupuku adalah saat ia bertemu orang tua dari anak yang diajarinya adalah sang orang tua tersebut berkata:

Tolong pak lah, supaya anakku lakas kawa membaca, gimana kah caranya, soalnya supan aku, anak kawanku sudah bisa membaca dari TK. Anakku ni susah diajari, kada sabar aku ngajarnya.
(nyang artinya: Tolong pak, bagaimana caranya supaya anakku cepat bisa membaca, aku malu, anak temanku sudah bisa membaca sejak TK. Anakku susah diajari, gak sabar aku mengajarnya)

Mendengar cerita itu, seketika juga aku kasihan pada anak tersebut. Sebel juga sama orang tuanya, bayangkan! Orang tua ini ingin anaknya belajar membaca hanya karena dia malu saat membandingkan keadaan anaknya dengan anak kawannya. Well, jadi gak heran banyak orang yang tidak suka membaca karena pengenalan awalnya pada kegiatan membaca saat kecil pake acara dipaksa dan dimarahin, belum lagi aku membayangkan dia dibanding-bandingkan dengan anak orang lain. Helllloowwww…!!! Tiap anak tu kecepatan belajarnya berbeda. Bisa jadi dia gak tertarik belajar membaca karena orang mengajarnya menggunakan cara yang tidak menyenangkan.

Aku kenal dua orang sepupuku yang seumuran. Sampai kelas 2 SD belum bisa membaca dengan lancar, nilai-nilainya pun jelek, gimana bisa bagus nilainya wong kalo ada PR/tugas/ulangan mereka tidak mengerti apa yang ditanyakan (mereka belum bisa membaca). Salah satu dari mereka bahkan nyaris tidak naik kelas sewaktu kelas 1. Bukannya tidak diajari di rumah, wong tante dan mamahku terkadang gemas mengajarinya. Tiba-tiba di kelas 3, entah mendapat ilham dari mana, mengajari mereka membaca tidak sesulit sebelumnya. Mereka mulai lancar membaca tanpa mengeja, seperti KLIK, waktunya mereka untuk paham dan mangerti bagaimana membaca rangkaian huruf tiba. VOILA, mereka membaca dengan lancar. Aneh, tapi itu terjadi. Aku belajar, memaksakan sesuatu sebelum waktunya tiba memang dapat mendatangkan frustasi. Sejauh ini,hanya  salah satu dari mereka yang menyukai membaca. Dan itu dimulai dari ketertarikannya akan komik yang dibaca adekku, sepupuku penasaran, dan dia mulai dipinjami komik anak-anak. Bagaimana membuat anak-anak tertarik membaca lah yang terpenting. Hobi membaca yang perlu dimiliki seorang anak.

Memangnya kenapa sih orang tua malu saat anaknya lambat belajar membaca? 
Gengsi gitu?
Artinya anak belajar cuma untuk menjaga muka orang tuanya doang?
Hadehhhh…#speechless
Aku tidak tahu apa kami akan menjadi orang tua yang seperti ini suatu hari nanti atau tidak, semoga tidak, mengerikan sekali, memaksa anak belajar hanya karena gengsi orang tua. Aku dan abangku sepakat, tidak penting anak kami nanti lancar membaca pada umur berapa, yang terpenting ialah menanamkan kesukaan membaca padanya. Biar saja anak orang lain membaca lebih cepat. Pada waktunya nanti, anak kami akan membaca dengan lancar dan suka membaca. 

Semoga saat benar-benar telah menjadi orang tua kami tidak melupakan hal ini.

Kasongan, 30 September 2015
-Mega Menulis-




No comments: