“Nanti ya nak, kalo kamu gak nakal mamah belikan coklat.”
“Kalo kamu masih gak bisa dibilangin, papah gak akan ngasih uang jajan lagi.”
“Rajin Sekolah Minggu ya, kalo rajin, nanti akhir tahun kami belikan sepeda.”
Pernah dengar ga ucapan-ucapan seperti itu?
Anak kecil seringkali diancam dengan hukuman atau diberi hukuman kalo melakukan sesuatu yang salah, dan diimingi-iming hadiah atau hal yang baik kalo dia berlaku baik. Bukannya orang tua menjelaskan mengapa mereka melarang ini itu, ato mengapa mereka menginkan anak bersikap tertentu, orang tua malah mengambil langkah instant-memberikan hukuman ato hadiah untuk perilaku tertentu.
Akibatnya, sadar ga sadar, anak jadi punya pemikiran bahwa untuk mendapatkan hal yang baik dari orang tuanya dia harus melakukan hal yang baik. Dan kalo melakukan hal yang buruk, jangan harap mendapatkan hal yang baik.
Pengalaman semasa kecil itu ternyata berpengaruh sangat pada hubunganku dengan BAPAku di sorga. Saat aku melakukan hal yang salah, sewaktu aku berbuat dosa, aku jadi berpikir Tuhan marah dan ga akan menjawab doaku, aku gak layak karena aku berbuat salah, itu yang kupikir. Begitu pula sebaliknya, saat aku melakukan hal yang baik, seharusnya Tuhan menjawab doaku dong. Pokoknya, berkat Tuhan tu tergantung pada perbuatanku. Parah ya? Tapi seringkali emang itu yang kurasakan.
Padahal, berkat Tuhan sebenarnya gak bergantung pada perbuatanku. Apa yang aku lakukan gak akan pernah bisa menambah atau mengurangi apa yang telah Yesus perbuat di kayu salib, pengorbanan-Nya adalah pernyataan dari kasih karunia-Nya kepada manusia. Siapa yang telah mengakui segala dosanya dan ketidakmampuannya menyelamatkan dirinya sendiri dari maut lalu menerima dan mengakui secara sadar bahwa Yesus lah Juruselamat, sekarang sudah ada dalam kasih karunia-Nya, bukan lagi di bawah hukuman.
Sebuah kutipan dari Jerry Bridges melalui bukunya Discipline of Grace berbunyi demikian:
Hari terburuk anda takkan pernah sedemikian buruk sehingga anda berada di luar jangkauan anugerah Allah. Hari terbaik anda takkan pernah sedemikian baik sehingga anda tidak membutuhkan anugerah Allah.
Kutipan yang sangat indah buatku, mengingatkanku kalau setiap saat-di hari baik dan burukku, aku senantiasa memerlukan anugerah-Nya. Aku bergantung pada kasih karunia-Nya semata.
Taruhlah, pada suatu hari, aku bangun dengan kesadaran kalau aku harus melakukan yang terbaik buat Tuhan sepanjang hari ini. Aku bangun, bersaat teduh, menikmati persekutuan yang indah bersama Tuhan, lalu menjalankan aktivitasku sepanjang hari itu dengan baik, tidak berkata-kata dan melakukan perbuatan yang jahat, bahkan memikirkannya pun tidak. Lalu aku berpikir yah, memang aku layak diselamatkan, aku sudah bertobat dan gak lagi melakukan yang jahat lagi, aku tidak menyia-nyiakan pengorbanan Kristus,sepanjang hari ini aku sudah menjadi ‘anak baik’, aku layak dong menerima yang baik pula, kalo aku meminta sesuatu hari ni, Tuhan pasti memberikan. Benarkah pikiran yang demikian?
Lalu di hari lain, aku bangun dengan tergesa-gesa, tidak sempat bersaat teduh (ato malas bersaat teduh). Hari itu berjalan kacau, banyak masalah di sekeliling yang membuatku marah-marah, berpikir melakukan yang jahat kepada orang lain (dan gak Cuma berpikir, melakukan juga), hari yang penuh emosi, banyak dosa yang aku perbuat dengan sengaja. Lalu, kembali aku berpikir, aku orang berdosa, aku gak layak diselamatkan, aku masih saja jadi ‘anak nakal’ sepanjang hari ini, aku gak layak. Kalau aku meminta sesuatu hari ini, Tuhan pasti gak mau memberikan. Pertanyaan yang sama dengan sebelumnya, benarkah pemikiranku yang demikian?
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
Efesus 2:8-9
SEBENARNYA, keduanya salah. Aku memang TIDAK LAYAK, terlepas aku menjalani hariku dengan menjadi ‘anak baik’ atau ‘anak nakal’, aku tetaplah orang berdosa. Yang melayakkanku hanyalah salib Kristus, bukan apa yang kuperbuat!!! Hanya kasih karunia Tuhan yang melayakkanku menerima keselamatan. Itu pemberian semata! Aku bisa menghadap tahta karunia-Nya setiap saat hanya karena Yesus yang sudah membayar dosaku, menebusku dari dosa-dosaku di masa lalu, masa sekarang dan, masa datang.
Kalo menuruti perasaan, memang selamanya aku tidak akan layak, bahkan waktu aku tau yang baik dan menginginkan yang baik, yang jahat yang kubuat, fiuhhh... Apalagi ada suara hati yang tau siapa diriku sebenarnya, yang menghakimi di setiap waktu, mengatakan aku tidak layak (suara hati kadang lebih kejam daripada suara manusia lain, karena dia tau sapa kita yang orang lain gak tau). Ya emang benar!! Tapi sekali lagi, aku telah dilayakkan, aku telah dibenarkan oleh Tuhan HANYA melalui pengorbanan Kristus di kayu salib.
Setiap aku merasa tidak layak, aku belajar untuk terus berpaling pada Firman Tuhan. Aku mengingat kelas jaminan keselamatan yang pernah aku ikuti, mengingat ajaran yang kudapat bahwa imanku gak seharusnya bergantung pada perasaanku yang selalu berubah-ubah ini. Imanku bergantung pada keyakinanku akan FirTu yang telah menyatakan dengan jelas:
dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.
Yohanes 10:28-29
Ayat hapalan materi Jaminan Keselamatan ini menolongku dan menguatkanku, meneguhkan kalo keselamatanku gak diombang-ambingkan oleh segala sesuatu yang gak penting (perasaan, intimidasi orang lain, dll). Dan saat aku butuh diyakinkan lagi, kembali aku belajar hanya berpaling pada FirTu di Roma 8:31-39 (Keyakinan Iman). Sangat melegakan membaca perikop ini, diingatkan lagi kalo ga ada yang bisa memisahkanku dari Kristus *terharu*
Setiap merenungkan dan menyadari segala dosaku, yang muncul adalah perasaan tidak layak, namun saat aku mulai melihat dan mengingat FirTu, yang timbul adalah rasa syukur dan rasa takjub yang luar biasa, kok bisa ya Allah sebaik ini, kok bisa ya kasih karunia-Nya gak pernah berhenti?
Membuatku bernyanyi sebuah lagu dari Kidung Jemaat No.387:
Ku heran, Allah mau membri rahmat-Nya padaku
Dan Kristus sudi menebus yang hina bagaiku
Namun ku tahu yang kupercaya
Dan aku yakin ‘kan kuasa-Nya
Ia menjaga yang kutaruhkan
Hingga harinya kelak
Kasongan, 8 Juni 2011
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment