Beberapa waktu lalu aku ikut mission trip ke Desa Tumbang
Habaun bareng teman-teman dari LittleFlocks, nah...kali ini aku masih belum
bisa juga menceritakan tentang pelayanan kemaren, kembali ke masalah belom
sempat copy foto, huhuhuhuhuhu... Jadi, yang akan aku ceritakan kali ini adalah
seorang rekan pelayanan kemaren yang bernama Teguh Triguna, hahahaha, kau
korbanku kali ini dek :p Dia datang khusus dari Jakarta looo...dan spesial buat
mengikuti mission trip ini, kebayang gak bo, niat banget kan?
Jadi, yang mau aku ceritakan dari adekku ini adalah I learn
something from him, atau lebih tepatnya He remind me something. Apaan
tuhhhh...? Simak baik-baik yaaaa....dari Teguh, aku diingatkan kembali tentang
hal ini :
HATI YANG MELAYANI
Jujur aja, selama berinteraksi dan menyaksikan sepak terjang
Teguh selama 4 hari pelayanan bareng, aku bener-bener diingatin lagi bagaimana
sebenarnya punya hati yang melayani. Dari hal yang simple aja, pertama kali aku
menyadari ini dimiliki Teguh, sewaktu dia dengan inisiatifnya sendiri bersedia
mengangkat makanan saudariku Susva, agar kami semua bergabung dalam satu meja. Simple
banget kan?
Kejadiannya “Cuma”, kami makan bareng di sebuah rumah makan
dalam perjalanan berangkat ke desa tujuan kami, Susva duduk sendiri di meja
makan yang berbeda, dan saat makanan dihidangkan, kami semua HANYA berkata,”Ayo
Susva, gabung sini...”, Susva waktu itu menolak, dan bilang dia makan di
mejanya itu saja. Eh, si Teguh dunk, tahu-tahu menawarkan diri mengangkat
makanannya Susva, dan langsung melakukannya!!!
See the different between us and Teguh?
Kami Cuma omdo, nawarin bareng, basa-basi maybe...
Tapi Teguh kagak, dia mewarkan diri dan bertindak!
Serius, mana asyik sih makan sendiri di meja sendiri
sementara kawan-kawan kita berada di meja yang berbeda, gak enak banget kan. We
know that! Lalu kita nawarin bareng. Lah, semua bisa dan tahu dunk kayak gini.
Tapi, siapakah yang tahu kalo alasan sebenarnya Susva gak mau pindah KARENA
repot banget ngangkat makanannya (for you know, disini yang harus diangkut
adalah:es teh, nasi, lauk, mangkok sayur), mungkin kami gak tahu atau pun tahu
tapi cuek. Lah, kok tahu-tahu Teguh langsung mengangkatnya membantu Susva,
ckckckck, salutttt....
Itu, baru contoh yang simple banget kan....
Tapi lewat kejadian itu, aku diingatkan bahwa begitulah hati
yang melayani. Hati yang melayani tu:
Memahami kebutuhan terdalam orang lain, dia peka. Dia gak hanya melihat yang dapat dilihat oleh
mata, dia melihat yang gak terlihat. Mendengar kata yang gak terucapkan.
Mendengarkan apa yang tak ditangkap telinga orang lain. Seringkali kita lupa
bahwa tidak semua manusia mampu meneriakkan kebutuhan-kebutuhannya. Seringkali
kita lupa, manusia begitu pandai menyembunyikan segala isi hatinya. Dibutuhkan
kepekaan untuk melayani orang lain. Sehingga kita bisa melayani dia dan
menunjukkan kasih Yesus dengan cara yang tepat. Bayangkan, betapa seseorang
akan merasakan kasih Allah yang luar biasa itu bila mendapati Allah memakai
kita dengan cara yang tepat. Gimana caranya? Baca pikiran seseorang? No
lahhh...Kupikir, jauh dari pada membaca pikiran atau membaca tanda-tanda dari
sikap seseorang, lebih penting lagi memiliki hubungan yang dekat dengan Allah supaya
Allah bisa menyampaikan isi hatiNya tentang seseorang kepada kita, dan kita
memiliki hatiNya yang lembut itu.
Meresponi kebutuhan orang lain. Jangan hanya berhenti sampai
mengetahui apa yang orang lain butuhkan, tapi bertindaklah. Tindakan kasih
berarti banyak dibandingkan sekedar ucapan. Gak ada salahnya menawarkan
bantuan, tapi jauh lebih penting untuk
do something! Kalau Cuma ngomong, ngasi saran, ngasi instruksi semua bisa. Tapi
bertindak? Tidak perlu menunggu diminta. Bahkan jika itu mesti mengorbankan
kenyamanan kita, ya iya lahhh....namanya juga melayani masa kita cari enaknya
sendiri, gak mungkin kan? Kita mengutamakan kebutuhan yang kita layani dunk.
Melayani berarti mengorbankan diri loooo...Mau?
Kebayang nih,misalkan
kita menjadi pelayan, suatu hari tuan kita pulang dari perjalanannya yang jauh,
sebagai pelayan yang baik tentunya kita tahu dunk apa yang dibutuhkan tuan
kita, membersihkan tubuhnya, makanan, minuman, pijitan juga boleh (hahahaha), tentunya
kita akan menyiapkan semuanya dunk, melakukan yang terbaik untuk sang tuan. Gak
perduli waktu itu kita belum makan atau belum mandi sekalipun. Kebutuhan sang
tuan lah yang utama. Kalo sampe ada pelayan yang malah asyik makan sendiri
tanpa pedulikan tuannya yang kelaparan ya kebangetanlah :p Pelayan adalah milik
tuannya. Kehendak tuan kita yang harusnya menggerakkan kita.
Hati yang melayani gak dalam sekejap dimiliki seseorang. Secara,
kita yang terbiasa egois mencari pemenuhan kebutuhan sendiri lalu diminta
menjadi pelayan yang memenuhi kebutuhan orang lain, ya gak mungkin macam
disulaplah! Pasti perlu proses. Awalnya berat, awalnya daging kita
meronta-ronta, ngapain pikir kita memenuhi kebutuhan seseorang yang bukan diri
kita. Rugi sih sebenarnya melayani tuh...Spending time, tenaga, pikiran, emosi,
dll pulak. Full pengorbanan. Tapiiii....kalo kita ingat siapa yang menjadi Tuan
kita, Dia yang begitu mengasihi kita bahkan memberikan nyawaNya, tidakkah kita
ingin melayani Dia seumur hidup kita bahkan hingga di kekekalan nanti?
"Lihat, seperti mata
para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba
perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang
kepada Tuhan, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita" (Mazmur 123:2)
Kasongan, 29 Mei 2013
-Mega Menulis-