Thursday, May 23, 2013

Lomba Menganyam Motif Khas Kalteng



Minggu ini aku mendampingi peserta lomba menganyam rotan khas Kalimantan Tengah dari Kabupaten kami, lomba ini diadakan tiap tahun selama beberapa tahun belakangan ini, biasanya diadakan pada bulan Mei, karena pada bulan inilah Provinsi Kalimantan Tengah berulang tahun. Tahun ini provinsi KALTENG berulang tahun yang ke-56, tepatnya pada tanggal 23 Mei 2013. Selama hampir seminggu diadakan pameran KALTENG EXPO, semua kabupaten yang ada mengikuti kegiatan ini dan menampilkan produk-produk unggulan dari daerahnya.  Di tempat yang sama, diadakan pula Festival Budaya Isen Mulang, berbagai kesenian, olahraga dan kebudayaan daerah dari kabupaten dilombakan. Sayangnya, aku fokus mengurus peserta yang mengikuti lomba menganyam, jadi inilah yang bisa aku ceritakan ^^


Tanggal 21 kemaren, tidak lebih dari 30 peserta yang mengikuti lomba menganyam ini. Dari Kabupaten kami, hanya membawa 1 peserta dari Kecamatan Katingan Tengah bernama bu Reni. Sebenarnya, setiap kabupaten bebas mengirimkan berapa pun jumlah pesertanya, tapi kami hanya mengirimkan 1 orang. Dan memang, keterampilan ini jarang dimiliki generasi muda, kebanyakan yang memiliki keterampilan ini berusia 40 tahun ke atas. Regenerasi untuk keterampilan ini rupanya tidak berjalan dengan baik, sayang sekali looo...Padahal anyaman ini, tidak bisa ditiru dengan mudah oleh suku lain. Ini memang khas daerah kami. Anyaman yang dibuat pun tidak sembarangan dibuat, ada arti-arti khusus.

Teringat dulu waktu aku kecil, saat melihat anyaman-anyaman sejenis ini, aku pikir cara membuatnya adalah dibuat anyaman polos satu warna, baru kemudian dicat, atau dilukis sesuai dengan gambar yang diinginkan ^^ Maklumilah kepolosanku ini, hahahaha. Padahal, yang sesungguhnya adalah, misalkan ada 2 warna dalam anyaman tersebut-hitam dan putih, maka bahan setengah jadi yang berupa rotan bakal itu, memang dari awal terdiri dari 2 warna. Saat dianyam, barulah ini tergantung dari keahlian si penganyam lagi menuangkan imajinasinya dan membentuknya/menganyamnya menjadi motif yang diinginkannya.

Saat aku mengikuti pameran di Jakarta, kami membawa tas-tas rotan yang dibuat dari anyaman roran dikombinasikan dengan bahan kulit (lain kali aku akan menulis tentang ini ^^V), seorang ibu melihat harganya yang ratusan ribu itu dan berkata, harganya terlalu mahal untuk barang seperti itu. Wah, panas rasanya hatiku, emang dia maunya harga berapa. Gak tahu dia kalau anyamannya yang membuat harganya mahal, kalau kombinasi kulitnya sih murah saja, toh bisa diproduksi mahal, mesin pulak yang mengerjakannya. Tapi ini buatan manusia looo...Asli handmade :p Saat itu aku mencoba menjelaskan cara membuatnya yang rumit.Kebayang gak, rotan yang bulat itu harus dibelah dulu menjadi beberapa bagian, kemudian ditarik secara manual menggunakan alat sederhana berupa jangat berkali –kali hingga tipis dan, percayalah tebalnya gak mencapai 2 mm dan lebar 2 mm saja, sedangkan untuk panjangnya lebih fleksibel sesuai dengan besarnya anyaman yang akan dibuat, tapi yang umum panjangnya kurang lebih 60 cm. Eh, si ibu tadi bilang, tetap aja kemalahan, ya sudahlah, bingung aku menjelaskannya lagi ^^’ Emang gampang berkata ini muahal karena dia tidak menyaksikan langsung prosesnya. Tapi buatku, yang pernah menyaksikan prosesnya dari awal, ini adalah hasil karya yang mahal, membuatnya susah dan tidak semua orang bisa membuatnya.

Seperti yang aku ceritakan tadi, keterampilan ini dimiliki oleh generasi tua kebanyakan, dan biasanya mereka tinggal di kampung nun jauh di mato sono, sewaktu aku dinas 2 tahun lalu ke kampung-kampung, pernah juga menemukan satu lebar anyaman yang besar sekali dengan berbagai motif khas daerah. Pernah aku ceritakan di blog ini ^^ Dan,  saat aku menyaksikan perlombaan menganyam ini kemaren, dengan bangga aku akan berkata, mereka yang memiliki keterampilan ini sangat jenius ^^ Gak kebayang deh bisa jadi berbagai motif indah dari helaian rotan bakal yang kecil itu. Daya imajinasi mereka luar biasa, belum lagi kecepatan tangannya. Wowww....!! Untuk diketahui, peserta lomba diberikan waktu 5 jam  untuk membuat anyaman motif khas Kalteng dengan ukuran 30x40 cm.Kecil ya 30x40 cm? Kenapa pula membutuhkan waktu sampai 5 jam? Haduuuhhhh....emang susah ya itu, aku aja yang ngeliat gak habis pikir kerjaan njelimet gitu kok bisa aja ada yang selesai tepat waktu. Banyak lo yang tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu 5 jam. Dan aku gak heran. Ini pekerjaan rumit ^^’ Dan rasanya, aku yang melihat aja gak rela jika pekerjaan mereka dihargai sangat murah.

Ini beberapa motif yang berhasil aku jepret kemarin:





Ngeliatnya bagusnya gini, jadi pengen deh ngoleksi motif-motif tersebut, trus dibingkai dan dipajang di dinding rumah, kayaknya keren banget tuh ^^V  Ato beli moti yang besar seukuran meja makan ato meja di ruang tamu, terus dilapisin pake kaca, huaaaa...sukaaaaa..... Someday lah, aku punya. Amin ^^ O, iya...pada akhirnya peserta dari Kabupaten kami meraih Juara Harapan 1 looo...Senangnyaaa...^^’

BTW, ada kejadian menarik,aku udah bilang kan dari awal kalo keterampilan ini sangat jarang, jadi kami shock dan girang (apaan sih) mengetahui ada 2 orang anak SD akan mengikuti perlombaan ini. Nah looo...jago amat ya, dan dah terbayanglah ternyata ada generasi penerus untuk menganyam ini.Apalagi pas ditanyakan ke guru dan orang tua yang mendampingi mereka, kalau dalam pelajaran muatan lokal memang diajarkan menganyam di sekolahnya. Huaaa...good idea, mengajarkan kesenian dan budaya lokal melalui sekolah. That’s cool, isn’t it? Anak kecil kan mudah menyerap hal-hal baru di sekitarnya, kebayang kan kalo dari kecil dah diajarin menganyam gitu, tentunya lebih gampang dibanding mengajarkan orang tua. Ternyata eh ternyata, sewaktu bahan perlombaan diadakan, kedua anak tadi mengundurkan diri. Selidik punya selidik ternyata anyaman yang diajarkan di sekolah adalah anyaman fitrit (hati rotan) dan itu adalah anyaman yang biasa digunakan dalam pembuatan keranjang atau furniture, yang tingkas kesulitannya kurang dibandingkan anyaman motif. Rupanya mereka mendaftar lomba tanpa tahu anyaman motiflah yang harus dibuat. Aduh, sayang sekali ya... :-( Tapi idenya bagus kan ya, memberikan materi seni dan budaya lokal ke dalam sekolah, itu keren banget d^^b Semoga hal ini bisa mulai diperhatikan dan diusulkan ada di sekolah-sekolah.

Kasongan, 23 Mei 2013
-Mega Menulis-

No comments:

Karakter di Dunia Kerja

Dari kecil karakter seseorang mulai terbentuk. Kalau sudah dewasa, sulit mengubah karakter seseorang. Jadi kalau kamu berkarakter buruk saat...