Minggu ini aku mendampingi peserta lomba menganyam rotan
khas Kalimantan Tengah dari Kabupaten kami, lomba ini diadakan tiap tahun
selama beberapa tahun belakangan ini, biasanya diadakan pada bulan Mei, karena
pada bulan inilah Provinsi Kalimantan Tengah berulang tahun. Tahun ini provinsi
KALTENG berulang tahun yang ke-56, tepatnya pada tanggal 23 Mei 2013. Selama
hampir seminggu diadakan pameran KALTENG EXPO, semua kabupaten yang ada
mengikuti kegiatan ini dan menampilkan produk-produk unggulan dari
daerahnya. Di tempat yang sama, diadakan
pula Festival Budaya Isen Mulang, berbagai kesenian, olahraga dan kebudayaan
daerah dari kabupaten dilombakan. Sayangnya, aku fokus mengurus peserta yang
mengikuti lomba menganyam, jadi inilah yang bisa aku ceritakan ^^
Tanggal 21 kemaren, tidak lebih dari 30 peserta yang
mengikuti lomba menganyam ini. Dari Kabupaten kami, hanya membawa 1 peserta
dari Kecamatan Katingan Tengah bernama bu Reni. Sebenarnya, setiap kabupaten
bebas mengirimkan berapa pun jumlah pesertanya, tapi kami hanya mengirimkan 1
orang. Dan memang, keterampilan ini jarang dimiliki generasi muda, kebanyakan
yang memiliki keterampilan ini berusia 40 tahun ke atas. Regenerasi untuk
keterampilan ini rupanya tidak berjalan dengan baik, sayang sekali
looo...Padahal anyaman ini, tidak bisa ditiru dengan mudah oleh suku lain. Ini
memang khas daerah kami. Anyaman yang dibuat pun tidak sembarangan dibuat, ada
arti-arti khusus.
Teringat dulu waktu aku kecil, saat melihat anyaman-anyaman
sejenis ini, aku pikir cara membuatnya adalah dibuat anyaman polos satu warna,
baru kemudian dicat, atau dilukis sesuai dengan gambar yang diinginkan ^^
Maklumilah kepolosanku ini, hahahaha. Padahal, yang sesungguhnya adalah, misalkan
ada 2 warna dalam anyaman tersebut-hitam dan putih, maka bahan setengah jadi
yang berupa rotan bakal itu, memang dari awal terdiri dari 2 warna. Saat
dianyam, barulah ini tergantung dari keahlian si penganyam lagi menuangkan
imajinasinya dan membentuknya/menganyamnya menjadi motif yang diinginkannya.
Saat aku mengikuti pameran di Jakarta, kami membawa tas-tas
rotan yang dibuat dari anyaman roran dikombinasikan dengan bahan kulit (lain
kali aku akan menulis tentang ini ^^V), seorang ibu melihat harganya yang
ratusan ribu itu dan berkata, harganya terlalu mahal untuk barang seperti itu.
Wah, panas rasanya hatiku, emang dia maunya harga berapa. Gak tahu dia kalau
anyamannya yang membuat harganya mahal, kalau kombinasi kulitnya sih murah
saja, toh bisa diproduksi mahal, mesin pulak yang mengerjakannya. Tapi ini
buatan manusia looo...Asli handmade :p Saat itu aku mencoba menjelaskan cara
membuatnya yang rumit.Kebayang gak, rotan yang bulat itu harus dibelah dulu
menjadi beberapa bagian, kemudian ditarik secara manual menggunakan alat
sederhana berupa jangat berkali –kali hingga tipis dan, percayalah tebalnya gak
mencapai 2 mm dan lebar 2 mm saja, sedangkan untuk panjangnya lebih fleksibel
sesuai dengan besarnya anyaman yang akan dibuat, tapi yang umum panjangnya
kurang lebih 60 cm. Eh, si ibu tadi bilang, tetap aja kemalahan, ya sudahlah,
bingung aku menjelaskannya lagi ^^’ Emang gampang berkata ini muahal karena dia
tidak menyaksikan langsung prosesnya. Tapi buatku, yang pernah menyaksikan
prosesnya dari awal, ini adalah hasil karya yang mahal, membuatnya susah dan
tidak semua orang bisa membuatnya.
Seperti yang aku ceritakan tadi, keterampilan ini dimiliki
oleh generasi tua kebanyakan, dan biasanya mereka tinggal di kampung nun jauh
di mato sono, sewaktu aku dinas 2 tahun lalu ke kampung-kampung, pernah juga
menemukan satu lebar anyaman yang besar sekali dengan berbagai motif khas
daerah. Pernah aku ceritakan di blog ini ^^ Dan, saat aku menyaksikan perlombaan menganyam ini
kemaren, dengan bangga aku akan berkata, mereka yang memiliki keterampilan ini
sangat jenius ^^ Gak kebayang deh bisa jadi berbagai motif indah dari helaian
rotan bakal yang kecil itu. Daya imajinasi mereka luar biasa, belum lagi
kecepatan tangannya. Wowww....!! Untuk diketahui, peserta lomba diberikan waktu
5 jam untuk membuat anyaman motif khas
Kalteng dengan ukuran 30x40 cm.Kecil ya 30x40 cm? Kenapa pula membutuhkan waktu
sampai 5 jam? Haduuuhhhh....emang susah ya itu, aku aja yang ngeliat gak habis
pikir kerjaan njelimet gitu kok bisa aja ada yang selesai tepat waktu. Banyak
lo yang tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu 5 jam. Dan aku gak
heran. Ini pekerjaan rumit ^^’ Dan rasanya, aku yang melihat aja gak rela jika
pekerjaan mereka dihargai sangat murah.
Ini beberapa motif yang berhasil aku jepret kemarin:
Ngeliatnya bagusnya gini, jadi pengen deh ngoleksi
motif-motif tersebut, trus dibingkai dan dipajang di dinding rumah, kayaknya
keren banget tuh ^^V Ato beli moti yang
besar seukuran meja makan ato meja di ruang tamu, terus dilapisin pake kaca,
huaaaa...sukaaaaa..... Someday lah, aku punya. Amin ^^ O, iya...pada akhirnya
peserta dari Kabupaten kami meraih Juara Harapan 1 looo...Senangnyaaa...^^’
BTW, ada kejadian menarik,aku udah bilang kan dari awal kalo
keterampilan ini sangat jarang, jadi kami shock dan girang (apaan sih)
mengetahui ada 2 orang anak SD akan mengikuti perlombaan ini. Nah looo...jago
amat ya, dan dah terbayanglah ternyata ada generasi penerus untuk menganyam
ini.Apalagi pas ditanyakan ke guru dan orang tua yang mendampingi mereka, kalau
dalam pelajaran muatan lokal memang diajarkan menganyam di sekolahnya.
Huaaa...good idea, mengajarkan kesenian dan budaya lokal melalui sekolah.
That’s cool, isn’t it? Anak kecil kan mudah menyerap hal-hal baru di sekitarnya,
kebayang kan kalo dari kecil dah diajarin menganyam gitu, tentunya lebih
gampang dibanding mengajarkan orang tua. Ternyata eh ternyata, sewaktu bahan
perlombaan diadakan, kedua anak tadi mengundurkan diri. Selidik punya selidik
ternyata anyaman yang diajarkan di sekolah adalah anyaman fitrit (hati rotan)
dan itu adalah anyaman yang biasa digunakan dalam pembuatan keranjang atau
furniture, yang tingkas kesulitannya kurang dibandingkan anyaman motif. Rupanya
mereka mendaftar lomba tanpa tahu anyaman motiflah yang harus dibuat. Aduh,
sayang sekali ya... :-( Tapi idenya bagus kan ya, memberikan materi seni dan
budaya lokal ke dalam sekolah, itu keren banget d^^b Semoga hal ini bisa mulai
diperhatikan dan diusulkan ada di sekolah-sekolah.
Kasongan, 23 Mei 2013
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment