Saturday, October 26, 2013

Menjadi Orang Farisi atau Pemungut Cukai?

Ternyata menjadi orang Farisi itu sulit, perhatikan ini:

Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.Lukas 18:12

Orang Farisi ini melakukan segenap kewajibannya sebagai orang beragama,jadi kalo diibaratkan di zaman sekarang,orang Farisi ni hampir identik dengan orang Kristen yang taat beribadah,dia saat teduh setiap hari, berpuasa, memberikan perpuluhan,dll. Bagian yang sulit-sulit ini dilakukan dengan mudah oleh beberapa orang Kristen.

Tapi, tak lupa pula, satu hal yang dilakukan orang Farisi juga dilakukan orang Kristen. Kali ini dengan mudah, tanpa kesulitan sama sekali.

Apakah itu?
Dia membenarkan dirinya sendiri melalui segala perbuatannya. Dia membandingkan dirinya dengan orang lain yang melakukan dosa yang berbeda dengannya,kemudian merasa lebih baik karena tidak melakukannya atau karena dia melakukan hal yang berbeda. Orang lain selalu nampak lebih berdosa di hadapannya. Dia menganggap dirinya lebih baik dibandingkan orang lain.

Aku menjadi orang Farisi juga akhir-akhir ini,aku menyadarinya. Aku memandang orang lain dan membenci dosa yang dilakukannya, membicarakan apa yang dilakukannya,dan berpikir: "Syukurlah,aku gak melakukan apa yang dilakukannya."

Memang sih,aku gak melakukan dosa yang dilakukannya, tapi aku juga gak kurang berdosanya. Apa yang membuatku berpikir demikian? Memangnya dosa tuh ada yang besar dan kecil?
Dosa adalah dosa, gak ada ukurannya!

Sedangkan aku?
Aku mulai mengukur apa yang dilakukan orang lain,dan melihat diriku lebih baik dari orang tersebut.
Bodoh kan?
Bahkan aku gak menyadari kalo itu dosa.

Dosa mencuri tidak lebih buruk daripada dosa membicarakan keburukan orang lain-seperti yang sering aku lakukan akhir-akhir ini #sigh. Sepertinya aku gak bosan membicarakan keburukan si A. Parah.....!! Tidak peduli itu benar sekalipun,aku perlu belajar menahan diri untuk gak menghakimi orang lain. Aku harus berhenti melakukanya. Itu DOSA. Titik. Aku perlu bertobat.

Dosa bukanlah disebut dosa karena orang lain melakukan lebih buruk dari yang kita lakukan.Tapi dosa adalah saat kita gagal dan meleset dari rancangan Allah bagi kita untuk hidup kudus. Bukan standar manusia yang menjadi patokan seseorang melakukan dosa apa gak. Di mata Tuhan, apa yang kulakukan juga dosa, sama seperti dosa yang dilakukan orang lain-yang biasanya kupandang lebih berat itu. Aku lupa betapa seriusnya Tuhan memandang dosa, dosa apapun.

Daripada memandang orang lain dan menjadi orang Farisi yang bersyukur karena gak melakukan dosa mereka,aku lebih baik menjadi si pemungut cukai yang berdoa demikian:
Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Lukas 18:13

Memohon belas kasihan Allah untuk dosa-dosa yang aku lakukan dan berhenti melakukannya,itu yang harus aku lakukan.

Kasongan, 26 Oktober 2013
-Mega Menulis-

No comments:

Karakter di Dunia Kerja

Dari kecil karakter seseorang mulai terbentuk. Kalau sudah dewasa, sulit mengubah karakter seseorang. Jadi kalau kamu berkarakter buruk saat...