Tanggal 31 Juli 2015, kami (baca:aku dan abangku) melihat
Palangka Raya Fair 2015 yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari
Jadi Kota Palangka Raya ke-58 dan perayaan Hari Jadi Pemerintah Kota ke-50 yang
diadakan di Gedung Tambun Bungai Palangka Raya, hari itu adalah hari terakhir
Palangka Raya Fair. Begitu turun dari sepeda motor, kami melangkah ke Stan Bank
Kalteng, sekedar iseng menanyakan tentang kredit usaha dan (niat) mengisi
kuesioner, siapa tahu kami beruntung mendapatkan hadiah, hahaha. Puji Tuhan,
kami sama-sama sering mendapat berkat tak terduga lewat kuis-kuis atau
doorprize serupa \(“,)/
Sesampainya di sana, info tentang kredit kami dapatkan tapi kami kecewa, rupanya kuesioner maupun kuis tebak koin sudah tak ada, sebagai gantinya ada pengundian untuk pengunjung yang menabung di Bank Kalteng, tiap seratus ribu rupiah yang ditabung maka akan mendapatkan 1 kupon yang akan diundi, semakin banyak menabung semakin banyak kupun yang didapat. Aku tidak tertarik. Maklumlah, rekeningku itu hanya untuk gaji masuk saja, begitu gaji masuk, segera saja aku mentransferkannya ke rekeningku yang lain. Bukannya apa, tapi ATM Bank Kalteng susah didapat, selain itu tidak ada layanan SMS banking yang memudahkan tranksaksi, kartu ATMnya pun tidak bisa menjadi kartu debet untuk belanja di supermarket. Alhasil, rekening ini hanya berisi saldo minimal karena setiap gajian aku segera mentransferkan gajiku. Ya sudahlah, kami pergi ke stan lain.
Sesampainya di sana, info tentang kredit kami dapatkan tapi kami kecewa, rupanya kuesioner maupun kuis tebak koin sudah tak ada, sebagai gantinya ada pengundian untuk pengunjung yang menabung di Bank Kalteng, tiap seratus ribu rupiah yang ditabung maka akan mendapatkan 1 kupon yang akan diundi, semakin banyak menabung semakin banyak kupun yang didapat. Aku tidak tertarik. Maklumlah, rekeningku itu hanya untuk gaji masuk saja, begitu gaji masuk, segera saja aku mentransferkannya ke rekeningku yang lain. Bukannya apa, tapi ATM Bank Kalteng susah didapat, selain itu tidak ada layanan SMS banking yang memudahkan tranksaksi, kartu ATMnya pun tidak bisa menjadi kartu debet untuk belanja di supermarket. Alhasil, rekening ini hanya berisi saldo minimal karena setiap gajian aku segera mentransferkan gajiku. Ya sudahlah, kami pergi ke stan lain.
Saat kami berjalan menuju stan lain, tiba-tiba abangku
berkata,”Dek, mau melakukan hal konyol gak?”
“Apa bang?”, aku penasaran.
“Gini, kita tarik uang kita di ATM yang lain lalu kita
tabung di rekening adek di Bank Kalteng, lumayan kan dek kita dapat kuponnya.”,
sahut abangku antusias.
“Hadehhhh….males banget keluar arena pameran Cuma buat ke
ATM dan narik duit, ngapain juga sih segitunya, mana hari panas nian pulak. Iya
kalau dapat, kalau ngga, apa gak beneran konyol nih”, aku berpikir demikian.
“Gimana dek?”, tanya abangku lagi demi melihatku masih
berpikir.
“Boleh juga bang”. Hadehhhh….ngapain aku jawab iya ya,
sepanjang jalan kenangan aku menyesal, harinya panas booooo T_T Tapi ya
sudahlah, nurut gini doang juga gak bikin mati kan, Cuma segini doang ngapain ribut.
Lalu, penyesalanku muncul saat aku melihat nominal yang
diambil abangku dari ATM, ngapain juga pindahin duit sebanyak itu. Hiks. Pengen
berkomentar, tapi sadar komentarku bakal gak ngenakin, I shut my mouth. Sesegera
mungkin menghibur diri,”Ah, uang gak kemana-mana ini kok, di rekeningmu juga kok
Meg. Ya sduahlah.” Hehehehe.
Akhirnya, kami menabungkan uang tersebut.
Kami melanjutkan jalan-jalan kami ke stan-stan yang lain.
Sepanjang jalan kami bercanda dan asyik mengisi kuesioner di stan lain, kami
menikmati jalan-jalan kami. Aku bersyukur gak pakai acara debat kusir
(ngomong-ngomong, kenapa sih disebut debat kusir, kok gak debat pilot atau debat
sopir?#seriusan nanya nih) saat akan menabung tadi, kalau nggak kan suasana
jalan-jalan jadi gak asyik, ada yang ngomel dan ngambek (aku yang gitu :p), aku
bersyukur hari itu mulutku bisa dikekang. Saat asyik melihat-lihat,kira-kira setelah
satu jam kami berjalan-jalan tiba-tiba aku mendapat telepon dari mbak-mbak di
stan Bank Kalteng tadi. “Yes,kami menang”, demikian pikirku begitu si mbak
memperkenalkan dirinya di telepon. Ternyata dugaanku salah T_T Kami tidak
memenangkan undian tersebut, si mbak menelpon untuk memberitahukan kalau
ternyata kami mendapatkan hadiah langsung dari Bank Kalteng karena nominal yang
kami tabungkan memenuhi syarat untuk mendapatkan hadiah langsung. Dengan sok cool aku menjawab,”Kami ambil hadiahnya waktu mau pulang aja mbak.”
*gaya aja, padahal penasaran juga hadiahnya apa*
Sebelum pulang, kami mampir dan taraaa….kami mendapatkan
sebuah kompor gas Rinnai 1 tungku, kira-kira penampakannya seperti ini (aku
bilang kira-kira, karena kami belum buka kardusnya, sayang euy dibuka :p tapi
tipenya sama kayak gini, jadi aku spesial searching di google untuk kepentingan
postingan ini, hahhaha):
Hohohoho. Aku pulang dengan senyum lebar. Puas banget pulang
bawa hadiah ginian, apalagi pas tahu harganya kurang lebih 150 ribu, hahaha ^^V
Gini nih jalan-jalan yang asyik, kagak buang duit eh dapet barang. LOL. Kagak sia-sia
hari itu menahan diri buat gak ngomel dan tunduk sama suami tercinta. Tuhan
kasih hadiah buat penundukkanku-sebuah kompor istimewa \(“,)/ Kalau aku tahu menabung dengan nominal
segitu dapat hadiah, dari awal aku mungkin menabung dengan ringan hati, lah ini…
dengan berat hati aku nabung, dengan berat hati aku tunduk *ngaku*. Aku
bersyukur, bukan hanya karena Dia berikan kami hadiah itu (btw, kami gak dapat
hadiah lagi dari kupon yang diundi,hahahaha), tapi sekarang melihat ke belakang
aku sungguh bersyukur untuk kesempatan yang Dia berikan untukku berlatih menundukkan
diri. Ya iya lah, kalau aku dari awal punya niat nabung sendiri, aku gak akan
belajar tunduk, kan aku nabung karena keinginanku sendiri. Tapi, HE know me so well. Dia berikan
kesempatan dan ternyata aku tidak menyia-nyiakannya ^^
Tunduk sama keinginan suami saat kita punya keinginan yang
berbeda itu gak gampang boooo… SERIUS. Ini perlu dilatih sih. Bagi sebagian
wanita mungkin mudah, sementara bagi yang lainnya sangat sulit. Bagiku sulit.
Aku belajar satu hal lagi, kalau aku gak punya sesuatu yang baik untuk
diucapkan, lebih baik aku diam. Ketimbang mengomentari dengan pedas, aku
belajar menutup mulutku. Bagi abangku saat itu mungkin diam berarti iya,
hahaha, syukurlah…
Sesampainya di rumah, abangku bilang gini,”Makasih ya dek.”
Bingung,”Kenapa bang?”
“Karena adek tadi mau ikutin ide konyol abang, narik duit Cuma
buat nabung gitu, adek gak nentang kekonyolan abang.”
“Owww….Kirain kenapa.” *sok cool, padahal hepi banget karena
abangku nyadar kalo aku aku emang sebenarnya berjuang buat ga nentang”
“Makasih ya dek”, ujar abangku sekali lagi sambil memelukku.
“Sama-sama bang”, sahutku lagi sambil *sensor*
Yuhuuuu….I’m a happy wife \(“,)/
Kasongan, 4 Agustus 2015
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment