Monday, August 10, 2015

Apakah Panggilan Saya?



“Apakah panggilan saya sehingga melaluinya Tuhan paling dimuliakan?”
Pertanyaan tersebut ditanyakan Kak Johan bagi kami dalam salah satu sesi Kelas Berbuah di Kaliurang bertahun-tahun yang lalu. Dalam segala sesuatu yang kita kerjakan, kita dapat memuliakan Tuhan saat kita mengerjakannya karena Dia dan untuk Dia. Kita dapat memuliakanNya saat kita beribadah di gereja, namun kita juga dapat memuliakanNya saat kita memilih mengikuti sebuah acara bersama teman-teman kuliah kita. Pertanyaannya bukan lagi apa yang harus saya kerjakan untuk memuliakan Tuhan tapi di antara pilihan-pilihan ini, yang manakah yang paling memuliakan Tuhan?

Contoh:
Saat dihadapkan pada dua pilihan, bekerja di kantor pemerintah dan melayani sebuah suku terabaikan di pedalaman, mungkin kita bertanya-tanya, manakah yang Tuhan ingin saya kerjakan?
Manakah yang memuliakan Tuhan?
“Tentu saja dong, melayani suku terabaikan”, demikian jawab seseorang. Bagi sebagian besar orang, melayani sebagai misionaris akan memuliakan Tuhan, berbeda dengan pekerjaan kantoran yang sarat pergumulan biasa. Benarkah demikian?
A BIG NO
Setiap pekerjaan dapat memberikan kita kesempatan untuk memuliakan Tuhan.
Seandainya anak-anak TUHAN hanya bekerja di bidang-bidang yang ‘rohani’ saja, lalu siapa yang akan menjangkau mereka yang belum mengenal TUHAN di pemerintahan, atau mereka yang belum mengenal Tuhan di dunia perbankan, atau di dunia pendidikan. TUHAN rindu setiap anakNya memuliakan Dia di setiap tempat yang Dia taruh. Bagi kita yang terpanggil bekerja di kantoran biasa, jangan pernah berpikir kalau pekerjaanmu adalah pekerjaan biasa, pekerjaanmu adalah sarana bagi TUHAN dimuliakan. Siapa bilang menjadi guru TK tidak memuliakan Tuhan? Siapa bilang menjadi ibu rumah tangga tidak memuliakan TUHAN. Segala pekerjaan bisa jadi sarana memuliakan Dia. Tergantung pada sikap hati kita.


Sebuah film lawas berjudul Saving Private Ryan, memberikan gambaran yang mengena sekali. Singkat cerita, ada sebuah tim yang memiliki misi khusus menyelamatkan seorang tentara muda bernama Ryan yang sedang berperang. Saudara-saudara Ryan diketahui telah gugur di medan perang, sehingga orang tuanya sedih sekali sehingga memohon agar anak satu-satunya yang tersisa dipulangkan. Jika sempat tontonlah film ini, bagus banget d^^b. Ryan membawa anak cucunya ke makam penyelamatnya dan berkata (kurang lebih seperti ini), “Kau lihat, aku tidak menyia-nyiakan hidup yang telah kau berikan.” Ryan berhasil diselamatkan namun tim yang bertugas membawanya pulang gugur di medan perang.


Mengapa kita harus mempermuliakan Tuhan?

Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. 2 Korintus 5:15

Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! 1 Korintus 6:20


Demikianlah Kristus juga telah telah mati bagi kita, tapi tidak selesai sampai di situ. Dia mati supaya kita hidup untuk diriNya. Hidup kita adalah bagiNya. Hidup kita adalah bagi kemuliaanNya.

Diselamatkan DARI sangat berbeda dengan diselamatkan UNTUK. Keselamatan bukan hanya agar kita terhindar DARI hukuman kekal, melainkan agar kita hidup UNTUK memancarkan kemuliaan-Nya. (Cat & Dog Theology-Bob Sjogren dan Gerald Robinson)

Bagaimana kita mempermuliakan Tuhan?
Yesus berkata demikian:
Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.Yohanes 17:4
Ia mempermuliakan BAPANya dengan menyelesaikan pekerjaan yang diberikan padaNya.
Kita tahu, Yesus melakukan berbagai mukzizat, kita dapat berkata dengan yakin bahwa seluruh hidupnya memancarkan kemuliaan Allah. Yesus menyembuhkan orang sakit, Ia mengajar banyak orang, Ia membangkitkan orang mati, Ia mengubah air menjadi anggur, Ia mati di kayu salib menebus dosa kita, de el el, de es be. Tapi sesungguhnya, pekerjaan apa sih yang diberikan padaNya? Cekidot!

Suatu kali, pagi-pagi sekali, murid-murid mencari Yesus dan menyampaikan bahwa betapa banyak orang mencari Yesus (Markus 1:35-39), tapi apa yang terjadi? Simak ini!
 waktu menemukan Dia mereka berkata: "Semua orang mencari Engkau." Jawab-Nya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." Markus 1:37-38
Yesus tahu untuk apa Dia ada di dunia ini.
Dia tahu apa yang menjadi panggilanNya.
Bagaimana dengan kita, bagaimana kita mengetahui panggilan kita masing-masing?
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Efesus 2:10

Satu-satunya cara mengetahui panggilan kita adalah dengan bertanya kepada pencipta kita. Sebagaimana suatu benda diciptakan dengan tujuan tertentu, demikian juga kita. TUHAN menciptakan kita untuk tujuan tertentu. Sebuah pisau dapur (mungkin) dapat saja menebang sebuah pohon, tentunya dengan usaha keras bertahun-tahun, tapi apakah efektif menggunakan pisau dapur untuk menebang sebuah pohon? Kita tahu jawabannya tidak. Demikian pula, sebuah gergaji dapat digunakan memotong sayuran dan daging (dengan susah payah), tapi apakah efektif? Rancangan Allah bagi setiap masing-masing kita sangat unik, panggilanNya bagi kita sudah disesuaikan dengan karuniaNya bagi masing-masing kita, kemampuan dan bakat yang diberikanNya, hobi kita, kesukaan kita. HE KNOWS US SO WELL. Dia mengenal kita lebih dari kita mengenali diri kita sendiri. Jangan ragu untuk bertanya padaNya dan menggumuli panggilan pribadi kita. Setiap kita memang dipanggil dari semula untuk menjadi serupa dengan Kristus dan memuliakan ALLAH kita dengan cara yang paling memuliakanNya. Hanya saat kita hidup sesuai dengan tujuan-Nya maka kita memenuhi rancanganNya secara maksimal. Mengerjakan hal lain yang bukan diperuntukkan bagi kita tidak mendatangkan kemuliaan maksimal bagi Tuhan.

Kita kehilangan hak untuk menentukan visi kita sendiri. Pada saat yang sama kita juga tidak berhak untuk hidup tanpa visi. Pikirkan ini: Jika Allah memiliki visi mengenai apa yang harus Anda lakukan dengan jatah tahun-tahun Anda, Anda sebaiknya masuk di dalamnya. Alangkah tragisnya jika kita melewatkan hal itu.(Visioneering-Andy Stanley)

Jika kita dihadapkan pada pilihan yang ada, bertanyalah pada TUHAN, “Dimanakah Dia paling dimuliakan?”


Kasongan, 10 Agustus 2015
-Mega Menulis-

No comments: