Atomic
Habits oleh James Clear
Bab
1
Pada tahun 2003 British Cycling (organisasi cabang olahraga sepeda Britania Raya) merekrut Brailsford sebagai direktur. Brailsford berkomitmen dan melakukan perbaikan 1% saja secara terus-menerus di berbagai bagian. Tenyata dampaknya sangat besar. Lima tahun kemudian mereka mendominasi pada olimpiade 2008 di Beijing dan dalam rentang 10 tahun mereka menorehkan berbagai prestasi tingkat dunia.
Perbaikan 1% sesuatu yang tidak terlalu terasa-kadang malah tak terlihat, padahal perbaikan itu akan sangat terasa maknanya dalam jangka panjang.
Waktu
awal membaca aku berpikir,masa sih 1% saja bisa membuat perubahan besar. Tapi
membayangkan perbaikan 1% dilakukan bertahun-tahun itu jadi masuk akal sih. Jadi
ingat istilah yang aku dengar waktu kuliah : Kaizen. Kaizen dalam bahasa Jepang
berarti perbaikan cepat secara terus menerus untuk menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Ini dilakukan di bidang bisnis dan industri. Masalahnya kalau
berbicara membangun kebiasaan tidak ada kata instant, semua butuh proses. Dan
kebiasaan memang tidak dibangun secara cepat, lebih baik lambat namun pasti
dan menetap. Daripada sesaat lalu menghilang.
Waktu akan melipatgandakan apa yang kita masukkan. Kebiasaan baik menjadikan waktu sahabat anda , kebiasaan buruk menjadikan waktu musuh anda. Agar mendapatkan perubahan bermakna, kebiasaan perlu dipertahankan cukup lama.
Perlu komitmen jika ingin menjadikan suatu tindakan sebagai kebiasaan. Melakukan satu atau dua kali, bahkan tiga kali tidak cukup. Otak kita melakukan secara otomatis sesuatu setelah pengulangan berkali-kali. Jadi kebiasaan yang kita miliki sekarang, baik atau buruk, adalah hasil repetisi bertahun-tahun. Adalah tidak realistis bertahun-tahun tidak pernah berolahraga lalu setelab berolahraga dua minggu berharap langsung punya kebiasaan berolahraga yang menetap. Sama tidak realistisnya dengan berdiet dua minggu lalu berharap berat badan berkurang drastis (ingat, tumpukan lemak itu hasil kerja tahunan).
Lupakan
sasaran, fokus pada sistem. Sediakan waktu yang cukup untuk merancang sistem.
Sasaran itu baik untuk menetapkan arah, tapi sistem adalah yang terbaik untuk
mendapatkan kemajuan.
Jika
dikaitkan dengan kebiasaan buruk anak kami menunda waktu buang air kecilnya,awalnya
aku merasa itu karena dia tidak mendengarkan perkataan kami dan mengabaikan
teguran kami. Mulut sudah berbusa tapi dia terus mengulangi kebiasaan buruknya,
menunda dan menunda. Kami kesal dan dia pun tidak bisa berbuat apa-apa.
Menyadari kalau kekuatan kehendaknya masih lemah, kami mengingatkan dengan
menggunakan alarm. Dan berhasil! Rupanya selama ini sistem ‘ngomel’ kami
mencerewetinya yang salah. Sistem yang dirancang sekarang lebih mudah bagi dia
dan energi gak terkuras ke sana. Leganya. Buat sistem yang mudah dipahami dan
dilakukan anak. Begitu juga untuk diri sendiri yang ingin membangun kebiasaan
baru, buat sistem yang mudah, pikirkan kendala dan bagaimana mengatasinya. Jika perlu revisi sistem berkali-kali hingga mudah dilakukan dan realistis.
Masalah
yang terjadi jika terlalu memikirkan sasaran:
1.
Pemenang dan pecundang memiliki sasaran yang sama
Sasaran
selalu ada, baru ketika menerapkan sistem dengan perbaikan secara terus-menerus
akan terlihat hasil.
2.
Meraih sasaran hanya perubahan sesaat
Meraih
sasaran hanya mengubah hidup untuk sesaat. Itu kontraintuitif dengan
perubahan.Ubah sistem maka hasil akan berubah.
3.
Sasaran membatasi kebahagiaan anda
Ketika
anda jatuh cinta pada proses, anda akan merasa puas kapanpun sistem berjalan.
4.
Sasaran tidak bersesuaian dengan kemajuan jangka panjang.
Membangun
sistem akan menghasilkan perbaikan tiada akhir. Ini memerlukan komitmen pada
proses.
Jika
sulit mengubah kebiasaan, masalah ada pada sistem. Kebiasaan berulang karena
sistem yang keliru. Fokus pada sistem keseluruhan.
Sekarang
untuk mengubah kebiasaan atau melakukan kebiasaan baru, aku harus merencanakan
dengan seksama dan jelas apa yang akan aku lakukan, membuatnya mudah dilakukan,
dapat diukur dan mulai dari hal yang kecil. Buat sistem yang mudah dilakukan
dan membumi, jangan membuat sistem yang tidak mungkin dilakukan. Aku teringat
kutipan yang sering diperdengarkan selama diklat perencana: Gagal merencanakan
sama dengan merencanakan kegagalan. Kalau boleh aku menambahkan, apalagi tidak
merencanakan.
Palangka Raya, 8 Maret 2021
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment