Menurut Charlotte Mason, kebiasaan-kebiasaan baik perlu dilatihkan ke anak karena akan menjadi pondasi penting dalam mendidik anak. Pondasi adalah bagian terpenting dalam membangun sebuah bangunan, jika pondasinya tidak kuat maka bangunan akan mudah ambruk. Membangun pondasi memang lama, tapi begitu pondasi kuat, akan mudah menambah tinggi bangunan. Mengajarkan banyak hal kepada anak yang belum memiliki karakter terpuji sangat sulit. Salah satu kebiasaan baik yang harus dilatih pertama kali kepada anak-anak adalah Habit of Obedience atau Kebiasaan Taat. Anak yang memiliki habit ini telah terbiasa taat. Taat yang bagaimana? Taat pada hati nurani (apa yang benar), hukum (hukum alam, masyarakat, dll) dan perintah Tuhan. CM mengumpamakan kehidupan yang tidak menaati hal tersebut seperti planet yang keluar dari orbitnya. Manusia bukanlah pusat dari tata surya, tapi Allah adalah pusat dari kehidupan kita sehingga tidak seharusnya manusia melawan penciptaNya. Orang tua dan anak sama-sama harus menaati Allah. Tapi sebagai perwakilan dari Tuhan, orang tua memiliki otoritas atas anaknya. Orang tua tidak boleh membiarkan anak berlaku seenaknya. Sebagai pribadi, seorang anak memiliki potensi menjadi baik atau buruk. Sayang sekali kehendaknya masih lemah sehingga di sinilah peran orang tua untuk melatihkan kebiasaan-kebiasaan baik, terutama ketaatan. Ketaatan tanpa kata nanti harus dilatih sejak bayi. Tugas yang nampaknya sulit karena orang tua sering kali tidak percaya dalam hatinya kalau anak akan taat dan ini diketahui anak entah bagaimana caranya. Orang tua perlu merubah mindsetnya dan menunjukkan otoritasnya. Anak harus terus dilatih terbiasa taat,suka atau tidak suka. Orang tua harus percaya diri, yakinlah anak bisa taat tanpa kata nanti.
PERTANYAAN
1. Menurut Charlotte Mason, bolehkah orangtua menyuruh anak
melakukan yang anak tidak suka lakukan? Mengapa?
Boleh. Karena anak belum punya memiliki pengertian tentang
apa yang benar dan belum memiliki kehendak yang kuat untuk melakukan apa yang
benar. Anak perlu terus dilatih untuk melakukan hal yang benar sekalipun dia
tidak menyukainya. Bukan sembarang taat, tapi taat pada hati nurani (apa yang
benar), hukum (hukum alam, masyarakat, dll) dan perintah Tuhan.
2. Menurut Charlotte Mason, apakah orangtua dan anak itu
setara? Mengapa?
Tidak. Orang tua dan anak tidak setara karena orang tua
adalah wakil Tuhan yang memiliki otoritas atas anak. Bukan berarti orang tua
otoriter dan asal ditaati, tapi orang tua dan anak sama-sama taat pada Tuhan.
Entah anak mau atau tidak, setuju atau tidak, orang tua tetap harus memastikan
anak menaati Tuhan yang memegang otoritas tertinggi.
3. Apakah anda setuju dengan sikap Charlotte Mason di atas?
Mengapa?
Setuju. Orang tua adalah orang yang dipercayakan Tuhan seorang
anak, sehingga orang tua lah yang bertanggung jawab dan memiliki wewenang untuk
memastikan anak mau menaati hukum dan kebenaran dengan penuh kesadaran. Orang
tua tidak boleh membiarkan anak berbuat semaunya.
4. Seberapa terlatih anak-anakmu saat ini dalam habit of
obedience? Apa yang menyebabkan habit of obedience mereka menjadi seperti
sekarang ini?
Anak-anak saya belum taat sepenuhnya, mereka taat kalau
mereka suka. Harus berkali-kali Pernah kami ajarkan dan bercerita tentang
ketaatan, tapi belum melatih mereka untuk taat secara konsisten. Ada beberapa
cerita Alkitab yang kami bacakan dan pernah kami bertanya, si A (tokoh Alkitab)
ini obey atau ngga? Dan mereka bisa
menjawab. Pernah juga kami bertanya, kalau Papa/Mama meminta melakukan ini itu
dan kalian melakukan berarti obey/ngga, ya, mereka bisa menjawab. Untuk
praktiknya masih belum. Benar-benar mereka hanya melakukan sesuka mereka. Kalau
pas mood dilakukan, kalau ngga ya lewat.
Pertanyaan :
1.
Bagaimana caranya memenangkan hati
seorang anak atau mendapat respect
dari anak?
Yang paling sederhana adalah: kalau sudah memberi perintah, selalu memastikan bahwa perintah itu dilaksanakan.
2. Bagaimana
caranya melatih ketaatan pada anak tanpa mengancam/memaksa/galak?
Itu yang akan dipelajari selama pelatihan ini. Teorinya diberikan
sepanjang minggu ini, kemudian bisa dialami langsung pada saat sesi
pendampingan praktik nanti.
3. Kalau di
rumah anak lebih taat pada salah satu orang tua, apa yang harus dilakukan?
Orangtua yang ditaati harus menularkan ilmu HoOnya pada orangtua yang kurang ditaati. Jangan menerima lemparan tanggung jawab
menegakkan aturan dari pasangan dengan alasan dia tidak sanggup
menegakkan perintah. Sebaliknya, backup pasangan tersebut saat
memberikan perintah, sehingga anak taat pada perintahnya
4. Terkadang sepertinya anak menguji kesabaran orang tua,
harus diminta berkali-kali untuk melakukan sesuatu, larangan berkali-kali
dilanggar. Benar-benar memancing emosi. Apa yang harus dilakukan kalau anak
seperti ini?
Bukan anak yang menguji kesabaran orangtua, itu orangtuanya yang tidak
tegas. Anak pada dasarnya siap untuk taat. Kalau dia sampai berlambat-lambat berarti selama ini memang orangtuanya tidak melatihnya dengan
tepat. Anak hanya memantulkan balik apa yang dipancarkan orangtua.
5. Bagaimana
bila anak kedapatan tidak taat berkali-kali, apakah yang harus dilakukan orang tua?
Jangan mengulangi perintah berkali‐kali, cukup sampaikan sekali dengan
kondisi anak dipastikan mendengar, lalu langsung dikawal untuk
dilakukan.
6. Bagaimana
memastikan anak taat bahkan jika tidak ada orang tua?
Anak tetap taat pada aturan tanpa ada lagi yang mengawasi, ini prestasi
tertinggi HT, hanya akan dicapai kalau orangtua melaksanakan proses HT
secara teratur, berencana, bertujuan, sampai kebiasaan itu mapan
menjadi bagian dari identitas anak.
Palangka Raya, 3 Maret 2021
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment