Kebiasaan adalah perilaku yang telah diulang dengan frekuensi cukup untuk menjadi otomatis.
Kita
semua tahu kalau apa yang sering kita lakukan akan menjadi kebiasaan.
Pertanyaannya adalah seberapa banyak ‘cukup’ itu? Tidak ada angka yang pasti,
setiap orang sudah pasti berbeda-beda. Bab ini tidak membahas angka berapa kali
pengulangan perlu dilakukan, tetapi bagaimana caranya menjadikan suatu tindakan
menjadi kebiasaan. Saat kita tahu bagaimana caranya dan mulai melakukannya maka
akan memudahkan kita menciptakan kebiasaan baru.
Ketika kebiasaan terbentuk, tingkat
aktivitas dalam otak berkurang. Kebiasaan tidak membatasi kebebasan, kebiasaan
justru menciptakannya. Membangun kebiasaan pada masa sekarang memungkinkan anda
melakukan lebih banyak hal yang anda inginkan di masa mendatang.
Pengen
rasanya kasih highlight pada kalimat : Ketika kebiasaan terbentuk. Menyenangkan
membayangkan kebiasaan terbentuk, tidak perlu lagi memaksa diri melakukan
sesuatu atau berpikir bagaimana,tidak perlu mengingatkan, tidak perlu gagal,
tahu-tahu otomatis saja sudah dilakukan. Kalau belum terbentuk memang perlu
kerja keras di awal. Ini suami sudah hampir emosi karena Sf berkali-kali bak
dan bab di celana, apalagi suami orangnya memang pembersih dan rapi, tidak
seperti saya yang gak seresik suami.
Perlu lebih sering mengingatkan suami kalau kekuatan kehendak anak masih lemah,
dan dia sebenarnya mau kok menaati apa yang kita katakan. Jadi perlu lebih
sabar mengawal pembentukan kebiasaan baru. Proses melatihkan kebiasaan anak
juga melatih kami sebagai orang tua. Kami harus lebih memperhatikan sinyal anak
yang ingin bak dan bab, harusnya ada perbedaan ekspresi kan? Selama ini saya
pribadi lalai memperhatikannya karena keenakan anak memakai popok. Lalu, kalau
saat ini suami harus mendisiplin emosinya, saya juga perlu mendisiplin diri
untuk berusaha lebih memahami suami. Terkadang kesal rasanya, kok gak bisa
sabar ke anak yang kekuatan kehendaknya masih lemah. Mau rasanya menyerah
karena berpikir,”Ah, si Sr gak secepat ini toilet training juga bisa aja kok
akhirnya”. Memang bisa sih dia lepas popok, tapi dia sekarang suka menunda ke
toilet, mungkin karena kami tidak mendisiplinnya sejak usia dini. Saya
berandai-andai, jika dulu kami lebih serius membangun kebiasaan pada Sr mungkin
sekarang dia tidak perlu lagi diingatkan ke toilet. Sekarang kami masih harus
berurusan dengan kebiasaan ini pada Sr.
Kebiasaan berkembang melalui 4 tahap
dengan urutan yang sama :
1. Cue (petunjuk) - Memicu otak untuk
memulai perilaku. Petunjuk adalah indikator pertama yang dekat dan ganjaran
untuk membangkitkan gairah.
2. Craving (gairah) - Gairah adalah
alasan/motivasi untuk berubah. Seringkali yang digairahkan bukan kebiasaan itu
sendiri melainkan situasi yang diberikannya.
3. Response (tanggapan) - Tanggapan
adalah kebiasaan yang anda wujudkan. Menariknya, tanggapan bergantung pada
kemampuan anda. Kebiasaan terjadi hanya jika anda mampu melakukannya.
4. Reward (ganjaran) - Ganjaran adalah
sasaran akhir setiap kebiasaan. Tujuan ganjaran adalah memuaskan gairan anda
dan mengajarkan kepada kita aksi-aksi mana yang patut diingat untuk masa
mendatang.
Bagaimana menciptakan sesuatu
kebiasaan?
Pikirkan :
Bagaimana menjadikannya terlihat?
(petunjuk)
Bagaimana menjadikannya menarik? (gairah)
Bagaimana menjadikannya mudah?
(tanggapan)
Bagaimana menjadikannya memuaskan?
(ganjaran)
Ini panduan yang sederhana untuk menjadikan
sesuatu tindakan. Sama dengan materi habit training. Untuk memulai kebiasaan
memang tidak sesederhana dilakukan saja karena kebiasaan terjadi
hanya jika anda mampu melakukannya. Dan bagaimana saya akan melakukannya jika saya
tidak punya sistem yang memudahkan saya melakukannya? Bagaimana saya akan
melakukannya jika kebiasaan tersebut tidak menarik? Bagaimana saya melakukannya
kalau saya gak mendapatkan ganjaran. Apalagi kaitannya dengan membentuk
kebiasaan pada anak, perlu petunjuk yang jelas bagi mereka untuk mengaktifkan
respon mereka dan membuat mereka terus bersemangat melakukannya hingga jadi
kebiasaan.
No comments:
Post a Comment