Gak semua anak punya privilige untuk beli buku. Tapi anak bisa punya akses ke buku kalau ortunya mau mengenalkan buku ke anak. Serius. Aku anak itu. Orang tuaku jarang banget membelikan kami buku. Sesekali mereka membeli Majalah Bobo. Buku anak? Nggak. Bukan gak punya uang. Punya. Tapi bukan prioritas mereka membeli buku bacaan untuk kami. Nah, puji Tuhannya, mereka memberikan kami anak-anaknya akses ke buku dengan cara lain. Kami diantar ke tempat penyewaan buku setiap hari Sabtu atau hari libur atau ke perpustakaan daerah. Serasa ke surga kalau sudah ke book rental. Ketemu komik, novel, ah....masa kecilku sungguh indah. Begitu dewasa dan bekerja aku mulai membeli buku-buku yang aku sukai. Sempat terpikir untuk mencari buku-buku lama yang pernah aku baca untuk dikoleksi. Tapi ternyata tidak dicetak ulang. Kalau pun ada yang dicetak ulang, untuk mengoleksinya membutuhkan biaya besar. Ya sudahlah, kulepaskan keinginan itu. Sekarang aku membeli buku-buku untu...
Dari kecil karakter seseorang mulai terbentuk. Kalau sudah dewasa, sulit mengubah karakter seseorang. Jadi kalau kamu berkarakter buruk saat dewasa kemungkinan tidak akan ada yang menegurmu. Kenapa? 1. Orang yang ditegur kemungkinan besar gak terima dan tersinggung. Lalu mencari alasan, ngambek, merajuk. 2. Kalau pun dia terima, untuk berubah sangatlah sulit. Jadi yang akan menegur pun merasa percuma menegur. Ingat, karakter dibentuk bertahun-tahun. Mengubahnya pun butuh tahunan. Hal yang sama berlaku jika bos punya karakter buruk. Dia akan sulit berubah lo. Karyawan hanya bisa menerima atau bertahan (bila gajinya bagus). Bos mana yang tahan menunggu karyawannya berubah? Atau karyawan mana yang berani menegur bosnya? Kalau bos punya karyawan berkarakter buruk mungkin dia akan mempertahankan karyawan jika butuh sekali. Kalau ngga? Ya diberhentikan. Lah kalau baru melamar pekerjaan sudah kelihatan karakternya buruk? Ya gak bakal diterimalah, sesimple itu. Masalah ...
Mah, kok liburannya cuma sebentar? Aku langsung yang : Hah? Ini dah lama (menurutku), dah keluar duit banyak malah dibilang sebentar. Ih ga tau bersyukur banget sih ni anak. Begitu pikirku. Filipi 4:8 (TB) Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Saat teringat ayat ini aku mulai berganti sudut pandang. Anakku bukannya tidak bersyukur tapi saking bahagia dan senangnya maka waktu terasa begitu cepat berlalu baginya. Bukankah kita juga sering mengalami hal yang sama? Aku harus melatih pikiranku untuk memikirkan apa yang ada di Filipi 4:8 supaya terbiasa. Palangka Raya, 26 Juni 2025 -Mega Menulis-
Comments