Tuesday, September 1, 2015

Mengatur Keuangan (Lagi)



Rupanya postinganku yang ini  mendapat tanggapan dari salah seorang adek tingkatku. Dan aku terinspirasi untuk (lagi-lagi) membahas yang namanya uang. Salah satu buku yang cukup mempengaruhi bagaimana aku mengatur keuangan adalah sebuah buku karangan Ligwina Hananto yang pernah aku tuliskan reviewnya di sini 


Aku belajar dan mempraktekkan beberapa hal dari buku tersebut. Aku akan share beberapa saat ini (yang teringat), sedangkan yang lain di lain waktu. Salah satu hal yang sebelumnya tidak terpikirkan saat aku merencanakan keuangan ternyata kita perlu terlebih dahulu menetapkan hal ini:
TUJUANMU APA?
Setelah kita menetapkan tujuan, pertanyaan-pertanyaan lain akan muncul:
Misal, kita punya tujuan mengumpulkan uang untuk biaya menikah.
Pertanyaan berikutnya yang berkaitan dengan keuangan:
-Kapan (rencana menikah tahun depan dan menikah 10 tahun lagi tentu akan berbeda dalam hal pembiayaan maupun bagaimana cara mengumpulkan uang tersebut)
-Berapa biayanya (seratus juta mungkin cukup jika menikah tahun depan, tapi apakah 10 tahun lagi biaya tersebut cukup, huaaa…belum tentu)
-Bagaimana (bagaimana kita mengumpulkan uang jika akan menikah tahun depan,misal menabung 10 juta selama 12 bulan-20 jutanya untuk biaya terduga, atauuuu…menginvestasikan 100 juta saat ini pada instrumen investasi terpilih-kalau memang sudah punya uang cash, jika ingin menikah 10 tahun lagi)
-Dimana (instrument investasi mana yang akan digunakan, tabungankah, reksadanakah, depositokah, surat berhargakah, emaskah, tanah, atau apa, tentunya semua bergantung pada TUJUAN keuangan kita apa).
-SIAPA (#eh# ya iya laaaa…kalo yang bakal nikah dengan kita pangeran or putri yang tajir dari kerajaan mana yang duitnya gak habis tujuh turunan, maybe gak perlu lah ya mikir biaya sampe segitunya, gkgkgkgkgk *OKE, ABAIKAN SAJA INI :p*)
So, ngerti kan sekarang kenapa penting untuk tahu TUJUAN KEUANGAN kita apa.

Trus, hal yang gak bisa kita abaikan adalah INFLASI.
Kenapa?
Karena inflasi akan membuat nilai uang semakin menurun, daya beli kita akan semakin menurun. Kalo mau jelasnya definisi inflasi, monggo searching di google deh, hehehe. Tapi kalo buat aku gampangnya gini deh buat ngerti dampak inflasi, zaman aku SD, aku ingat banget harga coklat SILVER QUEEN waktu itu Rp.1300,- sekarang? Terakhir aku lihat Rp.15.000an. Bujubunengggg…yah, gitulah kira-kira akibat inflasi.
Trus yaaa… akhirnya aku mulai berinvestasi di berbagai instrument investasi (tsahhhh…bahasanya ngeri ya) :p Kenapa gak fokus di satu instrumen saja?

1. Tujuan keuangan tiap orang beda
Yep. Balik ke sini lagi.Setiap instrumen punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tujuan keuangan kita akan menentukan, instrument mana yang lebih cocok. Misalkan,kita tahu dana anak masuk SD X sekarang 5 juta, sedangkan anak kita baru masuk SD 6 tahun lagi. Kita punya neh duit 5 juta sekarang. Nah….kalo yang 5 juta ini ditabung, kira-kira 6 tahun lagi aman dong karena kita dah punya 5 juta tadi. NO. Kalau kita hanya menabung 5 juta tersebut tanpa menambah tabungan, kemungkinan besar biaya yang kita siapkan tersebut akan kurang, karena bisa dipastikan biaya masuk SD tersebut sudah berubah. Lagi pula, 5 juta tadi akan berkurang nominalnya karena terpotong biaya administrasi. Karenanya, kita perlu melakukan hal lain agar rencana awal tetap terwujud.
 2. Jangan menyimpan semua telur dalam satu keranjang
Bahaya, kalo tu keranjang jatuh,pecah semua dah telurnya. LOL. Intinya membagi resiko sih. Misal, kita berinvestasi di emas untuk biaya anak masuk SD tadi, lalu untuk dana darurat pun kita berinvestasi di emas, dana kesehatan juga, lalu…amit-amit nih, emas yang kita simpan itu dicuri semua. Nangis kan? Ngeri kan? Contohnya rodo ekstrim ya. Maklum, bingung cari contoh, gkgkgkgk.

Lalu, kamu berinvestasi dengan instrumen apa Meg?
Macam-macam sih, emas, tabungan, tanah, reksadana.
Sesuai dengan tujuan laaaa…
Postingan berikutnya, aku akan share instrumen investasi yang aku gunakan, kenapa, kelebihan dan kekurangannya. Well, sekali lagi, tujuan keuangan setiap orang beda, gajinya beda pulak, sikon beda, persembahan kasih kita beda, komitmen kita beda, utangnya beda, jumlah anggota keluarga yang dihidupi beda, rencana-rencana kita beda, dll masih banyak perbedaan kita. Mari kita berhikmat dalam mengatur keuangan pribadi maupun keluarga. Mari kita belajar lebih bertanggung jawab dengan apa yang telah TUAN kita percayakan. Ya, Allah sungguh kaya dan mampu mencukupi keperluan kita. Tapi jangan lupa, Dia juga berikan kita hikmat untuk menimbang mana yang baik, mana yang mempermuliakan Dia. Saat kita menghambur-hamburkan apa yang Dia berikan, kita menjadi penatalayan yang tidak bertanggung jawab.

Kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Bagaimana jika kita juga dipanggil memberikan berkat keuangan bagi orang lain, bagi pelayanan, bagi misi yang Tuhan inginkan? Sudahkah kita siap? Aku pernah berencana mengikuti sebuah mission trip, ada dorongan yang kuat untuk aku mengikutinya, lalu aku berencana mengikutinya beberapa bulan sebelum tanggal keberangkatan, mission trip ini tentu saja membutuhkan biaya. Bagi orang lain mungkin itu nilai yang kecil, tapi buatku, biayanya sangat besar. Dengan gajiku sebulan tentu saja aku tidak sanggup, jika aku beralasan tidak punya uang lalu tidak berangkat, sah-sah saja kan? Tapi, karena aku berkomitmen, aku menyusun rencana, berapa yang aku simpan tiap bulannya sebelum tanggal keberangkatan. Dan aku berangkat \(“,)/ Penting banget merencanakan keuangan kita. Dan lagi, akan jadi kesaksian yang hebat jika kita bertanggung jawab dan menjadi penatalayan yang baik atas setiap apa yang Tuhan percayakan pada kita.

Kasongan, 1 September 2015
-Mega Menulis-


2 comments:

Echa said...

Ini knp form disqusnya g ada?
Cieee yg rajin atur duit ...batak kalipun hahaha... Emg hrs sih. Gw investasi cm saham, sisany warisan hhahaha
Iyah gw stuju dgn inflasi, uang jgn diendepin...aduh gw yg blm nikah aj ud kpikiran biaya kuliah anaak! Loool

Mega said...

Ngemeng-biaya kuliah anak, daku baru-baru denger tanteku cerita, anaknya kuliah tahun 2013 masuk di universitas swasta, u know per sks-nya berapa? 300 ribu boooo. Zamanku dulu masuk kul tahun 2002, per sks 30 ribu, 11 tahun dan 10 kali lipat lo naeknya, aje gileeee. Fiuhhh...