2 Petrus 2:14 (TB) Mata mereka penuh nafsu zinah dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka memikat orang-orang yang lemah. Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang yang terkutuk!
Hati mereka terlatih dalam KESERAKAHAN.
Baca kalimat ini aku melihat hatiku, bagaimana dengan hatiku? Apakah terlatih dengan keserakahan atau terlatih untuk bermurah hati? Ciri-ciri orang yang serakah adalah:
- tidak pernah bersyukur dengan apa yang dimilikinya, ia tidak puas dengan apa yang ada padanya sehingga selalu menginginkan lebih banyak dari apa yang ada padanya saat ini.
- melakukan segala cara, tidak peduli benar ataupun salah untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
- susah/ sulit memberi dan bermurah hati pada orang lain karena hanya memikirkan diri sendiri.
Apakah aku orang yang serakah?
Ya. Harus aku akui kalau aku seringkali hanya memikirkan kebutuhan sendiri dan gak memikirkan orang lain. Baru kejadian nih, sepupu suami yang berusia hanya beda setahun dengan suami meninggal. Dia meninggalkan seorang istri yang tidak bekerja dan anak berusia kurang lebih 4 tahun. Pada waktu berdiskusi dengan suami mengenai jumlah uang duka, suami mengucapkan sejumlah nilai yang aku anggap besar kalau dibandingkan dengan apa yang kami miliki. Aku pikir, kami punya banyak kebutuhan sebentar lagi (tuh, mulai kan mikirin diri sendiri),gak salah nih suami. Tapi puji Tuhan, aku gak langsung ngomong gitu, aku minta waktu buat mikir. Aku mulai berhitung. Dan saat aku mulai berhitung, aku membayangkan bagaimana kalau aku yang mengalami apa yang dialami istri sepupu suami itu. Duh, hancur hatiku.
Lalu aku bilang ke suami : Rasanya pengen ya kasih lebih banyak dari yang kamu bilang, tapi keperluan kita banyak Bang, gimana ya?
Suami malah ngomong gini:Ya udah, tambah aja ya, kita kasih segini (dia sebut nominal yang bertambah.
Nah lho, gimana gak tambah pening aku 😵
Aku makin sedih ngebayangin uang segitu diberikan, parah ya. Lalu aku ditegur hatiku sendiri, ini aku niat ga sih pengen ngasih lebih, atau lip service doang. Terus teringat dong, blessing yang Tuhan berikan buat kami, gimana Dia pelihara kami waktu kekurangan. Bilangnya mau percaya sama Tuhan dan menyerahkan kekuatiran sama Tuhan yang memelihara, tapi kok gini ya akunya? Aku bersikap seperti orang yang gak percaya Tuhan. Akhirnya, aku iyakan nominal terakhir yang dibilang suami.
Dan aku sadar sekarang, orang yang serakah SEBENARNYA gak mempercayai kalau Tuhan sanggup memenuhi segala keperluanNya sehingga dia merasa harus terus mendapat lebih dan menahan semua yang dimilikinya. Kalau gak mau terlatih dalam keserakahan berarti aku harus terlatih bermurah hati. Aku mau bermurah hati karena Tuhan sudah terlebih dulu bermurah hati.
Amsal 28:25 (BIMK) Mementingkan diri sendiri menimbulkan pertengkaran; engkau lebih beruntung apabila percaya kepada TUHAN.
Amsal 28:25 (TB) Orang yang loba, menimbulkan pertengkaran, tetapi siapa percaya kepada TUHAN, diberi kelimpahan.
Masih nyambung dengan rhema di 2 Petrus 2 dan sharing di atas tadi. Aku membayangkan kalau saat berdiskusi dengan suami aku hanya mikirin diri sendiri dan gak mau mendengarkan suami karena keserakahanku, bisa jadi benar-benar deh ayat ini tergenapi. Ntar aku dan suami malah bertengkar kan?
Aku bersyukur diingatkan untuk mempercayai Tuhan. Aku percaya Dia akan berikan kelimpahan. Bukan kelimpahan materi untuk mengganti yang kami berikan, tapi aku percaya Dia beri kami hati yang melimpah dengan ucapan syukur sehingga bisa memberi lebih lagi karena kasih karuniaNya.
Palangka Raya, 28 Maret 2018
-Mega Menulis-