Bacaan: Matius 26:6-13, Markus 14:3-9, Yohanes 12:1-8
“Ngapain sih dia beli barang seperti itu? Mendingan dia beli merek ini…”
“Kenapa sih dia melakukan perbuatan sebodoh itu? Harusnya begini…”
“Buat apa sih jalan-jalan melulu? Kan lebih baik uangnya ditabung.”
"Untuk apa pemborosan ini? Kalau minyak itu dijual kan bisa diberikan kepada orang miskin.”
Terdengar familiar? Tidak hanya di zaman Yesus, di zaman sekarang pun masih sering terdengar komentar demikian tentang apa yang dilakukan orang lain. Seolah-olah apa yang dilakukan orang lain gak benar, hanya diri sendiri yang benar. Yesus tidak menginginkan muridnya bersikap julid seperti ini kepada orang lain, bahkan Ia mengkritisi sikap tersebut. Kita bisa lihat contohnya di Alkitab, ketika Tuhan membela seorang wanita yang mengurapi-Nya dari komentar orang-orang. Sebenarnya apa sih yang dilakukan wanita tersebut sehingga Yesus membelanya?
1. Wanita itu melakukan hal yang baik
Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku.
(Matius 26:10)
Wanita yang mengurapi Yesus itu melakukan hal yang baik, tetapi mengapa tanggapan orang lain bukannya turut senang, malahan diprotes? Tidakkah seharusnya orang lain ikut senang saat melihat orang lain melakukan yang baik? Kalau hati kita tidak senang melihat seseorang berbuat baik, ada yang salah dengan diri kita. Ada yang salah dengan hati kita. Cek dan ricek lagi deh, kalau ada kebencian segera dibuang sebelum membawa kita ke dalam dosa.
Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. (Efesus 4:31-32)
Jika yang terjadi adalah kita selalu merasa dapat melakukan yang lebih baik daripada orang lain sehingga tidak suka melihat perbuatan baik orang lain, berarti ada kesombongan yang harus dihancurkan.
Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; (Amsal 3:7)
Saat seseorang memiliki kesombongan maka dia akan selalu merasa dirinya yang paling benar, keputusan-keputusannya yang paling tepat, pemikirannya yang lebih baik. Sulit baginya membuka hati dan menerima saat orang lain melakukan hal yang berbeda dari yang diinginkannya. Ini berbahaya. Ingat cerita Maria dan Marta? Marta melakukan hal yang baik, tapi sayang sekali dia melakukannya dibarengi rasa iri dan kesal pada Maria yang tidak membantunya dan malah duduk diam mendengar Yesus. Ia merasa lebih baik Maria seperti dirinya yang sibuk melayani Yesus. Sayang sekali bukan, Marta melakukan hal baik tapi kemudian nyinyir. Duh.
2. Wanita itu melakukan yang dapat dilakukannya
Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya. Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku.
(Markus 14:8)
Sebelum kita mengomentari perbuatan orang lain, mari kita berpikir, “Apakah kita cukup mengenal orang tersebut?” untuk mengomentarinya. Jika dia melakukan yang dapat dilakukannya lalu kenapa kita menuntutnya melakukan hal lain yang mungkin saja tidak dapat dilakukannya. Memangnya apa hak kita mengatur apa yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan orang lain? Jika kita dapat melakukannya, bukan berarti orang lain harus melakukan tepat sama seperti yang kita inginkan. Siapa yang tahu, situasi dan kondisi yang mendorong seseorang berbuat sesuatu.
3. Wanita itu memiliki motivasi yang benar
Wanita yang mengurapi Yesus melakukan apa yang dia lakukan tanpa tendensi. Ia hanya ingin melakukan sesuatu yang baik untuk Tuhan. Bandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Yudas. Ia mengritik wanita itu, padahal justru Yudas-lah yang menyembunyikan sikap hati yang salah terhadap uang.
“Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.”
(Yohanes 12:6)
Yudas gusar melihat wanita itu mengurapi Yesus dengan minyak yang mahal, karena ia berharap minyak itu diuangkan dengan alasan diberikan bagi orang miskin. Padahal sebagai bendahara Yesus dan rasul-rasul, ia ingin bisa mencuri uang hasil penjualan minyak itu. Sebenarnya, dia sama sekali tidak peduli dengan orang yang miskin. Yesus tahu ini.
Saat seseorang memuliakan Tuhan dengan cara A, dan kita memuliakan Tuhan dengan cara B. Terimalah dengan sukacita. Melalui banyak cara Tuhan dapat dimuliakan, yang terpenting adalah sikap hati kita saat melakukannya. Sudah jelas bagaimana hati wanita ini tertuju pada Yesus dan ingin memberikan yang terbaik bagiNya. Yudas? Sekilas dia terlihat ingin melakukan yang baik namun di dalam hatinya adalah keserakahan. Bukan pada Yesus hatinya tertuju. Dua hal sama yang dilakukan dua orang yang berbeda, bisa saja memiliki motivasi yang berbeda.
4. Wanita itu melakukan kehendak Allah
“Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu. Sebab dengan mencurahkan minyak itu ke tubuh-Ku, ia membuat suatu persiapan untuk penguburan-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.”
(Yohanes 26:11-13)
Memang aneh apa yang dilakukan wanita itu. Bukan sesuatu yang normal bagi seseorang mencurahkan minyak yang luar biasa mahal pada seseorang yang sedang duduk makan, tapi dia melakukannya. Semua orang yang hadir saat itu terheran-heran melihat kejadian tersebut, tapi Yesus tidak. Yesus memahami apa yang terjadi, bagaimana Bapa-Nya membuat persiapan penguburan-Nya melalui wanita ini. Kita tidak tahu, apakah wanita ini sadar dengan apa yang sedang dilakukannya, atau apa makna yang dimaksudkan Allah, nyatanya wanita ini melakukan kehendak Allah.
5. Wanita ini tulus memberikan yang terbaik bagi Yesus
“Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?”
(Yohanes 12:5)
Wanita ini membeli minyak narwastu yang sangat mahal, sekitar 300 dinar harganya. Di masa itu, 1 dinar adalah rata-rata upah harian pekerja bekerja setiap harinya. Bayangkan, hasil kerja bertahun-tahun dipakainya untuk minyak yang dicurahkan pada seseorang? Wow! Apakah melakukan ini memberikan keuntungan bagi dia? Tidak. Tapi dia tetap melakukannya. Ia mengasihi Yesus dengan tulus. Jika orang lain berhitung (seperti yang saya lakukan) ‘nilai’ minyak narwastu tersebut, wanita ini tidak. Yesus lebih berharga baginya dari segala harta. Hatinya begitu mengasihi Yesus sehingga baginya tidak ada yang terlalu berharga jika diberikan bagi Yesus.
***
Banyak hal tersembunyi dari sebuah perbuatan sederhana seperti mengurapi Yesus. Itulah kenapa tidak seharusnya kita asal memberikan komentar negatif mengenai apa yang dilakukan orang lain. Kita tidak sanggup menilai hati seseorang, hanya Tuhan yang bisa. Hal ini berlaku sebaliknya, komentar negatif dari orang lain sebisa mungkin tidak kita biarkan menghalangi kita untuk tetap melakukan sesuatu, sepanjang yang kita lakukan itu baik, dengan motivasi yang benar, dan kita yakini sebagai kehendak Tuhan. Semua untuk kemuliaan Tuhan.
Ditulis untuk Majalah Pearl
No comments:
Post a Comment