Yohanes 3:22-30
Yohanes Pembaptis menyamakan dirinya dengan sahabat mempelai
lelaki dan Yohanes mengumpamakan mempelai lelaki adalah Yesus. Dan saat banyak muridnya berselih dengan orang
lain, merasa iri karena banyak orang ingin dibaptis Yesus daripada gurunya,
sikap Yohanes adalah:
1.
Ia tidak cemburu
Dia tidak pernah mempermasalahkan siapa
yang lebih banyak membaptis, dia melakukan tugasnya saja, dan menolak untuk iri
hati terhadap pekerjaan yang dilakukan orang lain. Yang terpenting pelayanan
bagi Tuhan terlaksana, gak peduli siapapun yang melakukan. Dia menyadari apa
tugasnya, dan melakukan apa yang dipercayakan padanya dengan sungguh. Jadi,
tidak ada tempat baginya untuk menatap pekerjaan orang lain, lalu berpikir
seandainya dia yang mengerjakan itu pasti dia akan lebih baik. TIDAK! Dia fokus
pada apa yang menjadi bagiannya.Dan dia hanya mengerjakan itu. Di bagian ini
aku ketampar-tampar, seringkali aku terlalu banyak melihat orang lain,
pencapaian mereka, menginginkan apa yang menjadi bagian orang lain, padahal
Allah punya bagian khusus untukku. Tidak perlu aku iri hati dengan apa yang
dimiliki orang lain.
2.
Ia tahu panggilan hidupnya
Yohanes Pembaptis mengatakan kepada semua
orang bahwa ia mempersiapkan jalan bagi Tuhan, dia adalah suara yang
berseru-seru di padang gurun itu. Dia mengetahui panggilan hidupnya dengan
tepat dan dia memenuhi panggilan hidupnya. Seberapa banyak dari kita yang gak
memenuhi panggilan hidup kita. Dan boro-boro memenuhi, mungkin ada pula yang
tidak tahu panggilan Allah akan hidupnya.
3.
Ia mengenali siapa dirinya dan siapa Allahnya
Pengenalan akan diri kita pribadi dan Allah
dimulai dengan hubungan pribadi dengan Allah, hubungan yang intim dengan Allah.
Dan Yohanes Pembaptis pasti memilikinya, jika tidak, bagaimana mungkin dia
mengenali Yesus sebagai Mesias. Bayangkan dengan murid-murid Yesus yang
mengikuti Yesus tap setelah sekian lama baru mengenal dan mengakui Yesus sebagai
Tuhan, padahal mereka mengikuti Dia setiap hari.
4.
Sukacitanya adalah melihat Allah dipermuliakan
Bagi Yohanes Pembaptis, tidak ada tempatnya
untuk dipermuliakan, yang harus dilihat orang saat dia melayani, membaptis,
berjalan, hidup dan bernapas adalah Allah yang telah hadir di dalam hidupnya.
Setiap hari, dia semakin tidak kelihatan, dan Allah saja yang terlihat dalam
hidupnya. Jika orang lain tidak mengenali Tuhan setelah dilayaninya, mungkin
dia merasa gagal, karena dia adalah yang mempersiapkan kedatangan sang
mempelai, ia memastikan, Allah mendapatkan kemuliaan yang harus diterimanya
saat ia datang. Tidak masalah bagi Yohanes bila orang lain tidak mengingat atau
mengenalinya, yang terpenting jangan sampai orang-orang tidak mengenali Sang
Mempelai Lelaki yang telah datang.
Entah mengapa, saat membaca bagian sate hari ini, aku
teringat pengalamanku menjadi sahabat mempelai. Well,aku gak pernah menjadi
sahabat mempelai lelaki (secara, aku perempuan :p, hahahaha),tapi aku mempunyai
sahabat (perempuan) yang telah menikah, dan aku turut hadir dalam pemberkatan
dan resepsi pernikahan mereka. Dalam pernikahan Vanni, Sintha, Tia dan Ria aku
mengikuti acara pemberkatan dan resepsinya (biasanya ma kalo ada kawan menikah,
resepsinya saja yang aku ikuti, tapi untuk keempat wanita ini, aku turut
mengikuti pemberkatannya).
Keempat kasusnya (kasuss? Tuing..tuing...) sama, aku dan
Fani menantikan kedatangan mereka di gereja (selalu ada Fani juga di sana,
hahahaha *colek fani). Aku tidak tahu bagaimana dengan Fani, tapi sebelum mereka
datang, aku selalu penasaran, bagaimana rupa mereka dalam ‘seragam’
pengantinnya. Paling sebel kalo nunggunya lama (kenapa sih gak on time mereka
ni, gak sesuai dengan yang di undangan, adaaaa aja beda waktunya, hahahhaa).
Tapi begitu mereka datang, hilanglah rasa sebelku, berganti senang
(akhirnyaaaa, datang juga... ^^).Dan mereka sama, mereka tampil berbeda dari
biasanya (ya iya lah, mana ada hari biasa pakai baju pengantin,
huahahahahahha), berbeda bukan sekedar karena pakaian ya, tapi mereka terlihat
suangaaatttt cantik, bersinar, dan bahagia (pastinyaaa dunk...), disertai secuil wajah tegang (hahahaha, mikirin
katering kali ya *ngaco*).
Mengikuti pemberkatan pernikahan mereka membuatku terharu,
mengingat perjalanan cinta mereka yang akhirnya sampai pada pernikahan (jadi
teringat beberapa momen curhat), dan adalah kebahagiaan mendengar janji nikah
mereka, ahhhh...Asli, momen ini bener-bener aku nantikan, suatu keajaiban menyaksikan
2 insan berkomitmen mengasihi dalam suka dan duka di hadapan Tuhan, dan Tuhan
yang menjadi saksi atas komitmen mereka, aaaarrrgghhhh...jadi pengen nikah juga
*lohhh???!!! Hahahahahaha ^^V
Kasongan, 20 Januari 2013
-Mega Menulis-
4 comments:
mbak mega... membukakan sesuatu.... humm..
membukakan apa nih Manda? ^^
yuk yuk, makin kita ukir kisah hidup kita dengan perjalanan cinta kita dengan sang mempelai, supaya pas hari dimana pernikahan dengan mempelai Kristus, kita siap memasuki 'altar'
meg mula tegang tu oleh uyuh menghafal janji kudus pernikahan.. takut salah wkwkwkwk... jd terharu ingat moment itu... smga mega n fani cepet nyusul...
Post a Comment