Lukas 4:14-22a
Kejadian ini terjadi beribu-ribu tahun yang lalu...
Yesus membaca kitab Yesaya di rumah ibadat di hadapan banyak
orang, lalu membaca bagian ini:
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku,
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia telah mengutus
Aku untuk memberitakan pembebasan ke[ada orang-orang tawanan, dan penglihatan
bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”
Kemudian Ia menutup kitab itu dan berkata:
“Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.”
Perhatikan reaksi mereka yang mendengarNya!
Dikatakan begini: Dan semua orang itu MEMBENARKAN DIA dan
mereka HERAN AKAN KATA-KATA YANG INDAH yang diucapkanNya.
Hari gini, susah banget nih didapati reaksi yang seperti itu
sewaktu mendengarkan perkataan sesesorang. Apalagi saat menyaksikan perkataan
elit politik di negeri ini, bah, jauh dari yang kita membenarkan dan merasa itu
indah. Ya kan? In my case, gak usah lah melihat elit politik yang nun jauh
disana itu. Perkataan beberapa petinggi di kantor pun amit-amit, jauhlah dari
mendapatkan reaksi dimana kita yang mendengarnya turut membenarkan, dan merasa
itu indah :p
Kenapa aku berkata demikian?
Karena seringkali ucapan yang terjadi di sekeliling kita
BUKANLAH KEBENARAN, tetapi DUSTA.
Mengapa itu dusta?
Karena apa yang diucapkan sang pengucap seringkali gak
sesuai dengan kelakuan si pengucap.
Nah, kalo dah demikian, gak ada pun keindahannya, yang ada
malah kita jijik. Jadi memikirkan, bagaimana mungkin kalimat seindah itu
diucapkan oleh orang yang gak pantas. Gak pantas karena dia Cuma ngomong doang,
gak ada kesesuaian antara apa yang diucapkan dan apa yang dilakukan.
Bagaimana mungkin seorang pencuri dapat berkata,”Jangan
mencuri”, lalu mengharapkan orang lain percaya kepadanya dan menuruti
perkataannya, padahal semua tahu dia encuri. Mimpi aja kali! Apa yang
dikatakannya tidak hanya diacuhkan yang mendengar, tatapi juga berujung cemooh.
How about us, kita yang mengaku anak Tuhan ini?
Sudahkah orang lain membenarkan perkataan kita dan menganggapnya
indah?
Membenarkannya karena apa yang kita ucapkan sesuai dengan
kelakuan kita. Dan memandangnya sebagai hal yang indah karena itu terjadi-
bahwa di tengah-tengah orang-orang yang hanya pandai berkata, tapi tidak untuk
melakukan-ternyata masih ada orang yang memiliki kesesuaian antara ucapan dan
kelakuan?
It’s not easy. Aku mengakui itu. Dan saat menuliskan ini pun
ada banyak suara yang mengingatkanku betapa sering aku juga gak bisa
mempertanggungjawabkan kata-kataku dengan perbuatan yang sesuai. Aku sungguh
berdosa.
Bagaimana mungkin kesaksianku tentang Allahku menjadi efektif
jika apa yang aku katakan gak sesuai dengan yang aku lakukan.
Bagaimana mungkin aku mengatakan kebenaran tapi tidak
melakukan kebenaran.
Bagaimana mungkin aku berkoar-koar tentang kasih, tapi aku
membenci dan mengata-ngatai sesamaku.
Bagaimana mungkin aku menuliskan tentang kebaikan dan
bermurah hati, sementara aku masih menahan kebaikan dari orang-orang yang
berhak menerimanya.
Bagaimana mungkin aku mengaku sebagai anak Allah tetapi
tidak berlaku sebagai anakNya.
Itu bukan kebenaran!
Dan itu sama sekali tidak indah Mega!
Perkataan indah kita, dibenarkan oleh perbuatan kita.
Kasongan, 19 Januari 2013-
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment