Jadi barusan aku nonton berita di tv tentang wacana untuk membuat peraturan denda busway. Di Jakarta kan jalur busway sering dipakai pengguna jalan lain,baik pengendara motor maupun mobil. Nah, ini dah pasti bikin sarana angkutan ini gak lancar,apalagi kalo dah jam berangkat dan pulang kerja,bukan hal yang mengherankan melihat pengguna jalan selain busway menggunakan jalur busway.
Rencananya denda busway yang dikenakan bagi pengendara motor yang kedapatan menggunakan busway adalah sebesar 500 ribu rupiah,sedangkan pengendara mobil dikenai denda sebesar satu juta rupiah. Jumlah yang besar kan? Karenanya saat beberapa pengendara motor dan mobil ditanyai pendapatnya,mereka menolak! Bisa dipahami lah ya,kemungkinan besar mereka yang menolak adalah pelanggar aturan itu-jalur busway hanya untuk busway.
Sebagai pengguna busway beberapa kali di Jakarta, kupikir aturan ini cukup beralasan bila memang akhirnya disahkan. Booo....gak enak banget lo naek busway pas lagi jam pulang kantor,dah penuhe pol,eh busway ikutan macet gara-gara banyak motor dan mobil yang slonong boy aja di jalur busway.Ckckckck, kesel banget ngeliat mereka yang gak tahu aturan itu.
Pengguna busway jelas bersukacita bila aturan denda busway itu diterapkan, sementara pengendara motor dan mobil yang sering melanggar peraturan berdukacita-sudah pasti.
Seringkali kita menolak suatu aturan bukan karena aturan tersebut tidak baik,tapi lebih karena peraturan tersebut membatasi dan membuat kita tidak nyaman. Peduli amat dengan orang lain, selama peraturan tersebut gak membatasi saya, malahan membuat saya nyaman. Tapi kalau saya merasa terganggu,huaaa....lihat saja nanti!!!
Sebenarnya, aku pernah merasakan menjadi keduanya-aku harus mengakui ini. Berada di busway dan merasa kueseeellllll banget waktu di depan busway ada pengendara motor dan mobil yang slonong boy ke jalur busway. Kemudian aku pernah dibonceng motor oleh seorang kawan dan kami memakai jalur busway, lalu dengan rasa bersalah aku protes pada kawanku yang memboncengku namun mengiyakan aja jawaban temanku "kalo gak gini kapan nyampenya" #sigh.
Rupanya aku mempunyai standar ganda,parahhhhh....!!! Standar itu berubah sewaktu-waktu tergantung mana yang menguntungkan bagiku, gila! Jelek banget kelakuanku. Dan merenungkannya lagi, aku semakin banyak menemukan standar ganda yang telah kuberlakukan di dalam hidupku secara sadar maupun gak sadar.
Melihat seseorang yang membicarakan keburukan orang lain,aku gak suka, aku menilainya banyak mulut. Padahal,aku juga sering melakukannya dan berdalih,"Bukan ngomongin ya,tapi gimana ya,tapi dia emang gitu sih kelakuannya". BOTE bangeeetttt.
Di lain waktu aku terkadang berucap dalam hati,"Pengeluh..." sewaktu mendengar seorang kawan yang mengeluuuuhhhhh melulu, sementara aku melakukan hal yang sama kepada orang lain ato ngeluh di blog,huaaaa....sami mawon dong daku!!!
Sama seperti aku membeli banyak buku dan beralasan,"Kan aku jarang beli buku, makanya wajarlah aku sekali beli langsung banyak",sementara di lain waktu aku berkomentar keras (dalam hati) tentang kawanku yang membelanjakan uangnya untuk beli buku dalam jumlah banyak.
Aneh kan bagaimana perbuatan yang sama jadi berbeda nilainya waktu aku yang melakukann dan orang lain yang melakukan.Bener-bener deh,nampaknya aku punya semangat menghakimi orang lain yang besar. Yang diimbangi dengan kemampuan mencari alasan yang bagus untuk membenarkan perilakuku. Justification level atas nih :'(
Saat menyadari hal-hal tersebut aku sedang membaca perikop Alkitab yang berbicara tentang menghakimi:
Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.
Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Matius 7:1-5
Aku orang munafik. Makanya bisa punya standar ganda gitu. Aku gak jujur dengan apa yang aku lakukan,padahal aku menuntut orang lain memenuhi standar tertentu yang gak bisa aku lakukan.
Mengerikan!!!
Aku orang munafik yang juga berarti aku gak berintegritas.
Hiks,sedih banget menyadari hal ini. Tapi lebih menyedihkan kalau aku gak berubah dan hidup dengan standar ganda seperti itu.Aku tidak hidup dalam kebenaran. Bener-bener deh, aku harus bertobat. Harusnya aku hidup hanya dengan satu standar kebenaran. Dan berhenti menghakimi orang lain. Aku gak boleh jadi bunglon yang merubah warnanya sesuai lingkungannya.
Karena bagaimana Allah dimuliakan kalau aku jadi orang munafik?
Jakarta, 1 November 2013
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment