Saturday, March 4, 2017

Bilangan 16-17, Hosea 1, Amsal 1

Bilangan 16-17

Bilangan 16:3 (TB)  Maka mereka berkumpul mengerumuni Musa dan Harun, serta berkata kepada keduanya: "Sekarang cukuplah itu! Segenap umat itu adalah orang-orang kudus, dan TUHAN ada di tengah-tengah mereka. Mengapakah kamu meninggi-ninggikan diri di atas jemaah TUHAN?"

Dalam diri Korah aku melihat beberapa karakter:
1.Sombong
Korah sombong karena merasa berasal dari suku Lewi, memang benar suku Lewi dikhususkan untuk melayani Tuhan. Sehari-hari suku Lewi jabatannya sebagai pelayan untuk melayani pekerjaan Tuhan.  Korah merasa melayani menjadikan dia kudus. Aku belajar kalau melayani pekerjaan Tuhan ternyata bukan berarti kita mengenal dekat siapa yang kita layani.

Saat melayani aku gak boleh melupakan hubungan pribadi dengan Tuhan yang aku layani. Mengerikan kalau aku pelayanan tapi gak mengenal Dia yang aku layani.

2. Iri
Korah iri karena Musalah yang didengarkan oleh orang Israel. Dia ingin menyaingi Musa sehingga mengajak orang lain memberontak. Rasa iri membuatnya tidak menghormati pimpinannya.  Rasa iri membuatnya lupa kalau Tuhan sendiri yang memilih Musa.  Rasa iri membuatnya jatuh ke dalam dosa lain.

Aku harus berhati-hati agar gak jatuh ke dalam rasa iri yang membuatku melakukan dosa.  Stop membanding-bandingkan diriku dan orang lain. Stop menginginkan yang dimiliki orang lain.

Bilangan 16:4-5 (TB)  Ketika Musa mendengar hal itu, sujudlah ia.
Dan ia berkata kepada Korah dan segenap kumpulannya: "Besok pagi TUHAN akan memberitahukan, siapa kepunyaan-Nya, dan siapa yang kudus, dan Ia akan memperbolehkan orang itu mendekat kepada-Nya; orang yang akan dipilih-Nya akan diperbolehkan-Nya mendekat kepada-Nya.

Sebenarnya Musa bisa saja membela dirinya atau menjawab Korah dkk, Musa bisa saja langsung marah,  Musa bisa saja mengajak suku-suku yang lain membelanya, tapi Musa gak melakukan semua itu. Musa tahu kalau Tuhan yang memanggilnya,  dia gak perlu meminta pertolongan manusia, Musa memilih menyerahkan semuanya pada Tuhan supaya Tuhan yang membelanya dan menunjukkan langsung siapa yang dipilihNya. Dan Tuhan menunjukkan siapa yang dipilihNya.

Hosea 1

Hosea 1:2 (TB)  Ketika TUHAN mulai berbicara dengan perantaraan Hosea, berfirmanlah Ia kepada Hosea: "Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal hebat dengan membelakangi TUHAN."

Baca Hosea ini emang bikin geleng-geleng kepala, aku pernah nulis ini di blogku juga. Bayangkan seorang nabi disuruh menikahi perempuan sundal (bahasa kerennya sekarang PELACUR)! Boooo….Nabi waras mana yang mau melakukan hal seperti ini? Kalau aku jadi Hosea dan disuruh seperti itu, mungkin aku akan bertanya-tanya, ini yang aku dengar beneran suara Tuhan bukan ya? Ato jangan-jangan Tuhan salah berfirman nih, mungkin Hosea yang tinggal dua blok dari sini nih yang harusnya menikahi pelacur . Tapi rupanya Hosea memang bukan aku yang bertanya dan berpikir demikian, dia nggeh-nggeh aja disuruh Tuhan kayak gitu, woooowww!!! Gila ya si Hosea? Ini Tuhan juga aneh, gimana coba caranya Hosea mencintai perempuan sundal seperti itu (kalo kayak istri di Amsal 31 itu si wajarlah?siapa yang gak mau ^^),Bagaimana mungkin Tuhan ingin Hosea tetap mencintai istri macam ini? Bagaimana ya Hosea bisa mencintai wanita seperti ini? Well, entah bagaimana caranya tapi Hosea taat, dia mencintai istrinya dan memiliki anak dari perempuan ini.

Kalau Hosea saja kita bilang gila, gimana dengan TUHAN yang memilih kita sebagai mempelaiNya? Kalau aku jadi perempuan sundal itu, aku akan berpikir:
Mimpi apa aku semalam? Seorang nabi yang begitu terhormat kedudukannya, orang yang menyampaikan suara Tuhan ingin memperistri perempuan tak berharga seperti aku? Bahkan sejujurnya, bermimpi pun aku gak pernah. Aku gak layak, aku kotor!! Aku yang selama ini bersama banyak laki-laki, sanggupkah setia padanya?  Bagaimana hidup sebagai istri seorang nabi akan kujalani? Aku ingin menerima lamaran Hosea, tapi aku juga takut, apa kata orang, kasihan sekali Hosea harus hidup menerima pandangan hina dari orang lain karena aku. Bingung.  Di satu sisi, aku ingin memulai hidup yang baru, tapi sanggupkah aku? Tapi, sejak kapan seseorang ingin menerimaku apa adanya tanpa ingin sesuatu dariku? Apakah Hosea akan mencintaiku sepenuh hatinya? Bagaimanapun tidak layaknya aku, aku ingin seseorang yang mencintaiku dengan tulus.  Terima..ngga…terima…ngga…terima…ngga… *ngitung kancing*.

LOL. Kebayang gak perempuan itu ngitung kancing buat mutusin terima lamaran Hosea apa ngga? Hehehe. Well, aku juga gak tahu sesungguhnya pergumulan perempuan sundal itu sebelum menerima Hosea menjadi suaminya, tapi akhirnya dia menerimanya.

Sesungguhnya kita sama seperti perempuan sundal tersebut, kita sama sekali gak layak dikasihi, tapi nyatanya TUHAN memilih kita. Itulah analogi yang TUHAN ingin berikan pada kita melalui Hosea dan istrinya yang pelacur itu. Bagaimana TUHAN menyatakan cintaNya pada kita yang sesungguhnya tidak layak sekali. Indah sekali bukan gambaran bagaimana kita yang gak layak dikasihi, kita yang kotor dan tidak setia ini malahan menerima cintaNya? Apa kita sanggup menolak cinta seperti ini?

Tuhan, ampuni aku karena setelah menerima cinta Tuhan yang begitu besar pun aku masih sering menyakiti hati Tuhan. Aku sering lupa kalau mempelaiku adalah Tuhan, mampukan aku menjadi mempelai yang setia padaMu dan fokus melayani Engkau Tuhan. Amin

Amsal 1

Amsal 1:23 (TB)  Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu.

Ayat ini bilang BERPALINGLAH kepada teguranku(Amsal). Aku diminta untuk fokus memperhatikan mana-mana saja TEGURAN untukku kemudian berubah. Karena perubahan hidup saja lah tanda aku memperhatikan teguran. Kalau selama ini gak ada perubahan hidup berarti aku gak sungguh-sungguh memperhatikan teguran.

Saat ditegur,  bagaimana reaksiku?
Cuek? Ga peduli? Marah? Gak terima? Sakit hati? Melakukan yang sebaliknya? Berkeras hati? Berlambat-lambat melakukan yang baik? Mencari alasan?
Atauu....
Menerima dengan sukacita? Mendengarkan dan memperhatikan baik-baik? Merenungkannya kemudian segera melakukan?

Aku harus mengakui kalau aku ditegur di area yang sudah jadi kebiasaan mendarah daging (bertahun-tahun aku lakukan) biasanya aku lambat berubah. Malahan seringnya aku berkompromi dengan hal tersebut dan berpikir :
Ah... Sekali-kali aja kok
Kenapa juga sih,  toh orang lain melakukannya

Mulai sekarang, saat ditegur aku harus TERIMA, bersedia BERUBAH, dan aku akan share komitmenku berubah dalam area apa ke suami supaya dia bisa mengingatkanku.

Tuhan,  aku mau ditegur,  aku bersedia menerima teguran dan mau berubah. Tolong aku yang keras kepala ini ya Tuhan. Amin

Kasongan,  1 Februari  2017
-Mega Menulis-

No comments: