THIS IS NOT MY JOB!!!
Pengen banget tereak gitu beberapa hari kemaren
(dan sekarang juga) *sigh*
Beberapa hari yang lalu seorang kawanku anaknya
sakit, sehingga dia minta izin pada hari Jumat untuk gak masuk kantor. Tebak,
siapa yang ketiban kerjaannya?
*tunjuk diri sendiri* AKUUUU.....T_T
Padahal pekerjaan ini bukan tupoksiku, kok malah
aku yang ketiban ni kerjaan ya, huhuhuhuhu
Mana yang bikin juengkel, ni kerjaan sebenarnya
harus menunggu semua bidang mengumpulkan rencana kerjanya untuk tahun 2014 berupa
kolom-kolom yang diisi dengan berbagai hal (capaian, target, keluaran, hasil,
de el el). Lah, rupanya banyak bidang yang belum mengisinya dengan lengkap,
alhasil, nunggu dunk, hiks.
Jumat kemaren (bayangkan, Jumat!!!!) aku baru
pulang jam 6 sore. Itu pun aku bisa pulang gara-gara seorang tanteku
menghubungiku mau menginap di rumah, kalo ngga, mana mungkin aku “dilepaskan”
dari cengkeraman kerjaan ini.
Yang sangat menggangguku dan membuatku pengen
mengeluh dan berteriak ‘THIS IS NOT MY JOB’
adalah (sekali lagi), ini bukan pekerjaanku. Oke
lah, hari Jumat itu kawanku yang harus mengerjakannya anaknya sakit, sehingga
dia tidak bisa melaksanakan tugasnya. Tapi, hari Senin ini, ketika yang
seharusnya mengerjakan sudah ada, kok aku masih diminta mengerjakan pekerjaan
ini beserta turunannya. Maksudku, ada tuh orang-orang yang tupoksinya adalah
mengerjakan pekerjaan ini, ada orang-orang yang telah mengikuti diklat dan
lebih mengerti pekerjaan ini, tapi, kenapa aku yang kebagian rempong? Hiks.
Padahal, kalo yang mengerjakan adalah orang yang gak pernah mengerjakan, gak
pernah dapat pelatihan, besar kemungkinan buat salah kan? I’m scared.
Salah satu kebiasaan jelek di kantorku adalah,
seringkali saat pelatihan ato diklat, yang dikirimkan si A dan B, lah yang disuruh
mengerjakan ntar si C. Gak nyambung kan?
Di instansi, ada yang namanya tupoksi alias tugas
pokok dan fungsi. Tiap orang punya tugas masing-masing, apalagi yang telah
menjabat jabatan tertentu. Lingkup pekerjaannya berkaitan dengan
tupoksinya. Jadi gak boleh tuh ya, misal
aku yang di bidang industri, tanpa diminta tau-tau ngurus kerjaannya orang
koperasi. Itu lancang. That’s not my job.
Kupikir, peraturan dibuat untuk keteraturan. Supaya kita tidak suka-suka
mengerjakan pekerjaan yang ada. Kalo gak, ntar bakal terjadi kekacauan, ya kan?
Seperti daku nih, yang disuruh mengerjakan pekerjaan X, padahal ada orang lain
yang harusnya mengerjakannya. Gimana perasaannya? Dan bagaimana dengan
pekerjaan yang harusnya aku kerjakan, bisa terbengkelai kan.
Dan, di saat aku ngedumel mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan itu, aku diingatkan ada bagian dari tupoksi itu yang berbunyi (kurang lebih) seperti ini:
“Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.”
Ini nih poin yang
bikin gak bisa ngeles apalagi kabur *menunduk*
Di bagian ini,
walopun aku ngedumel, mau gak mau, suka gak suka, aku jadi tetap harus
mengerjakan apa yang aku kerjakan kemaren *aaaarrrggggghhhhh...*. Karena emang
yang memintaku mengerjakan adalah Kepala Dinas alias Big Boss di kantor *nangis
kon*. Jadi, gak peduli, aku masih ada pekerjaan lain yang merupakan tugasku
(ada beberapa pekerjaan yang emang pekerjaanku jadi tertunda, nyebelin kan),
ato pun yang aku kerjakan ini aku pekerjaan orang lain seharusnya, well... saat
big boss bersabda, daku Cuma bisa nunduk dan mengerjakan (walopun ngomel).
Karena, protes gimana pun percuma booo. Sometimes, jadi berasa dimanfaatin.
Kejadian ini
membawaku pada perenungan, bahwa aku diingatkan Tuhan untuk gak berteriak “THIS
IS NOT MY JOB” sama Tuhan. Pernah kan tuh, saat Tuhan memintaku mengerjakan
sesuatu, aku juga beralasan:
“This is not my
job, Lord...”
Beserta sederet
alasan lain muncul.
Talentaku gak
disini Tuhan.
Si A kan lebih pas
mengerjakan ini dibanding aku.
Aku masih punya
pekerjaan lain nih Tuhan.
*seenggaknya ini
alasan yang aku berikan, entah kalo kamu*
Padahal ini yang
nyuruh bukan sekedar kepala dinas lagi, tapi Penciptaku, Penulis Hidupku, King
of Kings, dan aku masih banyak alasan. Betapa berani(dan bodohnya) aku T_T
Dia gak butuh
alasan-alasanku (yang bagus itu)
Dia gak
menginginkan penolakanku.
Dia ingin aku taat.
Masa sih Tuhan gak
tahu talentaku, He knows lahhhh. Saat Dia ingin aku mengerjakan tugas dariNya,
gak peduli apa pendapatku, bisa atau ngga aku, Dia hanya ingin aku taat. Dia
Penciptaku, Dia lebih tahu apa yang bisa dan gak bisa aku kerjakan, lebih tahu dari aku
malahan. Taruhlah, aku merasa gak bisa mengerjakan, so what gitu loh?
AnugerahNya pasti memampukan aku. I must learn to trust Him.
“Jangan aku Tuhan,
tuh Harun aja, dia lebih pinter ngomong dibandingkan aku”, jadi teringat Musa
yang ngomong gitu. Seakan-akan dia gak percaya pada penilaian Tuhan, siapa yang
dipilihNya, sampai-sampai Musa harus ‘mengoreksi’ Tuhan seperti itu. Konyol ya.
Itulah yang juga aku lakukan terkadang *sigh*
Pernah gak sih
Tuhan memintamu harus mengerjakan sesuatu dan kamu berkata ‘nanti’, karena kamu
gak ingin jadwal dan rancanganmu saat ini terganggu. Kita beranggapan apa yang
kita kerjakan sekarang, jauh lebih penting dari apa yang Tuhan minta untuk kita
kerjakan. Padahal, apa lagi sih yang lebih penting selain menjalankan tugas
yang diberikan Sang Raja. Apa lagi yang lebih menyenangkan dibandingkan
menaatiNya dengan penuh sukacita? Bukankah suatu kehormatan, saat Sang Raja di
atas segala raja meminta kita untuk melayaniNya? Masa sih agenda kita lebih
penting dari agendaNya. Loh, katanya hidup adalah untuk Dia... Mana
buktinya...Mana...
Kasongan, 27
Agustus 2013
-Mega Menulis-
No comments:
Post a Comment