To : anggit@preciousmail.com
Subject : 1st #letter
Subject : 1st #letter
Dear Anggit,
Aku blom
pernah cerita ini ke siapapun. Jadi, aku pertama kali cerita ini ke kamu. Well,
sebenarnya, aku sempat mengalami krisis identitas, cieee....Gayaku ya, segala
krisis identitas.
Ini
gara-gara seorang kawan yang mengagung-agungkan pernikahan sesuku. Katanya dia,
penting banget menjaga supaya “darah murni” ini tetap tau siapa dirinya-err,
gak tepat gini sih bahasanya, tapi gitu deh. Menurutnya, pada akhirnya, gak
akan lagi ada orang yang menyebut dirinya orang Batak ato orang Dayak ato orang
Jawa (ato mana aja lah) kalo terus ada pernikahan campuran.
Terdengar
lucu ya? Tapi berhubung aku terlahir dari ayah yang asli Dayak dan ibu yang
asli Jowo, aku harus mengakui kalo aku bingung pas ditanya asli mana. Apalagi
kalo orang-orang gak percaya pas aku bilang aku orang Dayak or Jawa, secara,
fisik lebih ke Ambon, Papua, dan sekitarnya, hahahaha.
Tapi Nggit, aku
punya pengalaman seru waktu kuliah di Jogja gara-gara identitas kesukuan ini,
mosok ya, aku sering dibayarin orang yang gak aku kenal waktu naik bis, cowok
pulak, gara-gara aku dikira sekampung dengan mereka awalnya. Ada yang mengira
aku orang Ambon dan memanggilku “Nona” di sepanjang pembicaraan kami, ada pula
yang mengira aku dari Papua, hohoho.Lumayan, naik bis gratis ^^V Budaya tu
menarik ya, aku juga saat itu baru tahu, kalo di Ambon, sekalipun kita dah
seusia nenek-nenek, kalo kita belum menikah maka akan terus dipanggil nona,
interesting for me. Banyak lagi sih cerita budaya di masing-masing suku yang
menarik. Penasaran juga jadinya, pengen tau kebiasaan atau hal-hal yang khas
dalam suku tertentu.
Gara-gara
kamu bilang aku “a soon to get marriedlady in Kalimantan”, aku jadi ingat masalah
krisis identitas tadi. Abangku orang Batak asli (bapak mamak asli Batak). Ntar
kalo kami menikah dan punya anak (Let’s say:AMENNNN...), anak kami bingung juga
gak ya kalo ditanya orang mana, hohoho. Semoga nggak. Karena aku akan
mengajarkan ke anakku nantinya, gak peduli dia dari suku mana, Tuhan Yesus
tetap mengasihi dia,Tuhan Yesus mengasihi semua suku bangsa, that’s the most important.
Setiap suku
punya kekayaan budayanya masing-masing. Dan akhir-akhir ini mencoba lebih
mengenal kebudayaan Dayak, aku menemukan kalau tata cara dan proses komunikasi
adat Dayak tu menarik banget lo... http://samaitahkobar.blogspot.com/2011/07/tata-cara-dan-proses-komunikasi.html
Habis membacanya, kamu pasti penasaran pengen menyaksikan langsung Nggit. Taruhan
deh. Ternyata makna tahapan-tahapannya “dalem” juga looo...
Haiiiissss,
ini nih, gara-gara dirimu ngomong pernikahan, jadi semangat kan aku *membela
diri* Tapi ya begitulah, wanita ini :p
Eh, eh, aku
sedang diet lo Ngggiitttt.... ^^V Bukannnn...bukan supaya muat baju wedding,
hahaha. Tapi emang aku memerlukan diet *sigh* Sudah sejak lama si tau kalo
perlu, tapi sering menegarkan tengkuk nih, huhuhuhu. Kali ini harus bisa!
Doakan aku
ya Nggit. Gak gampang banget masalah diet ni, mengubah pola dan kebiaasaan tu
berat banget. Tapi aku anggap ini disiplin rohani juga si, terutama penguasaan
diri. Mosok sih aku mau dikuasain makanan. Gak mau ah! Serem amat. Pokoknya,
aku minta doamu ya Nggit biar sukses nih dietnya. Awas lo kalo gak doain
*ngancem* :p Tolong doakan biar gak cuma semusim, tapi beneran mengubah pola
yang salah selama ini.
Eh,
ngomong-ngomong ada saran gak nih biar sukses program dietku? Aku menunggu
saranmu. ASAP.
Love,
a soon to
get marriedlady in Kalimantan
No comments:
Post a Comment