Wednesday, August 14, 2013

Maria dan Elisabet



Maria dan Elisabet (Lukas 1:39-45)

Coba bayangkan kondisi Maria. Dia hamil. Masih perawan. Kata malaikat, yang dikandungnya adalah dari Roh Kudus. Siapa yang mau percaya?


Kubayangkan, kalo aku jadi Maria ya, bahkan setelah beberapa hari malaikat pergi, aku masih mengelus-elus perutku yang besar ini eh kalo Maria mungkin gak langsung gede perutnya, tapi karena ini disesuaikan sama latar belakang, berhubung perutku dah gede duluan, jadi gak salah kan aku mengelus-elus perutku yang gede? :p
Oke, aku akan mengelus perutku *yang gede itu* sambil mikir gini:
Mungkinkah aku hamil? Aku kan belum pernah berhubungan dengan pria secara seksual?
Apakah ini beneran dari Roh Kudus?
Kenapa sih Allah memilih aku?
Gimana nanti kalo anak ini lahir, pasti banyak yang mencemoohku?
Aku gak tahu nih harus bersukacita ato sedih kalo kayak gini T_T
Berasa gak layak, kok Allah memilih aku, aku tersanjung, tapi aku juga gentar, apa jadinya hidupku nanti ya....
Lagian, apa bener nih aku mengalami mukzizat seperti ini...
Ini, kok perutku dah gede banget duluan ya, baru sebentar, ups.... :p
*maklum yeee...”Maria” versi me ini cerewet, jadi berhubung bingung mau cerita sama siapa gak bisa, jadinya kepalanya penuh dengan pertanyaan*

Well, aku gak tahu Maria yang benernya punya pertanyaan-pertanyaan kayak gini apa gak, yang jelas Alkitab mencatat beberapa waktu setelah Maria mendapatkan kabar dari malaikat, dia memutuskan mengunjungi Elisabet saudaranya itu. Entah kenapa kok Elisabet. Mungkin Maria merasa dekat dengan Elisabet.
Atau Maria perlu curhat dengan Elisabet.
Atau karena Maria telah mendengar dari malaikat mukzizat yang terjadi pada Elisabet, bahwa Elisabet yang mandul pun telah mengandung 6 bulan
Who knows?

Yang jelas, saudaranya yang telah lama mandul dan telah berumur tahu-tahu hamil.
Bukankah ini mukzizat?
Sama seperti yang sedang dialaminya. Sepertinya Maria ingin memastikannya.
Dan Maria pergi, untuk mengunjungi Elisabet.
Setibanya disana, baru masuk pintu depan rumah Elisabet, Maria sudah dikejutkan dengan salam yang diberikan Elisabet, dan salam Elisabet adalah peneguhan atas apa yang dikerjakan Tuhan dalam hidupnya. Maria langsung bersukacita dunk, sampe-sampe dia menyanyi memuji Tuhan looo....
Bandingkan dengan responnya Maria waktu malaikat menyampaikan berita kehamilannya, Maria menerima dengan berkata,"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."  
Menerima iya. Tapi sukacita?
Maria menyatakan sukacitanya setelah mendengar salam Elisabet looo...

I learn, kita memang perlu membagikan apa yang kita alami dengan saudara seiman kita, sukacita maupun penderitaan. Ini penting, supaya kita bisa saling menguatkan dan bersukacita karena apa yang telah dikerjakan Tuhan dalam hidup kita.
Tuhan bukan hanya ingin kita menerima apa yang terjadi dalam hidup kita.
Dia juga ingin kita bersukacita.
Dia ingin kita makin kuat melalui apa yang kita alami.
Dan saudara-saudara seiman yang ada di sekeliling kita sangat berperan dalam kehidupan kita, disadari atau tidak. Mereka sering kali meneguhkan kita, menegaskan pekerjaan Tuhan dalam hidup kita, membangun iman kita, memberikan kesaksian, mengajari kita tentang ketaatan dan berbagai hal lain. Mereka menolong kita bertumbuh dalam iman, kasih dan pengharapan.

Perhatikan ya, saat berkunjung itu, Maria tinggal 3 bulan lamanya bersama Elisabet.
Ngapain?
Tentunya dia membantu Elisabet selama masa kehamilan *perkiraanku, hohohoho* Maria datang sewaktu usia kandungan Elisabet 6 bulan, bayangkan betapa banyak yang bisa dilakukan Maria selama 3 bulan kemudian untuk menolong Elisabet. Dan mungkin, Elisabet juga mengajarkan banyak kepada Maria yang baru saja mengalami masa-masa awal kehamilannya. Keren ya? Menyadari bukan kebetulan dua wanita ini hamil pada waktu yang tidak terlalu lama bedanya, woowwwww....!!! Tuhan perhatikan kedua wanita ini, dan menolong mereka melalui masa-masa penting dalam hidupnya melalui kebersamaan mereka. Membagikan kepada orang lain apa yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita pada akhirnya adalah untuk kemuliaan dan pujian bagi Tuhan.

Dulu aku berpikir, kelahiran Yohanes ‘sekedar’ menyiapkan jalan bagi kedatangan Yesus. Makanya, beda waktu kelahiran mereka gak terlalu jauh, hohoho. Tapi aku baru menyadari, sungguh Tuhan luar biasa, mengatur semuanya tepat pada tempatnya. Gak ada yang kebetulan. Gak ada yang acak. Apa yang terjadi pada Maria dan Elisabet mengingatkanku lagi pentingnya berbagi dalam hidup dengan saudara seiman, sukacita maupun penderitaan, demi kemuliaan namaNya.

Kasongan, 14 Agustus 2013
-Mega Menulis-

2 comments:

Lasma Manullang said...

Setuju sekaliii.

Mega said...

Lasma:hahahaha,oke dehhh...^^