Maria
dan Elisabet (Lukas 1:39-45)
Coba bayangkan kondisi Maria.
Dia hamil. Masih perawan. Kata malaikat, yang dikandungnya adalah dari Roh
Kudus. Siapa yang mau percaya?
Kubayangkan, kalo aku jadi Maria ya, bahkan setelah
beberapa hari malaikat pergi, aku masih mengelus-elus perutku yang besar ini eh
kalo Maria mungkin gak langsung gede perutnya, tapi karena ini disesuaikan sama
latar belakang, berhubung perutku dah gede duluan, jadi gak salah kan aku
mengelus-elus perutku yang gede? :p
Oke, aku akan mengelus perutku *yang gede itu* sambil
mikir gini:
Mungkinkah aku hamil? Aku kan belum pernah berhubungan
dengan pria secara seksual?
Apakah ini
beneran dari Roh Kudus?
Kenapa sih
Allah memilih aku?
Gimana nanti
kalo anak ini lahir, pasti banyak yang mencemoohku?
Aku gak tahu
nih harus bersukacita ato sedih kalo kayak gini T_T
Berasa gak
layak, kok Allah memilih aku, aku tersanjung, tapi aku juga gentar, apa jadinya
hidupku nanti ya....
Lagian, apa
bener nih aku mengalami mukzizat seperti ini...
Ini, kok
perutku dah gede banget duluan ya, baru sebentar, ups.... :p
*maklum
yeee...”Maria” versi me ini cerewet, jadi berhubung bingung mau cerita sama
siapa gak bisa, jadinya kepalanya penuh dengan pertanyaan*
Well, aku
gak tahu Maria yang benernya punya pertanyaan-pertanyaan kayak gini apa gak,
yang jelas Alkitab mencatat beberapa waktu setelah Maria mendapatkan kabar dari
malaikat, dia memutuskan mengunjungi Elisabet saudaranya itu. Entah kenapa kok
Elisabet. Mungkin Maria merasa dekat dengan Elisabet.
Atau Maria
perlu curhat dengan Elisabet.
Atau karena Maria
telah mendengar dari malaikat mukzizat yang terjadi pada Elisabet, bahwa
Elisabet yang mandul pun telah mengandung 6 bulan
Who knows?
Yang jelas,
saudaranya yang telah lama mandul dan telah berumur tahu-tahu hamil.
Bukankah ini
mukzizat?
Sama seperti
yang sedang dialaminya. Sepertinya Maria ingin memastikannya.
Dan Maria pergi,
untuk mengunjungi Elisabet.
Setibanya
disana, baru masuk pintu depan rumah Elisabet, Maria sudah dikejutkan dengan
salam yang diberikan Elisabet, dan salam Elisabet adalah peneguhan atas apa
yang dikerjakan Tuhan dalam hidupnya. Maria langsung bersukacita dunk, sampe-sampe
dia menyanyi memuji Tuhan looo....
Bandingkan
dengan responnya Maria waktu malaikat menyampaikan berita kehamilannya, Maria
menerima dengan berkata,"Sesungguhnya aku ini adalah hamba
Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."
Menerima
iya. Tapi sukacita?
Maria menyatakan
sukacitanya setelah mendengar salam Elisabet looo...
I learn, kita
memang perlu membagikan apa yang kita alami dengan saudara seiman kita,
sukacita maupun penderitaan. Ini penting, supaya kita bisa saling menguatkan
dan bersukacita karena apa yang telah dikerjakan Tuhan dalam hidup kita.
Tuhan bukan
hanya ingin kita menerima apa yang terjadi dalam hidup kita.
Dia juga
ingin kita bersukacita.
Dia ingin
kita makin kuat melalui apa yang kita alami.
Dan
saudara-saudara seiman yang ada di sekeliling kita sangat berperan dalam kehidupan
kita, disadari atau tidak. Mereka sering kali meneguhkan kita, menegaskan
pekerjaan Tuhan dalam hidup kita, membangun iman kita, memberikan kesaksian,
mengajari kita tentang ketaatan dan berbagai hal lain. Mereka menolong kita
bertumbuh dalam iman, kasih dan pengharapan.
Perhatikan ya,
saat berkunjung itu, Maria tinggal 3 bulan lamanya bersama Elisabet.
Ngapain?
Tentunya dia
membantu Elisabet selama masa kehamilan *perkiraanku, hohohoho* Maria datang
sewaktu usia kandungan Elisabet 6 bulan, bayangkan betapa banyak yang bisa
dilakukan Maria selama 3 bulan kemudian untuk menolong Elisabet. Dan mungkin,
Elisabet juga mengajarkan banyak kepada Maria yang baru saja mengalami
masa-masa awal kehamilannya. Keren ya? Menyadari bukan kebetulan dua wanita ini
hamil pada waktu yang tidak terlalu lama bedanya, woowwwww....!!! Tuhan
perhatikan kedua wanita ini, dan menolong mereka melalui masa-masa penting
dalam hidupnya melalui kebersamaan mereka. Membagikan kepada orang lain apa
yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita pada akhirnya adalah untuk kemuliaan dan
pujian bagi Tuhan.
Dulu aku
berpikir, kelahiran Yohanes ‘sekedar’ menyiapkan jalan bagi kedatangan Yesus.
Makanya, beda waktu kelahiran mereka gak terlalu jauh, hohoho. Tapi aku baru
menyadari, sungguh Tuhan luar biasa, mengatur semuanya tepat pada tempatnya.
Gak ada yang kebetulan. Gak ada yang acak. Apa yang terjadi pada Maria dan
Elisabet mengingatkanku lagi pentingnya berbagi dalam hidup dengan saudara
seiman, sukacita maupun penderitaan, demi kemuliaan namaNya.
Kasongan, 14
Agustus 2013
-Mega
Menulis-
2 comments:
Setuju sekaliii.
Lasma:hahahaha,oke dehhh...^^
Post a Comment