Friday, August 2, 2013

Saat Marah Wanita Menjadi Historis



Baru menyadari hal ini saat membaca sebuah buku-please forgive me, aku lupa judulnya ^^’ Bukunya Mitch Albom yang jelas, Have a Little Faith ato For One More Day ya, lupaaa..... *sigh* Yang jelas, di buku ini ada sebuah anekdot demikian:


Seorang pria berkeluh kesah kepada dokternya mengenai istrinya,”Dok, mengapa wanita saat marah cenderung menjadi historis.”
“Histeris, maksud anda?”, jawab sang dokter berusaha membenarkan kata-kata pria tadi.
“Bukan Dok, HISTORIS, istri saya menyebutkan dengan lengkap sejarah kesalahan saya di masa lalu dan terus mengungkitnya saat dia marah kepada saya”, ujar sang pria.

Membaca bagian ini  aku tersenyum, berasa kesentil dikit. Karena aku merasakan, aku memang seperti itu saat marah, aku menjadi historis *pengakuan dosa* well, walaupun sudah berkurang, dibandingkan sewaktu muda dulu :p *sekarang sudah tua nih ceritanya*. Aku masih melakukannya ke beberapa orang, saat aku kesal kepada seseorang, teringatlah aku dosa-dosanya di masa lalu, dan mengaitkannya dengan masalah sekarang. Gak masuk akal memang, padahal kan sudah berlalu ya. Tapi itu yang terjadi, aku menjadi historis :p

Kupikir,ini salah, menjadi historis saat marah atau kesal dengan seseorang kalau dipikir-pikir sih wajar waktu marah, padahal bisa saja hal ini terjadi karena perbuatan kita sendiri. Wanita,kebanyakan saat ini cenderung memendam amarah atau rasa kesalnya bila berurusan dengan seseorang, karena tidak mau dianggap histeris (^^’) atau cerewet. Lebih baik diam, dan menganggap tidak ada masalah. Tapi sayangnya, begitu kesalahan lain terjadi, gunung api meletus.BOOM. Yeaaahhh...wajarlah, secara, masalah tidak pernah diselesaikan, suatu saat sewaktu ada pemicu amarah yang lain, meletuslah. Akan berbeda ceritanya bila saat ada masalah, kemudian kita selesaikan dengan baik,sampai tuntas. Jika ada api sedikit, segera dipadamkan, jangan menunggu apinya membesar, karena saat kebakaran sudah menjalar kemana-mana, susah untuk memadamkannya.  Lagipula, terlalu banyak kerugian yang terjadi.

Dalam hubungan, dengan siapa pun, saat kita ada permasalahan, besar maupun kecil, segeralah dibicarakan hingga selesai (tentunya tidak pakai histeris :p). Sehingga, saat ada permasalahan lain, hanya masalah baru lah yang perlu diselesaikan, bukannya lalu merembet ke masalah di zaman Majapahit yang sejak dahulu kala belum selesa, yang notabene tidak ada hubungannya dengan maslah saat ini. Kan ntar kacau jadinya ^^’ Dan jangan lupa, saat masalah itu dibicarakan, bicarakan sampai tuntas. Kalo ngga sih percuma, ntar itu bakal muncul lagi saat marah memuncak, dan HISTORIS pun dimulai...

Saat suatu permasalahan di masa lalu sudah terselesaikan, seharusnya kita tidak punya alasan untuk menjadi historis saat marah lagi. Karena hanya masalah baru yang perlu diselesaikan. Tidak perlu mengungkit masalah lama yang terjadi, toh udah selesai.

Wanita, stop being HISTORIS  waktu marah!
HISTERIS pun jangan :p
Saat marah, marahlah dengan anggun
Dengan dikendalikan oleh Roh Kudus,
supaya kita gak berbuat bodoh dengan mulut kita.
Karena wanita Allah seharusnya gak berbuat bodoh kan, walaupun sedang marah? ^^

Kedua ayat ini yang membayang-bayangiku kalo mau marah ^^’
Hai Saudara-sadara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Yakobus 1:19-20

Apabila kamu menjadi marah, JANGANLAH KAMU BERBUAT DOSA: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. Efesus 4:26-27

Kasongan, 2 Agustus 2013
-Mega Menulis-

No comments: